18 ☕ || Why? ||

254 7 7
                                    

Mengapa? Padahal setiap orang mempunyai titik jenuh untuk berjuang, dan disaat aku telah menemukan titik tersebut, kamu buat aku kembali melupakan kejenuhanku dan mengejarmu kembali.

☕☕☕

"Kejar, Milan!"

"Enggak,"

"Gue bilang, kejar!"

"Duh, enggak!"

Sedari tadi, Milan dan Bella ribut tidak ingin diam maupun ada yang mengalah. Dan Ganesha serta Ilham juga tidak bermaksud memisahkan mereka. Menurut Ganesha, Milan dan Bella sudah sama-sama dewasa, biar mereka yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Lo punya adik perempuan?" Tanya Bella sengit.

Milan menatap Bella lama, tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Bella. Lantas, Milan memilih mengangguk karna dirinya memang mempunyai Sheila.

"Seandainya adik lo yang nangis gara-gara cowok gimana perasaan lo?"

Sudah Milan duga, Bella akan memberikan pertanyaan klise seperti ini. Kenapa juga harus seandainya kalau memang nyatanya tidak? Milan tidak ingin repot-repot berpikir apa yang tidak realita.

Rasanya hal yang sia-sia dan tidak etis jika Milan akan langsung merasa bersalah.

"Adik gue nggak pernah jadi orang bego yang selalu mengutamakan cinta, kayak Rou. Itu namanya dia yang kelewat bego." Cetus Milan sinis. "Udah tau di sakitin,"

Tangan Bella mengepal kuat, hampir saja mengarahkan pukulannya ke arah Milan. Dengan cekatan, cowok itu sudah sigap menangkap pukulan ringan dari Bella agar kembali tidak mengenai wajahnya. Suara berat dari Ganesha mulai menjadi pemisah perdebatan yang awalnya sepele menjadi rumit.

"Lo gila apa, Bel?" Tanya Milan sedikit jengkel setelah berhasil menenangkan Bella yang terlihat berapi-api dengan melayangkan pukulan telak yang dengan cepat dapat ditangkisnya. "Kalau tadi pukulan lo kena hidung gue bisa patah!"

"Nah, terus?" Tanya Bella singkat.

Ganesha berusaha menenangkan Milan yang ikut terbawa suasana. Menyadarkan Milan bahwa sekeras-kerasnya Bella, dia juga perempuan. Perempuan yang seharusnya dilindungi, kalau salah di ingatkan, jangan memakai main tangan.

Meskipun tanpa diberi tahu oleh Genesha tentang hal itu, Milan juga tidak akan dengan mudahnya melakukan hal yang bodoh hanya karna terbawa emosi. Cowok itu masih tidak mengerti mengapa Bella bisa agresif seperti demikian.

"Lo kenapa sih, Bel?" Tanya Milan dengan suaranya yang mulai melunak.

Bella tersenyum sedikit. "Hidung lo patah juga nggak ada apa-apanya dibanding perasaan Rou saat ini."

"Jadi masih tentang Rou? Segitu salahnya gue dimata lo sampai lo hampir pukul gue?" Tanya Milan sedikit kesal.

"Gue perempuan, jadi gue lebih tau perasaan Rou seperti apa." Sanggah Bella masih bersikeras.

Tiba-tiba saja suasana mendadak canggung dan tidak seramah sebelum Rou mampir ke kelasnya. Gadis itu selalu saja dengan mudahnya dapat merusak suasana yang awalnya merasa nyaman.

"Kalau lo emang ngerti perasaan Rou, kenapa lo nggak mencoba menghindar dari gue?" Tanya Milan sekenannya.

Ganesha hampir tidak percaya mendengar ucapan yang terkesan menginginkan Bella pergi darinya. Padahal semua teman satu kelasnya tahu bahwa Milan menyimpan perasaan kepada Bella dengan sikapnya yang berbeda ketika tatapan Milan tertuju pada Bella.

Milan & Rou ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum