17☕ || Cinta Sendiri ||

112 4 3
                                    

Aku berhenti untuk berkeinginan memilikimu jika tau bahwa cara mendapatkanmu memang harus sesakit ini. Jangan memintaku untuk istirahat ataupun berhenti sejenak, karna permintaanmu sungguh hanya menambah lukaku.

||☕||

Rou menatap Milan datar, tidak seperti biasanya. Hal itu yang sedikit membuat Milan menautkan kedua alisnya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Apakah Rou sudah melepaskannya? Apakah Rou memang ingin melupakannya dan lebih memilih Fathin ataupun Sadena? Apakah Rou memang sudah bosan untuk mengejarnya?

Ah, seharusnya Milan merasa bebas dan bahagia karna Rou sudah memilih pergi darinya. Namun kenapa hatinya yang seolah tidak ingin melihat Rou melepaskannya apalagi semudah ini?

Rou sendiri juga cukup sadar diri, bahwa Bella memang pantas mendapatkan Milan. Lagipula jika dirinya terus hadir seperti ini, Rou tidak mau menjadi perusak hubungan Milan. Baginya, kalau Milan bahagia dengan pilihannya sendiri, Rou akan menerimanya meskipun sulit.

Saat ini, Rou melangkahkan kakinya menuju kelas Milan. Namun tujuannya berbeda kali ini, ia mau menemui Bella. Meskipun Milan yang kini sedikit meliriknya hanya bersikap datar seolah keberadaannya tak pernah diinginkan. Ya sudahlah, Rou juga rasanya ingin menyerah saja. Berjuang yang sudah jelas-jelas terlihat kalah akan selamanya kalah, apalagi yang kota perjuangkan bersikap tidak tahu diri. Double lose.

"Cari Milan, ya?" Tebak Ilham.

Rou menggelengkan kepalanya pelan. "Cari Bella,"

Ilham mengangguk mengerti, meskipun dari dalam hatinya ia bertanya-tanya ada urusan apa Rou dengan Bella. Biasanya juga Rou ingin menemui Milan, namun tidak untuk kali ini. Tidak ingin mencampuri urusan yang bukan haknya, Ilham memanggil Bella nyaring. Gadis itu terlihat semangat, mungkin ia senang tentang kemenangan olimpiadenya.

"Lo mau cari Milan? Ada kok, bentar gue pang---"

"Rou nggak mau cari Milan, Rou mau ketemu aja sama Bella, mau ngucapin selamat." Potong Rou lalu memamerkan gigi putih dan rapinya, mengulas senyumannya tulus.

Pikiran Bella berkecamuk saat ini, mengapa dirinya semakin melihat Rou kuat? Tidak ada celah didalam diri Rou, padahal semua mata pasti akan tahu bahwa Rou tidak lebih hanyalah gadis bodoh yang menjadi budak cinta. Tidak pernah terpikir sebelumnya, mengapa Bella bisa-bisanya pernah menaruh geram kepada gadis seperti Rou. Meskipun Rou secara terang-terangan membenci dirinya, namun rasanya tetap saja terlihat sulit membalas kebencian untuknya.

Tidak adil. Disaat Bella ingin bergerak maju memiliki Milan dan memilih membenci Rou, namun nyatanya Rou sendiri yang memilih mundur seolah tidak siap harus bersaing dengan Bella. Padahal Bella tidak ingin melihat Rou yang seperti ini, Bella ingin melihat Rou yang terus mencecarnya ketika merasa cemburu, Bella ingin melihat Rou yang terus membencinya ketika merasa dikhianati.

Namun pada akhirnya, Bella yang harus mundur. Mengikhlaskan semuanya kepada Rou, karna bulan depan Bella harus segera pergi Belanda yaitu Amsterdam mengikuti pertukaran pelajar dan akan kembali 3 tahun lagi. Demi masa depan dan perasaan Rou, Bella harus mampu melakukannya.

"Mau gue panggilin Milan?" Tanya Bella menawar.

Biasanya Rou paling semangat jika Milan datang, namun kali ini gadis itu memilih untuk menghindar dari cowok yang akhir-akhir ini sedang berlarian dikepalanya. Tidak tahu mengapa, Rou merasa ingin menyerah saja. "Nggak usah, Rou lagi nggak pengen ketemu lagian."

Milan & Rou ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang