7☕ || Sampai Kapan? ||

99 5 1
                                    

Sampai Kapan, Mike Mohede🎵
Sampai kapan aku, 'kan menanti. Oh, tuhan tolong kuatkan hati ini. Hanya dia nafasku, kembalikan padaku karna, terlalu lelah jiwaku menunggu.

||☕||

Jam menunjukkan pukul tengah malam, Rou masih saja dengan bodohnya menunggu balasan chatting dari Milan. Rou mengecek handphonenya berulang kali dan berakhir desahan kecewa. Entah sudah berapa puluh pesannya tidak dibalas sama sekali oleh Milan, dan itu tidak membuat Rou putus asa. Rou menggenggam erat handphone miliknya, berharap kalau Milan membalasnya. Paling tidak, Milan membacanya.

Sudahlah. Rou menyerah. Milan tidak akan membalasnya apalagi menbacanya. Milan memang sudah meminta Rou untuk berhenti, jadi untuk apa Rou memaksakan hati Milan supaya Milan membalas perasaannya. Rou hanya ingin melihat Milan bahagia meski itu bukan bersama dengannya.

Rou mencoba mengalah pada hatinya, Rou mencoba bisa tanpa Milan. Dan Rou mencoba mengikhlaskan Milan yang begitu membencinya. Terserah Milan, jika Milan memilih Bella, Rou tidak bisa menahannya.

||☕||

Tidak biasanya Milan menjemput Reisha terlambat seperti ini, dan itu sangat mengherankan. Apalagi ketika mobil Milan memasuki pekarangannya, Milan membukakan pintu mobil belakang padahal biasanya Reisha duduk di depan.

"Ayo, nanti telat." Ujar Milan mengingatkan.

Reisha menggelengkan kepalanya gusar. "Gue mau duduk di depan, Milan!"

Kaca mobil depan sedikit terbuka, ada seorang gadis cantik disana dengan mata yang bengkak dan raut wajah yang sedang menunjukkan tidak baik-baik saja. Reisha marah akan sikap Milan, seharusnya Milan menjemput Rou kalau bisa, jangan malah menjemput gadis itu.

Reisha tidak mau membuat Rou lebih dalam terluka dengan sikap Milan yang seolah-olah kejam.

"Di depan ada Bella," Kata Milan menjelaskan. "Apa susahnya duduk di belakang?"

Milan berubah kepadanya, yang awalnya selalu memberikan prioritas utama daripada temannya, saat ini Milan lebih membela gadis yang bernama Bella itu. Reisha tersenyum miris mendengarnya, jarang sekali Milan mau memberikan tumpangan kepada perempuan lain selain keluarganya. "Siapa Bella?"

"Manusia, sama seperti lo." Jawab Milan sekenannya.

"Pacar lo?" Tuding Reisha.

Milan menggelengkan kepalanya pelan. "Belum, Bella bukan pacar gue."

Reisha melototkan matanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Milan tadi. "Belum, berarti masih mau proses."

Milan hanya tersenyum sedikit lalu membuka pintu mobil belakangnya. Dagunya terangkat dan menunjuk ke arah dalam mobil seolah-olah menyuruh Reisha agar gadis itu masuk ke dalam mobilnya. Reisha menurut masuk ke dalam mobilnya. Kalau Milan memang menyukai Bella, lebih baik Reisha mengalah. Bella berhak atas Milan daripada dirinya.

"Tapi nanti pulang, gue bareng Ganesha aja, ya, gue nggak betah liat orang yang mau jadian." Sindir Reisha.

||☕||

"Rou, hari ini lo gemes banget!"

"Rou lo cute banget, sih!"

Milan & Rou ✔Where stories live. Discover now