PIL 5.

14.1K 603 109
                                    

UCLA (Universitas California, Los Angeles) kembali di rundung duka, karena dekan mereka meninggal dengan cara tragis. Bahkan rumah mewah Mr John terbakar. Kabar duka itu membuat kampus UCLA di liburkan selama satu minggu, demi menghormati kepergian Mr John.

***

Bryan sedang menikmati keindahan sore hari kota Westwood, Los Angeles, California. Dia duduk manis di taman, dan Bryan sudah biasa di pandang memuja oleh kaum hawa.

Mata coklat mudanya terlihat memancarkan kehangatan yang meneduhkan. Bryan tersenyum tipis melihat anak-anak berlarian ke sana-kemari mengajar satu sama lain.

"Andai aku normal, di pastikan aku akan hidup bahagia bersama istriku. Aku ingin hidup tanpa darah di tanganku, tapi rasanya tidak bisa karena aku ini seorang psychopath. Apa bisa aku menyebut namamu, Tuhan? Ahahaha rasanya menyedihkan hidup begini,"  bisik Bryan sendu pada angin sore.

Angelica sedang jalan di taman. Dia di sini tinggal di apartemen milik orang tuanya. Sebenarnya si cantik tinggal di New York.  Warna mata ash grey itu tidak sengaja menatap sang Dosen favorit. Senyum cantik merekah di bibir mungilnya. Angelica berjalan menghampiri si Dosen yang melamun menatap ke depan.

"Mr Bryan, boleh saya duduk di sini?" tanya Angelica sopan.
Bryan tidak dengar, dia masih menatap anak-anak dengan tatapan sulit di artikan. Dan pikirannya entah berada di mana?

Angelica merengut sebal karena sang Dosen tidak kunjung menyahut permintaan beserta panggilannya. Dia dengan sopan menepuk bahu lebar Bryan dan itu membuat Dosen-Nya  sadar.

"Ah, maaf Angel, saya terlalu fokus menatap anak-anak imut itu," ucap Bryan merasa bersalah. Dia tersenyum tipis nan ramah membuat para ibu-ibu dan gadis terkhusus Angelica melting.

"Ti - tidak apa-apa, Pak. Boleh saya duduk di sebelah, Bapak?"

"Tentu saja boleh. Silakan."

Angelica duduk di samping Bryan. Dapat tercium olehnya parfum yang di kenakan Bryan sungguh meneduhkan. Angelica jadi gugup sendiri berdekatan dengan si tampan.
"Bagaimana kuliah, mu?" tanya Bryan memecahkan keheningan.

"Baik, Pak. Bapak sendiri kenapa terlihat sedih menatap anak-anak itu?" tanya Angelica. Mata ash grey itu menatap Bryan dalam.

Mata coklat muda Bryan balas menatap mata Angelica dalam. Mata beda warna itu saling mengunci menyelami keindahan manik masing-masing karena tidak tahan, akhirnya Angelica memutus pandangan.

Bryan tersenyum tipis melihat rona merah gadis cantik sampingnya, "Aku hanya sedih, andai saja aku normal pasti aku akan menikah dan mempunyai anak. Siapa yang mau dengan pria sebatang kara seperti, ku? Dan siapa yang mau dengan makhluk hina seperti, ku? Kadang aku  berpikir untuk mati menyusul mereka namun tugasku masih banyak. Pasti keluargaku murka karena tidak menjalankan bisnis dan amanat mereka."

Entah kenapa, Bryan terlihat terbuka dengan Mahasiswi UCLA yang cantik berprestasi ini. Dia tersenyum getir mengingat kehidupannya yang penuh darah.

Angelica menutup mulutnya karena mendengar cerita Bryan, dapat dia dengar kesedihan, kekecewaan dan putus asa menyelimuti Bryan. Air mata keluar begitu saja  dan baru pertama kalinya dia mendengar fakta kalau Bryan sebatang kara.

"Kenapa menangis? Maaf cerita ku begitu membosankan. Keluargaku sudah tiada menyisakan diriku seorang!"

Grep

Tangan mungil Angelica menggenggam tangan besar Bryan. Dia mengusap air matanya kasar lalu mendongak menatap mata coklat muda Dosen-Nya.

"Bapak, orang yang sempurna. Jangan berkata begitu Pak. Banyak yang mencintai Bapak. Lihat para Mahasiswi UCLA sangat mengidolakah  Bapak. Apa yang tidak normal? Bapak normal seperti yang lain, dan doakan keluarga Bapak yang ada di surga, semoga mereka bahagia selalu!"

Bryan tersenyum tulus untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 20 tahun,  senyum itu hilang dan kini kembali. Dia membalas genggaman tangan Angelica.

"Aku tidak bisa berkata apa-apa, yang pasti terima kasih sudah mau dengar keluh kesahku dan memberikan ku, support," ucap Bryan tulus sembari  memberikan senyuman tulus yang sangat tampan.

Angelica  terperangah melihat senyum tulus itu. Dia baru sadar betapa tampannya Bryan sekarang. Hatinya berbunga bunga dan jantungnya berdegup keras tak keruan.

Psychopath Is Love (END)!Where stories live. Discover now