28

894 140 31
                                    

"Gak usah Bri, kamu pulang duluan aja. Lagian aku mau makan dulu. Kamu gak usah nyusul, aku bisa pulang sendiri. Bye."

Brian menatap ponselnya lalu menghela napas. Sudah dua minggu semenjak dirinya dan Qila bertengkar di tempat osjur puncak, kini Qila malah menjauhinya.

Awalnya Brian tidak sadar. Qila selalu minta pulang cepat bahkan pulang sendiri karena ingin belajar. Setelah acara osjur puncak mereka memang menghadapi ujian akhir, Brian kira Qila memang hanya akan benar benar belajar. Tapi karena seminggu kemudian (setelah ujian akhir selesai) Qila masih seperti itu, Brian baru sadar kalau Qila menjauhinya.

Ketika marah memang biasanya Qila menjauhinya, tapi Qila tidak pernah diam. Menyindir atau bahkan bertengkar mulut di tempat, kalau seperti itu Brian jadi bisa tahu masalahnya dimana, tapi Qila kini hanya menghindar dan berkata semuanya baik baik saja.

Brian tidak bodoh. Qila tidak baik baik saja, mereka tidak baik baik saja dan Brian takut sendiri memikirkan apa yang akan terjadi kalau mereka terus seperti ini.

Brian mengeratkan genggamannya pada ponselnya sebelum dia berbalik, berjalan cepat ke arah kantin. Brian berniat minta maaf, apapun itu, Brian akan mengaku salah dan akan mencoba memperbaiki kesalahannya.






















"Udah lama?" Jaffar menarik kursi di depan Qila.

Qila tersenyum. "Engga kok, kak. Baru sepuluh menitan."

"Oh, baguslah." Jaffar melepas tas dan jaketnya sambil menatap papan menu. "Mau pesen apa? Gue yang ke counter aja."

"Gue aja kak." Qila sudah berdiri sambil memegang dompetnya. "Kakak mau apa?"

"Fish fillet kayaknya enak."

"Oke." Qila langsung berbalik ke arah counter.

"Eh!" Jaffar berseru membuat Qila berbalik. "Uangnya—"

Qila menggeleng. "Gue traktir."

Setelah Qila kembali dengan dua paket burger yang mereka pesan, keduanya malah langsung khusyuk makan. Mereka baru saling bicara setelah apa yang ada di nampan habis, menyisakan kola yang tinggal setengah penuh.

"Maaf maaf nih, gue lapar beneran. Gak sempet makan siang gara gara ikut ujian perbaikan." Jaffar menggaruk tengkuknya, malu.

Qila terkekeh. "Gapapa kak, gue juga lapar kok."

"Jadi," Jaffar menaikkan kedua tangannya ke meja, bertopang dagu menatap Qila. "Ada apa tiba tiba mau ketemu gue, sampe nraktir segala?"

Qila mengangkat goodie bag yang dari tadi ada di sampingnya ke meja. "Mau bilang makasih sama balikin ini. Maaf kelamaan, gue lupa gara gara sibuk ujian."

Jaffar mengeluarkan isi goodie bag yang ternyata windbreaker-nya yang dia pinjamkan pada Qila saat osjur puncak. "Wah, gue aja lupa. Kirain ini gue lupa naro."

"Maaf ya, waktu itu gak inget sama sekali gue pake jaket kakak."

Jaffar menatap Qila, atmosfer di antara mereka tiba tiba hening dan canggung. 'Waktu itu' yang Qila maksud adalah saat Qila ditarik menjauh tiba tiba oleh Brian yang marah.

"Maaf."

"Maaf, kak."

Qila dan Jaffar bicara bersamaan sebelum saling menatap.

"Lo dulu."

"Kakak dulu."

Jaffar tertawa pendek karena lagi lagi keduanya bicara bersamaan. "Yaudah gue dulu. Maaf ya, udah bikin lo berdua berantem."

"Ah gapapa kok, harusnya gue yang minta maaf kak. Dia gak sopan sama kakak padahal kakak cuma nolongin gue. Maaf ya."

"Gue ngerti kok kalo dia sampe marah." Jae tersenyum miring. "Gak ada cowok yang suka ceweknya jalan malem, berduaan sama cowok lain. Pake acara pegang pegang pula."

"Tapi kan kita gak ngapa ngapain, kakak cuma bantuin gue. Dia aja kelewatan."

"Yah, udahlah. Gue ngerti." Jae tersenyum menenangkan. "Lo sama dia udah baikan kan? Jangan bilang kalian masih berantem?"

Qila hanya diam, memalingkan pandangannya dari tatapan Jaffar.

Jaffar menghela napas. "Aduh, kayaknya gue harus minta maaf langsung ke Brilliant."

"Ngapain??" Qila kaget mendengarnya.

"Gue gak mau jadi perusak hubungan orang ya."

"Ja-jangan, nanti dia malah makin salah paham. Gue bisa urus sendiri kok, kakak gak usah datengin dia."

"Bener?"

"Iya."

"Yaudah bagus deh. Gue sebenernya gak berani nyamperin dia."

Qila tertawa. "Lah kenapa?"

"Takut tiba tiba dibogem." Qila malah tertawa makin keras. "Heh kenapa lo, malah ngetawain."

"Gak kok... Brian gak bakal kayak gitu kak, dia gak pernah..." Qila lalu teringat saat Brian tiba tiba meninju Mark. "...oke, dia pernah tiba tiba ngebogem orang."

Jae mengangkat kedua tangannya. "Oke, gue gak bakal nyamperin Brilliant. Fix."

Qila tertawa lagi. "Apaan sih? Sekali itu doang kok, itu juga besoknya ngeluh tangannya masih sakit."

"Kenapa kalo boleh tau? Dia ngebogem orang?"

"Itu... mantan gue, dia agak bermasalah dan maksa balikan, kebetulan ada Brian. Jadi... ya, gitu."

"Dia sayang banget ya sama lo." Jaffar tersenyum tipis.

Qila juga tersenyum, miring. "Sedikit kebangetan... sampe bikin capek."

"Hah?" Jaffar merasa salah dengar karena Qila bicara cukup lirih.

"Engga." Qila tersenyum, kali ini dengan ceria. "Pulang yuk kak? Kayaknya mau hujan nih."

"Wah bener juga. Ayolah."

Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, keduanya beranjak keluar restoran.

"Lo pulang ke arah mana?" Jaffar bertanya. "Ayo gue anter aja. Lo gak bawa kendaraan kan ya?"

"Gak bawa sih... cuma gak usah kak, gue bisa naik bis."

"Jangan lah, macet kan kalo jam segini. Udah gue anter aja."

"Gak usah kak..."

"Ey, balesan tadi gue udah ditraktir. Ayo yuk?"

Qila tertawa. "Sumpah ya, maksa banget gak ngerti!"

"Jadi ayo gue anter nih?"

"Yaudah iya!" Qila masih tertawa. "Tapi kalo gak salah arah pulang kita beda, jadi jangan ngeluh kalo—"

"La," Qila bergidik sebelum menoleh ke samping kirinya untuk menemukan Brian yang berdiri disana. "Jadi nyuruh gak nyusul tuh gara gara ini?"























======※======

Gue lagi menelantarkan semua work gue nih wkwk. Akhir taun gue malah sibuk, ujung ujungnya capek jadi gak kepikiran nulis heheu.

Gimana nih, kalian udah pada libur kah? Ah tapi hari ini kan emang libur wkwk. Akhir tahun mau liburan kemana nih?

Mau makasih, work ini nyentuh 6K readers wkwk senang! Makasih udah setia baca, baik work ini ataupun work gue lainnya. I laf yu! ❤❤❤

Sekian deh dulu deh gengs. Jangan lupa votenya ya! Happy holiday! 😘😘

In Between [YoungK]Where stories live. Discover now