Bag 20

24.7K 1.9K 36
                                    


Hurt 20

"Halo gays...sesuai permintaan kalian kemaren, gue bakal bikin vlog baru bersama cogan disamping gue" Bulan bercakap cakap dengan handphonenya. Sedangkan pria disampingnya hanya diam menatap tajam punggung gadis itu.

Dia Irsyad, pemuda yang Bulan tarik ketempat ini dengan paksa. Bagaimana tidak? Baru saja pemuda itu menginjakkan kaki dikelas tangannya telah kembali ditarik menuju taman sekolah yang sepi. "Ayo jadi partner vlog gue!" ujar cewek itu kala menarik Irsyad.

Dan berakhirlah sekarang dengan Irsyad yang duduk dibangku taman bersama si gadis vlog, siapa lagi kalo bukan Rembulan Cahaya Bintang.

"Nah...dia ini adalah temen sekelas gue, orangnya pendiem gitu tapi kalo lagi pms, galaknya udah kayak macan" ujar Bulan. Irsyad mendelikkan matanya kearah gadis itu. 'Emangnya gue cewek' batinnya kesal.

"Udah mau bel, videonya udahan aja ya gue mau ke kelas" pinta Irsyad. Pemuda itu ingin menegakkan tubuhnya dan berdiri, tetapi lagi lagi gadis ini memaksanya untuk duduk.

"Bentar lagi ya...plisss...belum lima menit nih, nanti penonton kecewa" ujar Bulan memelas. Tangannya masih memegang ponsel dan merekam.

"Nggak!" ujar Irsyad mutlak seraya berlalu dari taman. Meninggalkan Bulan yang tengah mencak mencak tidak jelas disana.

Sesampainya dikelas, Irsyad langsung disambut tatapan bertanya dari temannya dan juga Arsyad. ketiga orang itu sudah duduk berkumpul dibangkunya dan Gilang.

"Darimana aja lo?" tanya Gilang langsung ketika Irsyad telah duduk dibangkunya.

"Dari taman" jawab Irsyad singkat seraya mengobrak abrik tasnya. "Ada pr kah?" tanyanya.

"Tumben lo ketaman. Ngapain?" bukannya menjawab pertanyaan Irsyad, pemuda itu malah kembali mendapat pertanyaan dari temannya. Irsyad mendengus seraya menatap tiga orang didekatnya.

"Bukan urusan lo pada, sekarang jawab pertanyaan gue" ujarnya kesal.

Arsyad sang kembaran mendelik tidak suka dan menoyor kepala Irsyad. "Ye...orang nanya karena khawatir. Ngga ada!" ujarnya setelah itu.

"Oh" ujar Irsyad singkat kembali berkutat dengan tasnya.

Tiga orang tadi, Gilang, Fariz, dan Arsyad kembali mengerutkan kening. "Lo ngapain sih?" tanya mereka hampir berbarengan.

Yang ditanya tak menanggapi dan kembali mengobrak abrik isi tasnya. "Obat gue mana ya?" gumamnya pelan.

"Obat?" Fariz yang mendengar gumaman Irsyad langsung buka suara. "Lo masih sakit? Sampe bawa obat segala"

Irsyad membeku ditempat. Jangan sampe bocor pikirnya. Dengan cepat ia menoleh kearah Fariz, tetapi rasa pening tiba tiba datang menimpa kepalanya. Tanpa sadar Irsyad meeingis sambil memegang kepala yang membuat temannya panik, apalagi Arsyad. Pemuda itu sudah menarik bahu Irsyad mendekat.

"Lo kenapa dek? kepala lo sakit lagi?" tanyanya panik dicampur khawatir. "Ayo ke uks" ujarnya ketika tak mendapat respon dari Irsyad.

Belum sempat mereka membawa Irsyad, mereka kembali dibuat panik ketika darah mengucur dari hidung mancung Irsyad.

"Astaga...itu...darah...mimisan" ujar Gilang panik. Sedangkan Fariz yang biasanya tenang sekarang kalang kabut mencari tisu dimeja murid lain.

"Nih...nih tutup hidungnya" ujar Fariz menyodorkan beberapa tisu kepada Arsyad. Langsung saja ia menutup hidung Irsyad agar tidak mengeluarkan darah lebih banyak.

Akhirnya tanpa menunggu lama, Arsyad langsung mengangkat tubuh Irsyad di punggungnya seraya berlari keluar kelas diikuti dua Irang yang lain.

Bukannya membawa ke uks, Arsyad malah melangkah menuju parkiran sekolah. Beberapa siswa yang melihat mereka hanya melihat seraya mengerutkan dahi bingung.

