30

817 138 14
                                    

[2 years later]




"Kak!"

Teriakan Qila membuat Jaffar yang sedang memainkan ponselnya sambil bersandar di sisi mobilnya pun mendongak dan berdiri tegak. Qila lalu berputar di hadapan Jaffar, bahan dress-nya yang ringan pun terkembang.

"Gimana?"

"Beautiful as always." Jaffar tersenyum.

"Ish kak," Qila memajukan bibirnya. "Berarti biasa aja dong ini?"

"Hehe becanda kok, you look gorgeous." Jaffar membukakan pintu mobilnya. "Silakan masuk, Princess?"

"Princess apa." Qila meninju pelan Jaffar sambil ia memasuki mobil.

"Seatbelt?" Jaffar bertanya setelah dirinya duduk di driver seat.

"Udah kak, ayo cepet ntar gue telattt."

"Ck, padahal sendirinya yang kelamaan dandan. Dinyamukin nih gue nunggu di luar."

"Disuruh masuk gak mau, salah siapa?"

Jaffar tertawa. "Emang gue siapa masuk masuk ke rumah lo?"

"Ish kak, udah ayo cepet! Aku udah ditanyain nih dimana!"

"Iya... iya..."

Selang satu jam kemudian, mobil Jaffar sampai di depan kost teman Qila. Terlihat beberapa gadis, teman teman Qila, yang menunggu di depan pagar. Semuanya memakai vintage dress, sama seperti Qila, karena memang itulah dresscode malam ini.

"Lo bener nih gak mau gue anter sampe venue?" Tanya Jaffar.

"Engga kak, katanya gue sama temen temen sih udah dikasih tumpangan." Balas Qila.

"Terus ntar pulangnya gimana? Jam berapa? Perlu gue jemput?"

"Acaranya beres midnight, biasanya juga gitu kan? Gue mau nginep disini kayaknya. Lagian emang kakak gak capek? Balik kerja langsung anter gue kesini?"

"Ya capek sih, mana gue kemaren belum tidur gara gara lembur." Jaffar tersenyum menatap Qila yang sedang touch up. "Seneng lo, minggu depan wisuda?"

"Oh jelas! Akhirnya kuliah gue berakhir juga astaga! Tapi gue agak takut juga sih, ntar kerja gimana ya? Kalo susah dapetnya gimana? Kalo udah dapet tapi gak cocok gimana?"

Jaffar meletakkan tangan kirinya di kepala Qila. "Jangan dipikirin dulu hey, nikmatin aja prom night lo. Senang senang."

"Ini kalo tangan lo gak dipindah, gue gigit nih."

"Galak amat bu..."

"Ya udah susah susah nata rambut!" Jaffar hanya tertawa. "Udah ah kak, gue mau keluar."

"Ya silahkan. Apa mau gue bukain pintunya?"

"Gak usah ya." Qila pun keluar. "Udah kan ya, gak ada yang ketinggalan?"

"Ini..." Jaffar menunjuk bibirnya lalu Qila.

"Apa? Liptint gue bleberan? Perasaan engga deh?"

"Bukan, senyum." Qila malah tertawa sambil memutar matanya. "Hahaha, gitu kan lebih bagus? Sana gih."

"Yaudah. Bye kak, makasih! Assalamualaikum!"

Setelah melihat Jaffar pergi, Qila langsung mendatangi teman temannya. Dirinya diprotes karena terlambat, Qila hanya tertawa tawa.

"Eh, katanya kita ikut mobil anak cowok kan? Kita di mobil siapa?" Tanya Qila pada Luna, temannya.

"Gak tau sih, tadi masih diomongin. Jadi kita disuruh nunggu aja." Setelah Luna berkata seperti itu, ada sebuah mobil mendekat dan membunyikan klaksonnya. "Kayaknya itu deh. Samperin yuk!"

"Ayo girls! Masuk buruan ntar telat!" Qila membukakan pintu.

"Lo ditengah deh Qil, gue suka mabokan, harus sebelah jendela." Ujar Luna.

"Dih. Yaudah."

Qila pun memasuki mobil dan duduk di tengah tengah seat belakang. Luna pun mengikuti dan menutup pintu.

"Udah siap?" Qila terkesiap, dari tadi dirinya tidak melihat siapa yang duduk di driver seat. Itu Brian.

"Udah!" Sementara yang lain menjawab, Qila hanya terdiam.

Mobil pun melaju, hanya ada alunan lagu yang menemani perjalanan mereka, semuanya sibuk dengan ponsel masing masing. Well, semua kecuali Qila yang mencuri pandang pada Brian lewat spion tengah.

Dua tahun. Dua tahun penuh dirinya dan Brian tanpa interaksi.

Awalnya keduanya memang saling menjauh, Qila rasa keduanya memang butuh waktu. Tapi ketika akhirnya Qila ingin meminta maaf dan menjelaskan salah paham antara mereka, Brian malah menghindar. Sekali, dua kali, tiga kali, lalu Qila lelah mengejar Brian terus. Brian serius soal perkataannya, Qila pun sudah tidak peduli.

Semester selanjutnya, keduanya secara kebetulan jarang memiliki kelas yang sama. Lalu berikutnya, keduanya disibukkan oleh kegiatan magang dan persiapan juga pengerjaan skripsi. Lalu setelah dijauhkan sekian lama, dengan lucunya keduanya malam ini bertemu seperti ini? Qila tak habis pikir soal skenario Tuhan.

Apa kabar? Mengapa terlihat kurus sekali? Mengapa tidak menyapa? Mengapa mau menjemputnya dan teman temannya? Itu yang ada di pikiran Qila sembari dirinya memandangi Brian.

Lalu tiba tiba saja, mata Brian melirik spion tengah. Mata Qila dan Brian bertatapan untuk beberapa saat. Dingin, tanpa ekspresi, Qila yang tak kuat dengan tatapan Brian yang seperti itu pun memalingkan pandangan.

"Kita sampe." Brian mengumumkan. "Kalian turun disini aja, gue parkir agak jauhan."

Para gadis pun turun bergantian. Qila sudah akan menaiki tangga ke teras venue saat tiba tiba namanya dipanggil.

"La!" Qila menengok, Brian keluar dari mobil dan mendatanginya. "Hp lo."

Qila tersenyum canggung. "Oh, thanks."

"Oke." Brian kembali berjalan ke mobilnya, namun baru berapa langkah, dirinya berbalik. "La, kita—"

"Butuh bicara?" Potong Qila dan Brian mengangguk. "Nanti ya."

"Oke." Brian mengangguk kedua kalinya sebelum benar benar berjalan menjauh.

















======※======

Mereka mau ngomong apa ya? Balikan gak nih? Eh tapi Jaffar gimana? Emang mereka hubungannya apa? Wkwk.

Otw beres nih, see u next week 😘

In Between [YoungK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang