19

938 160 28
                                    

"Yuk pulang." Brian tersenyum saat mendekati Qila.

"Lo gapapa?" Qila memutari sahabatnya itu. "Kok bisa gak bonyok?"

"Gue gitu."

"Hhh, untunglah."

"Nah, giliran gue yang nanya." Brian berkacak pinggang. "Lo barusan diapain?"

"Cuma tiba tiba dipeluk... hehe." Qila mencoba tertawa, tapi Brian tahu gadis itu masih ketakutan.

"Kenapa sih lo gak bilang?" Brian memijit pangkal hidungnya.

"Apanya?"

"Lo, putus sama Mark gara gara dikasarin kan?" Brian menatap Qila marah. "Kenapa gak bilang?"






















"Oit." Sam menghampiri Brian yang duduk sendirian di meja kantin. "Liatin apa lo?"

"Gak." Brian memalingkan pandangannya kembali pada piring.

Sam tertawa. "Sok bohong lo. Padahal keliatan banget ngeliatin Qila. Jadi gimana?"

"Apanya goblok? Sana lah, ganggu gue makan aja."

"Wuah Bri, pagi pagi udah memamah biak?" Brian hampir tersedak waktu punggungnya dipukul Tian.

"Bangsat." Brian mengeluh pelan. "Ngaca, sarapan lo lebih banyak dari gue ya. Duduk ajalah, gue males ribut."

"Morning everybody!!" Brian mengusap wajahnya waktu Leo datang bergabung.

"Kenapa sih gue punya temen kayak kalian?" Brian lalu kaget menatap wajah Leo. "Muka lo kenapa?"

"Eh iya, kenapa lo?" Sam ikut bertanya sementara Tian hanya menyimak.

"Gelut gue. Sama si Arsjad bangsat." Kata Leo sambil duduk di samping Brian.

Tian mengerutkan keningnya. "Sejak kapan lo suka main otot?"

"Arsjad siapa woy? Kok baru denger?" Brian menatap yang lain bingung.

"Mark." Empat pria itu menoleh pada Dio, teman mereka lainnya, yang baru datang. "Mantannya sahabat lo itu."

"By the way, kok lo bonyok juga?" Brian bertanya begitu melihat bibir Dio yang luka.

"Ya dia sama gue kemaren." Sahut Leo. "Kena juga deh sama si bangsat itu."

"Ini gue ketinggalan apa sih? Kenapa dua makhluk anti gelut kayak lo berdua bisa bonyok sama orang yang sama gini? Terutama lo ya, Dio." Tian super penasaran.

"Lo emosi gak kalo liat cewek tiba tiba ditampar di depan lo?" Wajah Dio memerah karena marah.

"Hah? Gimana gimana?" Sam menatap Leo dan Dio bergantian.

"Gue lagi jalan sama Dio." Leo buka suara. "Kita gak sengaja ngeliat adik tingkat nyenggol Mark. Padahal dia kagak kenapa napa bro, eh ditampar itu cewek! Ya kita berdua samperin lah, ikut kena juga deh."

"Anjir? Gitu doang?" Sam menatap Leo tak percaya.

"Denger denger, dia emang punya kelainan emosi berkat bokapnya yang abusif." Sambung Dio. "Jadi kalo marah dia bisa sampe meledak dan anarkis sebelum tiba tiba balik manis lagi."

"Oke itu nyeremin." Brian bergidik mendengar penjelasan Dio.

"Loh, gue kira lo udah tau?" Dio sedikit terkejut melihat reaksi Brian.

"Gue?" Brian menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa gue harus tau? Temen gue aja bukan."

"Tapi kan, dia jadi korban juga." Dio menatap Qila di sisi lain kantin. "Lo serius gak tau?"

Marah, bingung, keinginan untuk meninju Mark, semua itu mendadak membuat kepala Brian pening.

"Lo jagain tuh Qila, gue denger juga Mark masih keukeuh pengen balikan. Udah ya, gue duluan."






















"Ketauan ya? Hehe." Qila tertawa canggung.

"Malah ketawa?" Brian menghela napas. "Lo tau gak gimana gue marah waktu denger itu dari orang lain?"

"Ya gue gak mau lo diapa apain sama Mark, Bri. Lagian... gue ditampar sekali doang, abis itu gue bener bener ngehindar."

Lalu untuk kedua kalinya, Qila ditarik tiba tiba ke dalam pelukan.

"Maaf." Bisik Brian. "Maaf waktu itu gue gak ada buat lo."

"Bri..." Qila menepuk punggung Brian. "Gak bisa napas gue... mana parfum lo nyengat..."

Brian melepas pelukannya dan tertawa. "Lo tuh ya, bener bener."

"Apa?" Qila menatap Brian.

"Ish." Brian mengacak rambut Qila.

"APASIH??"

"Jangan bikin khawatir terus dong, La."

"Gue gak minta dikhawatirin."

"Ya gimana bisa? Gue kan—" Brian terdiam sebelum tersenyum sambil menggeleng. "Ah nanti ajalah."

"Apanya?" Qila menatap Brian bingung.

"Engga." Brian mencubit pelan pipi Qila. "Ayo balik, udah jam segini sih gila."

Setelah berkata seperti itu, Brian meninggalkan Qila untuk mengambil motornya. Qila mengikuti Brian lambat lambat, perasaannya campur aduk. Qila bukan gadis yang tidak peka, Qila juga sepertinya tahu apa yang akan dikatakan Brian.

Masalahnya, apa dia merasakan hal yang sama? Itu yang Qila benar benar tidak tahu.



























======※======

Barangkali ada yg kepo sama disorder Mark, kalian bisa googling intermittent explosive disorder ya :)

Thanks for reading, jangan lupa vote! See you soon! 😘😘

In Between [YoungK]Where stories live. Discover now