💞 RUPA YANG TAK JAUH BEDA💞

1.6K 111 67
                                    

Perlahan Gladis membuka matanya. Kepalanya masih terasa sakit. Pandangannya mengabur untuk beberapa saat, tak lama pandangannya kembali jelas.

Gladis mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan bercat biru itu. Ruangan ini terasa asing baginya. Di sekelilingnya terlihat Army, Santi, dan .... Hah siapa pria di samping Army itu? Wajahnya mirip dengan Army. Gladis belum pernah melihat pria itu sebelumnya.

"Alhamdulilah. Kamu udah siuman, Dis," lirih Army tersenyum lega.

"A ... aku di mana, Kak?" tanya Gladis pelan

"Kamu di rumah Army, Dis," jelas Santi tersenyum. "Ini diminum dulu." Santi membawa teh hangat untuk Gladis. Kemudian ia membantu Gladis untuk duduk. Gladis meminum teh hangat itu untuk memulihkan tenaganya.

Sesekali Gladis melirik pria di samping Army. Benar pria itu memang mirip dengan Army.

"Dis, kita keluar dulu ya. Kamu di sini sama Ken. Ken temenin Gladis ya," ucap Army. Jadi dia Ken? Ken yang ingin dijodohkan Army untuk bersama Gladis itu? Ken menarik kursi di sebelah Gladis lalu mendudukinya.

"Hai Gladis, Gue Kenzo. Panggil aja Ken. Gue adiknya Army." Ken mengulurkan tangannya.

"Hai, Ken." Gladis menyambut tangan Ken.

Penampilan Ken sangat berbeda dengan Army yang modis.

"Lo masih pusing, Dis?"

"Udah mendingan. Kamu kelas berapa, Ken?" tanya Gladis penasaran dengan pria di hadapannya itu.

"Kelas sepuluh. Sama kaya kamu, Dis."

"Sekolah di mana?" tanya Gladis seperti polisi yang mengintrogasi seorang terdakwa.

"Lo nggak tau gue? Gue Kenzo Ardika Nadewa, anak sepuluh ips dua yang paling bandel seantero sekolah MERAH PUTIH. Lo serius nggak tau?" tanya Ken tak percaya. Gladis menggelengkan kepala. Pantas saja ia mendengar nama Ken beberapa kali. Namun ia bukanlah orang yang update. ia tak peduli dengan trouble maker di sekolah. Baginya itu tak penting.

"Gue nggak tahu, Ken. Apalagi soal lo adiknya Kak Army. Soalnya Kak Army nggak pernah cerita kalo dia punya adik."

"Semua orang juga nggak percaya kalo gue adiknya Kak Army." Ken tersenyum sinis. Namun tatapannya terlihat sendu." Lo nggak takut sama gue?" tanya Ken menyindir dirinya sendiri.

"Kenapa gue harus takut? Gue yakin kebandelan lo itu ada penyebabnya." Gladis terlihat serius.

"Kamu satu-satunya orang yang percaya sama aku. Makasih, Dis."

Tanpa disadari Ken menyentuh tangan Gladis. Gladis merasa canggung namun ia membiarkan supaya Ken sendiri yang melepas tangannya. Tatapan Gladis kembali sendu saat ia mengingat Army dan Santi yang sudah pacaran.

"Jangan sedih lagi, Dis," ucap Ken membuat Gladis tergagap.

"Da ... darimana lo tau kalo gue sedih?" tanya Gladis.

"Gue tau kalo lo patah hati karena Kak Army udah jadian sama Kak Santi," tutur Ken.

"Siapa yang ngasih tau lo, Ken?" Gladis mulai menatap mata Ken. Tatapan pria itu terlihat tulus.

"Gue selalu ngawasin lo dari kejauhan, Dis. Dari awal kita masuk sekolah. Waktu lo maju mewakili siswa baru saat itu gue udah mulai penasaran sama lo. Terlebih lagi saat pulang sekolah lo nolongin nenek-nenek di jalan. Gue salut sama jiwa simpatik lo. Lo pinter dan menjadi suri teladan di kelas. Gue suka sama lo jauh sebelum lo suka sama Kak Army, Dis." Ken berbicara dengan tulus. Gladis melongo mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh Ken. Ken mengukir senyum. Senyum itu nampak manis karena di lengkapi lesung pipi di pipi sebelah kiri Ken.

Mencintai Tanpa dicintai [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now