Fla menengok

   "Gue....  Gue nggak ada duit buat ngelunasin biaya operasi dan rawat inapnya" Ungkap Grayhan begitu berat.

   Fla hanya tersenyum.

    "Lo tenang aja Gray. Nggak usah difikirkan" tandas Fla menenangkan.

   "Gimana gue bisa tenang...  Siapa yang mau bayar biaya operasi gue?  Rawat inap gue? Gue.... Nggak punya apapun" Grayhan tertunduk.

   "Gue yang akan bantu lo"

   Fla berputar 90 menghadap kolambesar.

    "Jangan bercanda" sergah Grayhan.

    "Gue rasa...  Kemanusiaan itu kunci utama kebahagiaan dimuka bumi. Gue bahagia bisa bantu orang - orang. Selagi gue mampu. Dan gue seneng" Fla tersenyum tanpa menatap Grayhan.

   "Gue nggak bisa lunasin utangnya.. " sahur Grayhan.

   "Kemanusiaan bukan utang. Sincere. Tulus" Cetus Fla.

   Ozy dan Rayan bertepuk tangan bersamaan. "Amazing wow spectakulaarrr"

   "Apa si lu berisik! " Fla sontak menengok ke arah mereka. Tawa pun pecah diantara mereka.

                                  ***

THROWBACK.

      Malam pekat dengan gerimis tipis membungkus kota. Grayhan, Ozy, Rayan dan Oliver memeluk erat tubuh mereka masing - masing.
     
      Masih dengan seragam putih abu - abu yang kini sudah kuyup karena hujan tadi sore.

      "Laper nyet" Keluh Ozy sambil meremas perutnya. Menahan lapar

      "Lu kira gue kaga?" Sahut Grayhan. Menggigil kedinginan.

      "Masih ada uang jajan sisa ga?" Tanya Oliver kepada teman - temannya.

      "Ada 10ribu doang" Rayan mengeluarkan uangkertas berwarna ungu itu.

     "Kita beli nasi satu buat bertiga ya" Usul Rayan, sambil meraih uang 10ribu yang Rayan keluarkan.
     
     Gray dan Ozy saling bertatapan kemudian mengangguk setuju.

    "Tunggu ya" Oliver pun beranjak pergi entah kemana ia akan mencari makan.

     Malam semakin larut, Grayhan dan kedua kawannya tetap berada di tempat yang sama menanti kedatangan Oliver.

    Namun Oliver tak kunjung datang,  Grayhan cemas dan khawatir akan keberadaan kawannya itu. Jam sudah menunjukkan pukul 23:55.

   "Harusnya dia nggak selama ini" Rutuk Grayhan , ia berdiri dan berjalan mendekati jalan raya.

    dan sampai keesokan sampai keesokannya dan keesokannya lagi Oliver tidak juga kembali.

              
                                ***

  ~Rumah Fla

      "Assalamu'alaikum ma... " Fla langsung menghampiri mamanya begitu ia sampai rumah. Ia mencium pipi kiri mamanya.

       "Wa'alaikumussalam sayang" tangan mama membelai pipi Fla lembut penuh kasih sayang.

       "Mam...  How are you today?" Fla duduk disebelah mama. Mereka tengah berada di ruang keluarga, duduk di atas sofa super expensive dengan tv didepannya.

      "Mmm.. Mom is fine. Mama very healthy now" Mama tersenyum mencoba meyakinkan anak sematawayangnya. Kerutan disekitar matanya membuat beliau terlihat semakin renta.

       Fla menatap mamanya dengan tatapan nanar.

       "Okay...  Fla mau mandi dulu mam, Goodnight" Fla kembali mengecup pipi mama-nya sebelum pergi untuk mandi.

       Fla hanya tinggal bersama Mama seorang. Ia anak tunggal, tidak memiliki saudara kandung. Dan Papa sudah lama meninggal akibat terkena angin duduk.

     Papa Fla merupakan seorang Polisi bergelar Briptu. Briptu Deven. Demikian orang - orang memanggil beliau. Dan itulah sebabnya mengapa Fla bekerja pada rumahsakit kepolisian.

     Mama divonis menderita diabetes kronis sejak 3 tahun yang lalu. Selama 3 tahun terakhir Fla selalu rutin membawa Mama untuk check up. Atau sekedar mengontrol pola makan Mama.

      Sebagai seorang dokter, pastinya ia tak ingin lalai memperhatikan Mama-nya sendiri.

           
                                  ***

     Seusai mandi,  Fla kemudian duduk didepan meja kerja-nya. Berpangku tangan dengan tatapan kosong.

     Fla kini berbusana piyama, dengan rambut tergelung sedikit urakan sedang sebagian terjuntai tak beraturan.

     Kemudian ia menjulurkan tangannya,  membalik telapak tangannya untuk melihat kondisi luka lebam punggung tangannya.

    Ia pun beranjak untuk mengambil air es untuk mengompres luka lebamnya.

    "Kok ngga biasanya ya..  Lebamnya uda hampir 5hari tapi masih rada ngilu" gerutunya,

     "Sssshh" ia meringis ketika air es menyentuh luka lebam-nya.

      Dua minggu sekali ia masih rutin mengikuti latihan judo di gelanggang latihan kota bersama beberapa temannya dan seorang guru perempuan. Ibu Ratna namanya.

      Namun karena kesibukannya ia sudah meninggalkan latihan lebih dari satu bulan.

     Drrrrrt Drrrrt... 

     Ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar. Menyala - nyala dengan menampilkan sebuah nama disana ' Jerome in coming '

     "Iya Halo Jer" Sambutnya sambil mendekatkan Ponsel ke telinganya.

     "Ah kirain apa..  Ini lagi gue kompres..." Fla tersenyum

     "Besok? Eummm...  Nyokap gue jadwal check up Jer, sorry ga bisa"
    
    "Sorry..  Okay...  Too, Bye"

    Fla mendengus sembari menutup sambungan telepon. Lalu ia meletakkan ponselnya sambil kembali mengompres tangannya.

    Lalu ia melirik kalender duduk yang terletak diatas meja kerja-nya.

    Nope.
 
    Tidak ada jadwal apapun esok. Ia berbohong.

   Kemudian ia berinisiatif untuk menarik laci-nya. Memeriksa isinya dan mengubek-ubek apapun yang ada disana.

   Lalu ia tak sengaja menemukan sebuah foto dirinya bersama Jerome beberapa tahun lalu ketika mereka bersamaan lulus sebagai seorang dokter.

    Fla tersenyum kecut melihatnya. Tertawa geli.

     "I'm Sorry Jer" kata Fla sekali lagi.

                               ***

Tinggalkan vote + comment :)
Haturnuhun
    

INTENTIONWhere stories live. Discover now