Raka yang juga melihat adiknya dibopong ikut bergerak mengikuti mereka. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi. "Kenapa sih?" tanyanya kepada Fariz ketika sampai dimobil Arsyad.

Pemuda yang merupakan temannya Irsyad itu hanya menatap datar Raka. "Kenapa lo nanya? Sejak kapan lo peduli sama adek lo" ujarnya tajam kepada Raka. Yang ditatap tajam langsung terdiam. Iya selama ini teman teman Irsyad mengetahui hubungan keluarga temannya itu.

"Oy...kalo masih mau berdebat, Minggir. Gue mau kerumah sakit" ujar Arsyad dari dalam mobil.

"Nggak. Gue ikut!" ujar Raka dan Fariz bersamaan. Kedua orang itu masih sempat mendelik sebelum memasuki mobil Arsyad.

________________

Di rumah sakit, Irsyad langsung mendapat penanganan dari dokter. Pemuda itu telah kehilangan kesadarannya sejak dalam perjalanan tadi.

Arsyad, Raka, dan teman teman Irsyad menunggu dengan cemas didepan ruangan pemeriksaan Irsyad. Mereka tidak memikirkan lagi masalah disekolah, karena telah kabur kesini.

"Sebenarnya Irsyad kenapa?" tanya Raka sekali lagi. Ia benar benar penasaran dengan keadaan sang adik. Begitupun dengan Gilang dan Fariz, mereka ikut menatap bertanya kepada Arsyad.

Arsyad mengusap wajahnya kasar. Apa perlu ia memberitahukan yang sebenarnya? Pikir pemuda itu. akhirnya ia memilih untuk memberikan alasan yang sebenarnya, toh lama kelamaan hal ini pasti akan diketahui juga.

Dengan memantapkan hati, ia menatap tiga pemuda lain didekatnya. Ia ingin membicarakan mengenai penyakit Irsyad.

"Sebenarnya..."

'Cklek'

Pintu ruangan Irsyad terbuka, menghentikan kata kata Arsyad. Orang orang disana langsung menatap dokter yang berdiri diambang pintu.

"Om gimana?" tanya Arsyad yang langsung berdiri mendekati dokter Reo.

Dokter Reo menggeleng pelan. "Keadaannya semakin memburuk. Mau tak mau om harus melakukannya, kita tidak perlu menunggu jawaban Irsyad lagi, ini juga demi kebaikannya" ujar dokter itu menjelaskan.

Hanya Arsyad yang mengerti perkataan dokter itu. Tiga orang yang lain hanya berdiri bingung mendengarkan perkataan sang dokter.

"Lakukan om, lakukan apapun yang terbaik buat Irsyad" ujar Arsyad dengan serius. Ia hanya ingin yang terbaik untuk sang adik.

"Nanti om akan kembali lagi kesini untuk memeriksa Irsyad. Saat ini ia masih dipengaruhi obat bius, biarlah dia istirahat dulu. Kalo mau menjenguk jangan berisik" ujar dokter Reo sebelum meninggalkan ruangan Irsyad.

"Sekarang gue bener bener butuh jawaban" Ujar Raka. Mereka telah berada didalam ruang rawat Irsyad.

Disana, dibrankar rumah sakit. Irsyad tengah terlelap. Wajahnya sangat pucat dengan dihiasi nassal canula untuk membantu pernafasannya.

"Kalian harus janji jangan beritahu siapapun" ujar Arsyad pelan, takut mengganggu istirahat sang adik. "Irsyad sakit, kanker otak" ujarnya akhirnya memberitahukan kebenaran keadaan Irsyad.

Tiga pemuda itu terdiam kaku. Mereka sangat syok mendengar berita mengejutkan ini.

"Lo...lo becanda kan?" ujar Gilang memastikan. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Arsyad. Tapi gelengan dari Arsyad lah menjawab keraguan Gilang. pemuda itu langsung terduduk lemas disofa ruangan itu. Matanya menatap nanar kearah Irsyad.

Berbeda dengan Galang, Raka langsung berjalan mendekati Irsyad dan menatap sendu sang adik. Ia tak menyangka pemuda ini menyimpan kenyataan yang begitu berat. 'Maaf dek' batinnya.

Entahlah, ia hanya merasa sangat bersalah kepada sang adik. Dari dulu ia tak pernah benar benar memperhatikan Irsyad. "Maaf" ujarnya pelan dangan air mata yang tiba tiba mengalir.



















Bersambung.....

H U R T  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang