{5} Ajakan pulang

473 17 0
                                    

Rain pergi ke sekolahnya dengan wajah yang murung karena dilanda bad mood. Dia mengingat lagi bagaimana keperawanan pipinya di ambil secara paksa dan tanpa dia ketahui. Itu membuatnya kesal setengah mati. Semalam, ia bertekat untuk membunuh pria yang mengambil keperawanan pipinya itu.

Sesampainya di depan pintu kelasnya, ia mendapati sahabatnya, Nella, sedang duduk sambil membaca bukunya. Rain melirik bangku milik lelaki yang mengambil keperawanan pipinya itu dengan tajam. Ternyata, lelaki itu sudah ada di dalam kelasnya. Ia mengalihkan pandangannya dari bangku Daven dan pergi ke arah bangku miliknya.

Daven yang menyadari kedatangan Rain, tersenyum. Dia menatap Rain yang sedang memainkan handphone. Ia tau, kalau rain hanya berpura pura sibuk dengan handphonenya demi memutuskan tatapannya pada daven. Daven terkekeh pelan melihat tingkah aneh pacarnya itu. Segera, setelah terkekeh, ia mengubah ekspresinya menjadi datar. Karena, jika mereka tau sifat asli daven, ia tidak akan di juluki sebagai 'anak baru yang cool'.

Bunyi bel masukan berdering kencang, menandakan bahwa kelas akan di mulai. Mereka yang tadinya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, langsung menaruh semua barang mereka. Tak lama kemudian, guru masuk ke kelas mereka dan pelajaran pun di mulai.

---

Bel istirahat berbunyi,seluruh murid yang ada di dalam kelas berhambur keluar menuju ke kantin. Beberapa masih ada di kelas, ada juga yang menuju perpustakaan untuk melanjutkan tugasnya dan masih banyak lagi.

Rain dan Nella membawa bekal hari ini, jadi dia akan makan di taman belakang sekolah –yang merupakan base camp mereka berdua. Mereka makan dengan hikmat, tidak ada yang membuka suara.

Sesudah makanan mereka habis, mereka berdua kembali ke kelasnya. Mereka berdua duduk di bangku mereka masing masing. Nella mengambil novel di bawah lacinya lalu membacanya. Rain juga ingin membaca novelnya, ia meraba lacinya mencari novel.

Dia mendapatkan novelnya, tetapi, di atas novelnya ada sebuah kado dan surat di atasnya. Ia menoleh untuk melihat ke adaan. Kelas nya sedang sepi, Nella sibuk dengan novelnya yang berarti dia akan mengabaikan dunia nyata, biang gosip sedang tidak ada di tempat dan Daven sedang tidak ada di bangkunya.

Di rasanya aman, ia langsung membuka isi kado itu. ia terkejut melihatnya. Ada sebatang coklat –yang ia tahu harganya tidak murah, sebuah buku catatan dan kartu ucapan. Ia membuka kartu ucapan itu dan membacanya.

'Apakah kamu suka dengan hadiah yang ku beri? ' –A

Tanpa sadar Rain mengganguk anggukkan kepalanya. Ia memasukkan kembali kartu ucapannya dan menutup kembali kadonya. Ia memasukkan kadonya ke dalam tasnya. Lalu ia mengambil surat yang ada di atas kado tadi.

Surat itu berwarna biru, warna kesukaannya setelah warna kuning. Ia menghirup bau surat itu –yang ia yakini suda di beri parfum oleh si pengirim. Ia menyukai baunya, bau pagi hari yang ia sukai. Rain langsung membuka suratnya dan membacanya,

'Hai, Rain. Apa kamu mengenalku? Aku adalah..... di sebut apa orang yang menyukai seseorang secara diam dia,?ah aku tahu. Aku penggemar rahasiamu. Aku ingin sekali berdekatan denganmu, tetapi kamu sangan jauh. Aku beberapa kali menemuimu, tapi kamu terlalu jauh. Oh iya, aku ingin mengajakmu pulang bersamaku. Apakah kamu, Raina Noara Welya, mau pulang bersamaku nanti? Jika ya, temui aku di depan gerbang sekolah'

-salam, A, si pengagum rahasiamu

Rain tersenyum bahagia. Ia tidak pernah mendapatkan surat seperti ini. Menurutnya, pria yang mengirimkan surat ini ke dia adalah pria yang romantis seperti pria yang ada di novelnya. Puas menhayal orang yang mengirimkan surat ini, ia teringat satu kalimat di surat itu.

'pulang bersama?'

Rain mengingat ingat, apa dia membawa motornya tadi pagi. Ia mengambil tasnya dan mengecek apa ada kunci motor. Dan, ia tidak membawa motornya. Ia senang sekali. Rain ingin berteriak, tetapi ia mengurungkan hal itu karena ia tidak mau mengganggu kosentrasi Nella.

Ia mengecup surat itu dan menaruhnya ke dalam tasnya bersama dengan kado tadi.

'AKHIRNYA GUE PUNYA FANS RAHASIA, AHAHAHAHAHAHA'

---

Bel berbunyi, menunjukkan waktu pulang sekolah. Rain mengikuti intruksi dari surat tadi. Dia tidak lupa menunggu Nella pulang terlebih dahulu. Sudah 15 menit Nella pulang, tetapi pria misterius itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Apa dia menyerah saja? Rain menghela nafas dengan kasar. Sebaiknya, dia pulang saja.

Baru dia beranjak dari tempatnya, Daven menghampirinya dengan mobilnya. Rain menatapnya tajam, seakan akan Daven itu orang jahat yang hendak menculiknya. Daven hanya tersenyum mendapat tatapan tajam pacarnya.

"Hai, baby. Ga pulang? Coba gue tebak, pasti mau ngeronda di sekolah ya?"ucap Daven pada Rain.

"Hmm, ringan amat ntu rahang. Belum pernah ngerasain sledingan gue apa ya?"

Daven terkekeh pelan. "Pulang sama gue aja. Kasian anak cewe sendirian di depan gerbang sekolah. Dan ga baik juga anak cewe pulang naik bus atau angkot jam segini"

Rain menatap pria itu dengan tatapan meneliti. Sepertinya orang gila itu tulus ingin mengantarnya. Tapi Rain tetap memegang erat keputusannya untuk pulang sendiri.

"Ga, gue gamau pulang sama cowo psiko kayak lu. Mending gue naik angkot aja"kata Rain mantap.

"Bener ya? Oke. Cuman mau kasih tau, angkot jam segini banyak om om cabul di dalamnya dan kalau lu nunggu anagkotnya disini bakal lama. Dan berdasarkan rumor yang gue dengar dari pengosip kelas, disini banyak di temukan aksi pencopetan dan penculikan. Dan juga, di sini sering ada hal hal mistis yang terjadi"

Rain terkejut dan takut di saat bersamaan. Bukan karena om om ataupun pencopet –karena Rain merupakan seorang Taekwondo-in yang sudah sabuk hitam, melainkan 'hal hal mistis' yang sangat di takuti Rain.

"Udah ya, baby. Gue mau pulang dulu. Udah ditungguin mamah tercinta di rumah. Bye, honey"

Baru 1 meter mobil Daven berjalan, terdengar teriakan Rain yang membuat Daven menghentikan mobilnya.

"DAVEN! STOP! GUE IKUT GUE IKUT!", Daven tersenyum mendengaar teriakan Rain.

Di lihatnya Rain berlari ke mobilnya lalu masuk ke dalamnya. Terlihat sangat jelas wajah Rain yang pucat dan dialiri keringat dingin. Daven terkekeh melihatnya dan mengubur dalam dalam rrencananya untuk mencubit pipi pacarnya itu.

"Kenapa, sayang? Takut?"

"e- Enggak ya! Sudah jalan cepat!"

Daven tertawa keras yang membuat pipi Rain memerah. Mereka berdua pun meninggalkan kawasan sekolah menuju rumah Rain.

Apa Daven tau letak rumah Rain? Bukan Daven namanya kalau dia tidak dapat informasi detail tentang gadis itu. Dia menyuruh bawahan ayahnya untuk mencari informasi tentang Rain. Mulai dari tanggal lahir, alamat rumah, bahkan warna dan hobinya pun dia tau.

Daven melihat Rain yang sendari tadi hanya fokus ke luar jendela. Daven tersenyum misterius. Senyuman seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

---

{DI LARANG KERAS UNTUK MEMPLAGIAT CERITA SAYA}

maaf jika ada typo.

{20/11/2018}

(p.s. di rumah author lagi hujan ehehe)

Cragzy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang