15☕ || Menuai rasa ||

101 5 0
                                    

MENUAI RASA

Bagimu, mungkin ini tak ada artinya. Tapi bagiku, ini sesuatu hal yang sempurna.

||☕||

"Lan, lo kemana aja?" Reisha memukul bahu Milan yang kini berada didepannya dengan raut wajah ditekuk tidak biasanya.

Sedatar dan sedingin-dinginnya Milan, cowok itu pasti tetap mendongakkan kepalanya ke atas angkuh. Namun tidak kali ini. Reisha yakin jika Milan sedang di landa masalah yang berat.

"Kenapa tadi lo nggak ikut pemotretan, tante Diana tadi nanyain lo." Kata Reisha memberi tahu. "Om Gernald juga tadi datang, mereka nanyain lo kenapa nggak ikut pemotretan, kalau Sheila yang nggak ikut sih maklum."

Milan membulatkan matanya tidak percaya. "Orang yang sok sibuk itu datang?"

"Siapa? Om Gernald? Iya, dia datang."

Tidak bisa dipercaya, bahkan Milan sendiri tidak tahu sejak kapan Gernald mulai oerhatian kepada keluarganya. Ulang tahun Sheila saja minggu lalu Gernald malah sibuk diluar kota. Dan Milan tidak yakin ulang tahunnya bulan depan Gernald akan mampu seharian dirumah.

Milan beranjak pergi dari sana karna dirinya paham bahwa Reisha tidak akan membuatnya berhenti untuk bertanya dan bertanya lagi kepadanya. Padahal saat ini Milan sangat tidak mood untuk ditanyai seperti ini. Ini jalan hidupnya, ini haknya untuk berjalan melewati arus atau jalan pintas mana, Reisha tidak perlu terus menerus tahu tentang semua hidupnya.

"Gitu, ya, Lan." Reisha tersenyum sinis. "Lo berubah semenjak ada Bella."

Milan ikut menatap Reisha ketus. Semua ini tidak ada hubungannya dengan Bella dan kenapa Reisha selalu menyangkut-pautkan semua masalahnya dengan Bella. Bukan, bukannya ia membela Bella. Tapi Reisha salah kalau selalu menyangkut-pautkan masalahnya dengan Bella. Bella tidak ada hubungannya dengan ini semua.

"Jangan masukin Bella kedalam masalah, dia nggak tau apa-apa." Tukas Milan tidak terima.

Reisha melipat kedua tangannya didepan dada. "Bella kasih lo apa aja sampai bisa bikin lo tanduk sama dia? Dia kasih lo cinta? Bullshit. Bella pernah kasih apa aja sama lo, Lan? Dasar murahan." Cecar Reisha.

Iya, Reisha memang paling tidak suka dengan sosok perempuan bernama Bella. Gadis itu membuat Milan berubah seratus persen yang awalnya dingin menjadi kejam kepadanya.

"Yang murahan bukan Bella," Balas Milan tenang.

"Siapa lagi kalau bukan dia?"

"Rou yang murahan, bukan Bella." Sungut Milan yang membuat dahi Reisha bergelombang tidak mengerti. Ini pasti hanya salah paham.

Milan sendiri tidak tahu kenapa dirinya merasa jengkel ketika Reisha menyebut nama Bella. Padahal Bella sama sekali tidak berpengaruh pada masalahnya. Terkadang, cinta itu bisa menumbuhkan pembatas tembok untuk orang yang dulunya bisa dekat dan bisa menunbuhkan fitnah yang nantinya hanya ada rasa penyesalan. Sesimpel itu sebenarnya.

"Rou nggak murahan," Desis Reisha tidak terima.

Milan tersenyum miring. Segaris senyuman yang entah mengapa membuat Reisha merasa kalah dalam adu mulutnya.

"Kalau emang Rou nggak murahan, mana mungkin dia berani ciuman sama brandal di UKS?"

Reisha tercengang mendengarnya, senyumannya hilang ketika Milan menuduh Rou seperti itu. Reisha tidak berani membantah, ia juga takut kalau apa yany diucapkan Milan itu benar.

"Siapa brandalan itu?" Tanya Reisha penasaran.

"Kenapa nggak lo tanya sendiri aja sama Rou? Lo takut menyinggung perasaannya?"

Milan & Rou ✔Where stories live. Discover now