20

992 172 20
                                    

"Udah jam segini, masih belum beres?" Brian muncul di pintu lab komputer dimana Qila mengerjakan tugas.

"Belum. Capek." Kata Qila sambil menidurkan kepalanya di depan keyboard.

"Lagian, suruh siapa lo kemaren kemaren jam praktikum malah cabut duluan mulu? Sendirian kan lo sekarang."

"Bacot, Bri. Gue ngurusin osjur puncak. Emang elu, kebanyakan mangkir rapat?"

Brian menarik kursi di sebelah Qila dan ikut menidurkan kepalanya. "Ya gue capek capek gitu dapet apa coba? Kan masih ada yang lain."

"Iya 'yang lain' kata lo itu orang orang macem gue." Qila tiba tiba mendorong Brian menjauh. "Sana ah, niat ngebacotin doang mah pergi."

"Yee, tuan putri ngambek." Brian tertawa lalu menyimpan termos kecil yang dari tadi dipegangnya di meja. "Minum dulu nih, istirahat."

"Apaan?" Qila membuka tutup termos, matanya membulat mencium wangi minuman kesukaannya. "Earl grey?? Beli dimana kok niat?"

Brian menyodorkan sekardus kecil teh. "Nyeduh sendiri gue."

"Ih asik! Makasih loh, mana dari tadi gue kedinginan gara gara AC."

"Ginian doang, La."

"Giniannya means a lot, Brian. Tengkyu."

"You're welcome."

Menit menit selanjutnya dihabiskan dengan Brian memandangi Qila yang menikmati tehnya sambil tersenyum. Qila yang lama kelamaan sadar, sekarang balik memandangi Brian. Keduanya saling memandang, lalu lama kelamaan keduanya tertawa.

"Apasih lo??" Tanya Qila.

"Lo yang apa, lo kan yang duluan ketawa??" Balas Brian.

"Ya lo kenapa ngeliatin??"

"Yeu suka suka gue sih?? Mata gue ini??"

Qila tertawa. "Anjir udah malem jadi gak jelas gini! Pulang ajalah yuk?"

"Itu tugas gimana?"

"Bodo, besok lagi aja."

"Yeu, yaudah terserah."

Tak lama, keduanya sudah berada di parkiran, menunggu Brian memanaskan motornya.

"La, itu jaket pake yang bener sih. Dingin ini." Kata Brian setelah melihat Qila belum menutup resleting jaketnya.

"Ya nanti." Balas Qila tanpa melepaskan pandangan dari ponselnya.

"Sekarang, ini bentar lagi berangkat ya."

"Hm."

"Laa,"

"Ih bacot, tutupin aja nih sama lo."

Brian benar benar langsung menutup resleting jaket Qila, membuat Qila kaget karena tiba tiba ditarik mendekat. Yah, terlalu dekat sebenarnya.

"Chat siapa sih lo?" Qila diam saja karena sekarang Brian sedang membenarkan rambutnya setelah memasangkan hoodie jaketnya. "Dah rapih nih. Tau ga, lo kayak pinguin hahahaha!"

"Ish." Qila mundur selangkah, entah kenapa jantungnya berdebar tak karuan. "Kepo."

"Gak boleh?" Qila lagi lagi kaget waktu Brian mendekatkan wajahnya.

Qila tanpa sadar lagi lagi mundur. "A-apasih?"

"Ngapain mundur mundur?" Brian menarik Qila mendekat.

"Ngapain sih Bri??" Qila panik sendiri. "Udah ayo pulang!"

"Hahaha, iya iya."

Brian berbalik untuk menaiki motornya. Brian lalu tertawa sendiri mengingat ekspresi Qila barusan: terkejut, pipinya memerah. Brian suka melihatnya, imut, pikirnya.

"Heh," Brian tersadar dari lamunannya karena tarikan di pinggangnya. Qila tahu tahu sudah ada di boncengannya. "Ngapain sih malah diem? Ayo pulang, Papi nyariin nih."

"Iya siap meluncur, Princess."

Qila bergidik geli. "Sumpah ya, gue yang capek nugas kenapa lo yang error?"

"Gak error kok gue." Brian memalingkan wajahnya ke depan sebelum menambahkan dengan lirih. "Cuma jatuh cinta aja."

"Hah apa?" Tanya Qila. "Ngomong tuh kerasan dikit dong, suka gak nyadar gitu kalo helm lo fullface."

"Engga, gapapa. Pegangan aja gue mau jalan."























======※======

Vote-nya sayangkuuu, biar si gue semangat lanjutnya! 😘😘

In Between [YoungK]Where stories live. Discover now