Alpha's Babies

Mulai dari awal
                                    

Ia merenggut pergelangan tanganku dan menarikku ke tengah ruangan di mana semua orang sedang bertingkah liar dan berdansa seperti orang gila.

Aku tak pernah sekalipun berdansa, tapi kupikir 'lupakan itu, aku berumur delapan belas cuma sekali saja.' Zach menemukanku kembali dan berdansa denganku terus. Aku menatap mata abu-abunya dan sebagian diriku berharap bahwa ia adalah mateku. Maksudku ayolah, ia sangat tampan.

Ia menyunggingkan seulas senyum kepadaku. "Bersenang-senang?"

Aku tertawa. "Sangat!"

Callie tersenyum kepada kami. "Kalian berdua terlihat imut bersama," katanya. Aku tersenyum mengasihaninya, mengetahui tentang patah hatinya.

Ia menggelengkan kepalanya. "Aku mau ke kamar mandi," kemudian ia menghilang ke lantai atas.

Zach menyibakkan rambutnya ke belakang, "Kau ingin minuman? Aku kehausan."

"Ya, tapi tanpa alkohol," kataku kepadana ketika ia pergi mengambil minuman.

Zoe memutarku, "Oh, ya ampun! Ada senior baru dari pack sebelah-pack-kita dan ayahnya terbunuh," ia menyerocos. "Dan dia adalah Alpha barunya dan dia sangat seksi! Kau harus bertemu dengannya!" katanya sembari mengipasi wajah dengan tangannya.

Aku memutar mataku. "Aku sudah dimiliki kakakmu, tahu."

Zoe berpura-pura untuk muntah, "Yah, tapi alpha ini sangat seksi sampai-sampai dia akan membuatmu berhenti, jatuh, dan berputar," katanya sambil memutar pinggulnya sendiri.

Aku tertawa dan mendorongnya. "Kau menjijikkan."

"Tapi aku serius! Dia sangat tampan. Namanya Colten Reid, kurasa."

Aku meletakkan tanganku di kedua pinggangku. "Aku tak peduli betapa seksinya dia. Kakakmu adalah satu-satunya bagiku."

Zoe merubah ekspresi mukanya, "Sampai kau menemukan seorang mate," ia memperingatkanku.

Aku menggelengkan kepalaku, tidak ingin memikirkannya.

Musiknya berubah menjadi semacam hip hop dan setiap orang mulai menggila mengikuti hentakannya.

Aku berdansa sejenak, tapi rasanya tidak sama tanpa Zach. Tanpa dia, terlalu banyak cowok mencoba untuk ngobrol denganku.

"Aku akan memeriksa apa yang membuatnya begitu lama," kataku kepada Zoe dengan volume di atas musik.

Aku pergi ke tempat minuman, tapi ia tidak di sana. Aku menjawil seorang teman football Zach, Matt. "Hei, kau lihat Zach?"

Matt hanya menunjuk ke lantai atas dan kembali mengobrol dengan seorang gadis. Aku memutar bola mataku dan melangkah ke lantai atas.

Aku sudah sering datang ke rumah ini sejak hari ketika aku lahir, secara harfiah, tapi sepertinya tempat ini kehilangan sihirnya kalau melihat rumah ini jadi tempat berkeliaran anak-anak SMA. Aku menuju salah satu kamar mandi dan mengetuk perlahan.

"Zach?"

Ada sebuah geraman sebal dari sisi seberang.

Aku mengerutkan dahi. "Zach?" kataku lagi. "Ini bukan Zach, pergi!" teriak seorang gadis.

Aku menahan tawaku, kemudian kulangkahkan kakiku ke lantai dua--paling bawah lantai dasar. Ketika musik dari lantai bawah bertambah pelan, aku bertambah curiga. Kenapa Zach ada di sini?

Tiba-tiba kudengar sebuah kikikan dari salah satu kamar tidur tamu.

Callie.

Tidak butuh seseorang dengan otak separuh untuk menyadari apa yang terjadi. Aku berhenti dan menguping kamar itu.

Alpha's Babies (Indonesian Translation)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang