6

5K 686 131
                                    

.

.

.

Maaf lama hehehe. Semoga yang nagih-nagih nggak sekedar nagih doang ributnya, tapi ribut di kolom comment juga ^^

.

.

.


"Aku bertemu ibu tadi siang," ujaran Yoongi mengiringi suara dentingan sloki yang bersentuhan dengan lantai di sela acara minumnya bersama Namjoon di apartmen sahabatnya.

Sang sahabat segera menolehkan kepalanya ke arah samping, namun ia hanya menemukan raut wajah putus asa. "Apa dia mengusirmu?" tanyanya ragu.

Yoongi mendecih lalu terkekeh pelan, menertawakan jalan hidupnya. "Aku hanya melihatnya dari kejauhan. Aku bahkan tidak yakin jika itu ibu. Tapi, kurasa dia benar-benar ibuku."

"Ahh ... maaf." Namjoon segera menuangkan soju ke dalam gelas Yoongi yang kosong sebelum kemudian menuangkan untuknya sendiri.

Keduanya kembali terdiam, membiarkan suara musik yang terdengar dari speaker menjadi pengiring malam yang terasa dingin itu. Namjoon kembali melirik ke arah Yoongi yang tengah memainkan gelas soju setelah menegak isi di dalamnya dengan cepat. "Yoon, kenapa kau bersikeras meninggalkan ayahmu?" Adalah sebuah pertanyaan yang selalu Namjoon ingin lontarkan, namun ia baru saja mendapat keberaniannya.

Yoongi menunduk dengan senyuman tipis sebelum menjawab. "Ayah membentak ibu dan mengatai Taehyung anak sialan hari itu. Aku tidak terima, dan selama itu pun juga aku tidak mengerti kesalahan apa yang ibu dan Taehyung lakukan pada ayah. Ia bahkan melarangku untuk menemui mereka. Aku, hanya tidak bisa menerima keadaan. Aku akui itu. Tapi, tidak pernah ada penjelasan dan semuanya berubah dalam satu hari."

Namjoon mengangguk-angguk tidak berniat menanggapi. Yoongi tak butuh nasihat, ia hanya butuh teman untuk berbicara. Dirinya sudah terlalu mengenal perangai sahabatnya itu, tak perlu dijelaskan lagi.

"Joon, kurasa ibu dan Taehyung berada di Seoul. Bisa kau bantu aku sekali lagi?"

"Tentu! Aku akan membantumu mencari mereka."

.

.

.

Keesokan harinya ketika Jimin turun dari lantai atas, Yoongi baru saja pulang diikuti oleh Namjoon di belakangnya. Ia hendak tersenyum lebar seperti biasa, berharap jika sang kakak akan memperlakukannya seperti tempo hari kala dirinya sakit, namun nihil. Yoongi berjalan begitu saja melewatinya.

"Hyung! Ayah menunggumu tadi malam karena ia harus pergi ke Jepang pagi-pagi sekali," berita Jimin tak peduli pada sang kakak yang sudah hilang di balik tembok. Ia hanya ingin sang kakak tahu jika ayah mereka masih sangat peduli terhadapnya.

Ia tengah menghela napas pelan ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya lembut. "O! Pagi Namjoon hyung! Sudah lama aku tidak melihatmu ke sini."

Pria berlesung pipi itu tersenyum karena mendapat sambutan secerah mentari pagi. Melihat Jimin yang tampak sedikit murung, ia pun menunduk untuk menyamakan tinggi bibirnya dengan telinga adik dari sahabatnya itu, yang jauh lebih pendek darinya. "Aku memiliki berita penting untukmu, Jim," setelah itu ia membisikan 'berita penting' itu yang kemudian kembali mengundang senyum lebar Jimin.

"Benarkah? Terima kasih hyung!" ujarnya bersemangat.

.
.
.

FéeWhere stories live. Discover now