DELAPAN

92.5K 4.6K 30
                                    

ENTAH sampai kapan Terra terjaga dan berusaha untuk tidak tidur, namun yang pasti saat ia membuka matanya, ia yakin hari sudah pagi dan terkejut saat mendapati dirinya tengah tidur dengan posisi yang akan membuat semua orang salah kaprah.

Ia memeluk wanita itu dari belakang.

Terra mengambil seluruh kesadarannya dan baru akan mengangkat tangannya dari tubuh itu saat pintu tiba-tiba terbuka dan  ketika melihat wajah Garen Darmandira yang sudah sangat marah,

ia tahu bahwa ini akan menjadi sangat serius.
***

"Hmm.." gumam Afiya saat ia mendapatkan  kesadarannya. Kepalanya terasa sangat berat seksrang.

"Afiya, bisa kamu dengar mama?"

"Iya, ma. Kok kepala Afiya pusing banget ya." Jawab Afiya sambil berusaha membuka matanya dan bingung sendiri melihat banyak orang.

Perlahan ia mencoba untuk duduk meskipun kepalanya terasa pusing. Ibunya adalah orang pertama yang ia lihat.

Farrahia membantunya duduk dan memeluknya dari samping.

"Sekarang jelaskan, Terra Tedjawidjaja. Apa yang semalam kamu dan putri saya lakukan?"

Terra? Tedjawidjaja? Ada urusan apa lelaki itu di sini?

Ia mengedarkan pandangannya dan mendapatkan lelaki itu tengah duduk di sebelahnya.

"Tuan Darmandira, ini semua merupakan kesalahpahaman. Saya bisa bertanggung jawab dengan perkataan saya." Jawab Terra yang terlihat panik.

Afiya merasa sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi. Yang ia tahu hanyalah bahwa sekarang ia sudah berganti pakaian.

"Tapi apa yang saya lihat tadi tidak seperti itu, Terra Tedjawidjaja. Anda dan putri saya tidur di tempat yang sama dengan tangan anda memeluk tubuh putri saya dan jangan lupakan kalau kalian memakai pakaian yang sangat minim." Jawab Garen yang terlihat marah menahan emosinya.

"Pa.. ada apa?" Tanya Afiya bingung. Ia dapat melihat ada ayah Terra di antara mereka.

"Afiya, apa kamu tidak mengingat apapun?" Tanya Farrahia dengan wajah tegang.

Afiya mencoba mengingat kejadian semalam yang menyebabkan mereka berkumpul di sebuah... Kamar?

"Afiya gak ingat apapun." Jawabnya.

"Anda sudah menodai putri saya, Terra Tedjawidjaja." Ucap Garen dengan dingin.

"Garen.." ucap Farrahia mencoba menenangkan suaminya dan Afiya yakin jika suara ibunya tidak dapat lagi membendung kemarahan ayahnya, berarti semuanya sangat serius.

Afiya mendengarkan dengan saksama, mencoba mengambil informasi dari apa yang mereka bicarakan karena sepertinya tidak ada satupun orang yang mau menjelaskan kepadanya.

"Tuan Darmandira, ini tidak seperti yang anda kira. Pa.." ucap Terra beralih kepada ayahnya yang hanya duduk diam.

"Apa yang saya lihat sudah cukup membuat saya mengerti." Ucap Garen.

"Pa, papa tahu kalau aku gak akan pernah melakukan itu kan?" Terra masih berusaha meminta bantuan dari sang ayah.

"..." Arshad hanya diam tanpa menatap putranya.

Garen menghela napas dalam. "Menikah."  Ucapnya yang membuat semua orang yang berada di sana menatapnya. "Kalian harus menikah."

"Pa, enggak bisa kayak gitu. Afiya juga merasa kalau dia gak ngapa-ngapain Afiya, pa.." ucap Afiya. Meskipun masih bingung, tapi ia tahu maksud dari ucapan ayahnya tadi.

Bahwa ayahnya menginginkan dirinya dan Terra menikah. Ia hanya akan menikah satu kali, dan tidak akan membiarkan Terra mendapatkan posisi sebagai suaminya.

"Kamu tidak mengingat apa-apa, Afiya. Bagaimana bisa kamu seyakin itu?"

Afiya diam karena ia tidak bisa memberi jawaban kepada ayahnya.

"Tuan Darmandira, saya sama sekali tidak  melakukan apapun terhadap putri anda. Jadi saya merasa kalau saya tidak memiliki kewajiban untuk menikahinya.

Semalam putri anda mabuk dan saya mengantar dia ke sini. Dia memuntahkan isi perutnya ke jas saya. Itu sebabnya saya melepas pakaian saya." Jawab Terra karena ia memang tidak melakukan apapun.

"Tiga bulan. Saya meminta anda untuk menikahi putri saya selama tiga bulan hanya untuk memastikan apakah dia hamil anak anda atau tidak." Ucap Garen dengan nada yang tidak bisa terbantahkan.

Terra mendesah kesal dan menatap ayahnya. "Pa, bantu Terra, pa." Pinta Terra kepada ayahnya.

Arshad menghela napas dan menatap putranya. "Terra, papa juga tidak menyangka jika kamu bisa melakukan hal ini. And you have mess with wrong Family. Papa tidak merasa keputusan Garen itu salah karena dia adalah ayah dari seorang putri dan sebagai ayah dari seorang putra yang melakukan kesalahan, papa minta kamu untuk mengikuti kemauan Garen."

Terra mengacak rambutnya dengan frustasi karena sepertinya ayahnya sendiri tidak mempercayainya.

Ia juga benci ketika dirinya dan ayahnya seolah-olah tidak berdaya seperti ini.

"Pa, Terra tidak salah."

"Jangan lari kalau begitu, Terra. Hadapi ini sebagai laki-laki."

"Saya tidak akan menikahi dia." Jawab Terra pada semua orang.

"Saya dengar anda sedang merintis anak perusahaan konstruksi dan properti binaan ayah anda dan saya dengan senang hati menghancurkan apa yang sedang anda bangun jika anda tidak setuju dengan semua ini." Ucap Garen.

"..."

"Tiga bulan, Terra Tedjawidjaja." Ucap Garen lagi.

"Kalau selama tiga bulan putri anda ternyata tidak hamil?" Tanya Terra yang sudah putus asa.

"Kalian bisa bercerai."

*Bersambung*

TERRAFIYA'S CHOICE (OPEN PO)Where stories live. Discover now