Bag 26

24.7K 1.8K 96
                                    


HURT 26

••••••••••••••••••••••••••••••

Dua netra berbeda warna itu saling menatap dalam keterdiaman. Suasana terasa menyesak hingga membuat nafas keduanya memburu, mengekspresikan segala emosi yang menumpuk.

"kenapa?" tanya Irsyad dengan sendu,  mata coklatnya menatap penuh tuntutan kepada sosok yang berada di hadapannya.

Lain halnya dengan Irsyad, Raka terdiam dengan pandangan tak fokus.  Jantungnya berdentum keras yang sangat menyesakkan. Sungguh ia tak dapat berfikir jernih lagi saat ini. "ma...maksud lo apa? Gue nggak paham" ujarnya dengan mata yang menjalar kesegala arah, asal tak bertubrukan dengan mata sendu itu.

"gue ingin marah tapi nggak bisa, ingin menyudahi tapi sangat sulit rasanya, lalu gue harus apa?" tanya Irsyad dengan mata yang sudah terselimuti kabut tipis air mata. Hal itu semakin membuat Raka kalang kabut, rasa takut menyelimuti dirinya saat ini.

"mak...maksud lo apa sih Cad? gue nggak ngerti" ujarnya dengan nada takut. Hingga jawaban Irsyad membungkamnya.

"kenapa lo jahat kak? Apa salah gue? Gue nggak ngelarang lo deket-deket bunda, gue selalu nerima lo sebagai kakak gue, gue selalu sayang sama lo, tapi..tapi kenapa lo jahat? Setidaknya beri gue sedikit saja kasih sayang bunda, beri gue kesempatan buat deket sama bunda. Tapi kenapa lo egois?" air mata sudah mengalir dari mata Irsyad bahkan nafas pemuda itu semakin memburu disertai isakan menyakitkan.

Raka mengalihkan wajahnya, air mata ikut mengalir dari matanya, namun hal itu langsung dihapusnya dengan kasar. "gue...gue nggak paham, sumpah lo aneh" ujarnya masih mengelak.

Irsyad menatap dalam sosok kakak yang ia sayang itu. "gue tau kak, gue tau semuanya" ujar Irsyad masih terisak. "plis hentikan semuanya, gue mohon hiks...hiks..."

"hentikan? Hentikan apa sih? Lo ga jelas sumpah"

"gue liat cctv nya, gue liat kejadiannya. Semuanya...kenapa? Hiks... Hiks... Jika..jika lo bilang dari dulu mungkin ceritanya nggak kayak gini... Gue masih dapat kesih sayang bunda, gue masih bisa bahagia"

"lalu gue? Gue akan hancur. Mereka akan membenci gue... Gue nggak sanggup hiks...hiks... Gue nggak siap Cad, gue...gue nggak mau kehilangan semuanya.. Plis lo ngertiin posisi gue" akhirnya Raka mengeluarkan segala beban hatinya. Terdengar sangat egois memang, tapi apa boleh buat? Setiap orang akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan mereka.

"tapi lo nggak ngertiin gue kak, sudah lebih sepuluh tahun gue terasingkan hiks...hiks...dan...dan semua itu gue nggak paham apa permasalahannya"

"sorry... Sorry gue nggak bisa... Gue nggak siap untuk hancurin semuanya" ujar Raka tak memikirkan perasaan Irsyad. Rasa takut dan keegoisan sudah menelan jiwa dan perasaannya hingga tak ada lagi yang bisa ia fikirkan kecuali kebahagiaan untuknya.

'BRAK...!!'

"bangsat... Pengecut lo sialan!!" tiba-tiba saja pintu uks terbuka kasar dan memunculkan Arsyad yang telah dirajai oleh emosi. Pemuda itu langsung menerjang Raka dan memberikannya banyak pukulan.

'bugh...bugh...bugh...' "sialan...bugh...pecundang lo! Banci! Menjijikkan bugh...bugh... Pengecut lo anjing..." Arsyad benar-benar marah ketika mendengar pembicaraan adiknya dengan Raka. Tangannya sangat gatal untuk menghancurkan pemuda itu. Tak peduli jika tangannya ikut memerah, yang terpenting Raka hancur ditangannya.

"Pikiran lo dimana hah? Selama ini lo dalangnya dan dengan brengseknya lo ngalihin kesalahan ke adek gue! Bangsat.. Mati aja lo sialan!" Raka tak melawan sedikitpun pukulan yang dilayangkan ke tubuhnya. Ia hanya diam menikmati segala pukulan itu, mungkin dengan ini dosanya bisa terhapuskan.

H U R T  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang