12th; changed

821 107 0
                                    




Angin musim dingin begitu terasa sekarang. Jimin pun menyeruput americano nya. Setelah ia membaca buku di cafè langganannya ia berencana untuk mengajak Seulgi untuk sekedar jalan-jalan.


Ditempelkan benda pipih yang begitu canggih itu pada salah satu telinganya. Terdengar dengan jelas suara dari operator yang mengatakan bahwa nomor yang dituju tidak dapat dihubungi. Untuk kedua dan ketiga kalinya ia hanya dapat mendengar suara operator yang sama pula. Ia pun menyerngit heran. Tidak biasanya juga seseorang yang dihubunginya itu tidak mengangkat telponnya.


-------


"Seulgi-ah, sudahlah.."


"Seulgi sayang," minhyuk pun melihat kedua sahabat itu saling berpelukan. Sedari tadi wendy lah yang menenangkan seulgi. Minhyuk pun merasa bersalah karena sudah begitu lama ia tidak berbagi cerita bersama gadis itu. Biasanya mereka memiliki waktu untuk saling mendengarkan cerita satu sama lain.


"Apakah aku harus menghubungi namjoon?" Tanyanya bingung. Jujur minhyuk tidak tahu harus berbuat apa kali ini karena dia tidak mengetahui apa sebab dari tangisan seulgi saat ini.


"Jangan oppa! Biarkan aku saja ya-"

"Kenapa aku menyia-nyiakan pria yang sudah jelas mencintaiku?" Katanya sesenggukan karena tangisnya yang cukup hebat itu.


"Ini bahkan lebih sakit, wendy-ah. Mengetahui dia ternyata sudah memiliki yang lain.." seulgi pun kembali menangis. Wendy pun mengeratkan pelukannya lalu mengusap punggung gadis itu secara perlahan. "Kenapa tidak menanyakan langsung padanya, seulgi-ah? Mungkin kau salah paham dengannya,"


"Tidak. Dia memeluk dan mencium gadis itu, wendy-ah. Dua hari tidak bertemu dan melihat pemandangan itu, bukankah itu sudah terlalu jelas?" Minhyuk begitu penasaran dengan sosok yang seulgi ceritakan.


Oh,


Dia mulai berpikir lagi tentang apa yang pernah dikatakan namjoon kepadanya waktu itu.

Mungkinkah ini yang dimaksudnya?



"Ah mungkin ini adalah alasannya mengapa ia tidak pernah mengatakan hal itu kepadaku wendy-ah." Wendy hanya diam. Percuma ia berbicara tapi tak pernah digubrisnya.


"Kau terlalu menaruh harap pada pria itu, seulgi-ah." Perkataan minhyuk barusan terdengar menggema didalam kamar seulgi. Ia pun diam, berusaha meredakan tangisnya juga merenungkan kembali kalimat dari saudaranya itu.


"Berhentilah menangis. Kamu terlihat sangat menyedihkan menangis seperti itu,"

"Tidak ada gunanya untuk menangisi seseorang yang tidak mencintaimu, kang seulgi."


------


"Kang seulgi!" Yang dipanggil pun semakin jauh pergi meninggalkannya.


Apa yang terjadi?


Sungguh ia tidak tahu mengapa seulgi bersikap seolah ingin menghindar kepadanya. Terakhir kali ia menemui gadis itu di taman tanpa gadis itu sadar, karena waktu dia datang menemuinya kedua bola mata dari seulgi itu sedang ditutup dan yang dipercayainya yaitu seulgi sedang menikmati musik yang didengarnya.


Ketika ia ingin menegur seulgi waktu itu, gadis yang telah memiliki janji dengannya pun telah sampai disana dan langsung memanggilnya.


Disisi lain namjoon menyerngitkan dahi, tidak mengerti dengan pesan yang diberikan oleh sekertaris ayahnya.


From: Kang Minhyuk
Seulgi, sudah beberapa hari ini dia dalam mood yang tidak baik. Beberapa hari yang lalu juga dia menangisi seseorang yang tidak ku tahu. Kau tahu siapa yang seulgi maksud, joon-ah? Aku merasa khawatir karena dia lebih sering mengkhayal akhir-akhir ini.



Mungkinkah dia yang dimaksud adalah jimin?



"Namjoon-ah!" Pandangannya teralihkan kepada jimin yang berdiri 5 meter didepannya. Jimin berlari menghampirinya, dilihatnya jimin dengan tatapan bingung. "Kau tahu kenapa seulgi menghindariku akhir-akhir ini?"



"Bukankah saudaranya bekerja dengan ayahmu? Apakah dia mengatakan sesuatu tentang seulgi?" Semua pertanyaan dikeluarkan dari mulut jimin tanpa ragu.

"Apa yang kau lakukan huh?" Kali ini jimin menyerngit heran mendapatkan pertanyaan balik dari namjoon.


-------


Seulgi fokus mencatat referensi yang dirasa penting dan berkaitan dengan tugas akhir-nya. Ia sekarang sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir yang menuntutnya untuk menyelesaikan penelitian akhir -skripsi- sebagai salah satu syarat untuk lulus dalam universitas.


Ditemani wendy sahabatnya, tanpa ada sepatah kata yang keluar. "Seulgi-ah," wendy yang notabene telah menyelesaikan acara membacanya pun membuka suara. "Hm," gumam seulgi tanpa menghentikan aktivitasnya, menulis. "Kau tidak seharusnya menghindari jimin.." seulgi pun menghentikan aktivitasnya sejenak. Hening sesaat. Wendy menatapnya penuh dengan rasa iba.

"Setidaknya bicaralah kepadanya, kalau kau memang sudah tidak mau lagi berada selalu didekatnya setidaknya berikan alasan kepadanya." Lanjutnya lagi memberi saran. "Nantilah, aku masih sibuk menyelesaikan tugas akhir ini wendy-ah." Dikatakan seulgi dengan nada yang pelan tapi masih bisa didengar oleh lawan bicaranya.

"Maka dari itu kang seulgi kalian sudah tidak lama lagi berada ditempat yang sama seperti ini,"

"Mungkin setelah kuliah dia akan mengikuti wajib militer, seulgi-ah." Seulgi hanya melanjukan aktivitasnya. Setelah ia selesai dengan pekerjaannya pun dia langsung mengeluarkan argumennya, "Kau tahu aku, bukan?"

"Orang yang langsung merasa upset ketika apa yang diharapkan ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan,"

"Dan ini bukan yang pertama kalinya ku alami, wendy-ah." Setelah selesai mengatakannya bersamaan juga dengan barang-barangnya telah dimasukkan kedalam tas dan siap untuk pergi. Wendy pun bergegas mengatur barangnya dan ketika seulgi sudah melangkahkan kakinya pun diikuti olehnya dari belakang.

"Lalu apa bedanya dengan jongin? Pria yang selama ini pernah kau tunggu yang pada akhirnya menikah dengan wanita lain?"


Deg.


Langkah kakinya berhenti tepat mereka sudah berada di koridor yang cukup ramai karena banyak mahasiswa disana.


"Bukankah kau waktu itu pada akhirnya menerima semuanya dan mulai membuka hati pada jimin?" Wendy berbicara panjang lebar membuatnya termenung singkat.


------------------------------------------

to be continue

------------------------------

My Pretty Boy; seulminOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz