Bag 22

26.9K 2K 42
                                    

Hurt 22

Dari pukul setengah tujuh pagi tadi, dia sudah duduk seorang diri menunggu seseorang yang sedari kemarin dicarinya. Ya tiba tiba saja orang itu hilang dari peradaban hingga membuatnya terus memikirkan orang itu sejak semalam.

Gadis itu selalu saja celingak celinguk menatap jalanan dari gerbang sekolah. Masih sedikit murid yang datang, mungkin sebentar lagi akan muncul murid yang lainnya.

"Eit...eit...Stooop!" gadis itu langsung menghadang mobil hitam yang baru memasuki gerbang.

Sang pemilik mobil langsung saja keluar dengan wajah kesalnya. Orang itu berjalan cepat kearah gadis itu dan menariknya dari depan mobil.

"Oy Bul, lo apa apaan sih? Ntar kalo ketabrak gimana?" ujar orang itu kesal.

Gadis yang dipanggil Bul mencebikkan bibirnya kesal. "Oy... Nama gue Rembulan cahaya bintang, bukan Bul!" ujarnya dengan nada kesal.

"Oke...oke... Rembulan cahaya bintang, ada apa? Kenapa lo halangin mobil gue?"

"Begini ya Algilang Dewata, gue mau nanya!" kata Bulan santai.

Gilang menggeleng pelan melihat tingkah gadis dihadapannya ini. "cuma mau nanya?" ujarnya tak percaya. " astaga Bul, kita sekelas kan bisa nanya nya nanti dikelas. Ngapain di gerbang segala sih? Nggak liat, pada marah noh jalannya dihalangin?" lanjut Gilang dengan gemas. Ingin sekali ia menggantung gadis satu ini ke atas atap.

"Karna ini penting lang, sangat sangat penting pokoknya"

Gilang bersedekap, "yaudah, mau nanya apa? Buruan! Mobil gue ngalingin jalan" ujar Gilang terburu buru. "Lo masuk aja deh, nanya dimobil" lanjut pemuda itu sambil menarik Bulan kebangku penumpang.

"Jadi lo mau tanya apa? Kalo soal pelajaran jangan ke gue!" ujar Gilang ketika telah memberhentikan mobilnya diparkiran sekolah. Bulan yang tadi diam memperhatikan jalan langsung menoleh kepada pemuda disebelahnya.

"Eh itu si Irsyad kemana sih? Kok tiba tiba ngilang? Padahal kemaren syutingnya belum selesai. Terus lo and the gank juga kemana? Kenapa pada lenyap dari sekolah kemaren?" tanya gadis itu beruntun.

Gilang mendadak merasa gugup ditambah bingung. Bagaimana ia akan menjawab pertanyaan Bulan? Ia sudah berjanji kepada Arsyad tak akan memberitahu siapapun mengenai keadaan Irsyad saat ini.

'tok...tok...tok...'

Tiba tiba saja dua orang itu dikagetkan oleh bunyi ketukan pada kaca mobil Gilang. Mereka dengan serentak melihat siapa orang yang telah mengganggu pembicaraan mereka.

Tampak Fariz yang masih setia menggedor gedor kaca jendela mobil Gilang. Pemuda itu tampak sangat tak sabaran. Akhirnya Gilang menurunkan kaca mobilnya dan menatap Fariz dengan pandangan bertanya.

"Santai aja bang, kenapa?" tanya Gilang.

Fariz sempat menunjukkan raut kaget ketika melihat keberadaan Bulan dimobil Gilang. "Cih...pacaran ternyata, gue kira lo mati kehabisan napas didalam" ujar Fariz kesal. "Mau sampe kapan lo berdua didalam? Bel udah bunyi beberapa menit lalu dan kalian masih sibuk berduaan dalam mobil. Mau kena hukum kalian? Ayo masuk!" lanjut Fariz panjang lebar.

Gilang dan Bulan sedikit melongo mendengar perkataan Fariz. Baru kali ini mereka mendengar kalimat panjang dari mulut laki laki itu.

Fariz berdecak kesal, ia memasukkan tangannya kedalam mobil dan langsung menarik rambut Gilang hingga kepala pemuda itu menunduk dalam. "Gue nyuruh keluar bukan bengong!" ujar Fariz masih terdengar kesal.

Akhirnya Gilang keluar dari mobilnya dengan membawa raut menggerutu diwajahnya. Begitu pula dengan Bulan, gadis itu ikut keluar dari mobil Gilang dan berjalan mendekati kedua teman sekelasnya itu.

H U R T  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang