04|| Mengupas Luka

177 24 21
                                    

EMPAT- Mengupas luka

Jika dapat aku sambangi setiap kenangan,ingin ku lewati beberapa bagian

about time

Naya mengerjapkan matanya perlahan. Namun, ia sedang tidak berada di kamarnya. Tubuhnya berdiri tegak di hadapan rumah itu.
  Disana, beberapa meter darinya, seorang anak kecil tengah menjerit kesakitan
  "Ampun Pah..."
"Sakit, papah maafin Naya"
  Suaranya begitu memilukan, tapi bukannya berhenti sang ayah malah memperkuat pukulannya
"Anak bodoh!!"
"kamu itu pembunuh! Kamu yang membunuh Kiana"
Tenggorokan Naya tercekat, suatu gumpalan pahit terjebak di kerongkongannya. Ia merasa sesak, seketika luruh sudah tubuhnya di atas lantai pualam. Matanya mulai memanas, teringat jelas bagaimana Naya kecil bahkan tak mampu bergerak.
Udah Pah..." ucap sang anak lirih,tak kuat lagi menahan sakit.
"Lemah" ucap sang ayah mulai berjalan meninggalkan gadis kecil yang tak berdaga itu.
"Maafin Naya Pah"
"Naya sayang Papah"
Lagi-lagi suara itu terdengar,tapi tak ada orang dalam ruangan itu. Anak tersebut tersenyum, sekalipun dengan tubuh yang bersimbah darah.
Selanjutnya, dengan sangat perlahan menutup mata tanpa sedetik pun melepas senyum.

            ¤♡¤♡¤

"Jangan Pah! " jeritan itu terdengar dari kamar yang gelap. Pemiliknya terlonjak, terlempar dari mimpi ke alam bawah sadar.
Tenggorokannya tercekat, nafasnya yang  tersenggal-senggal mulai teratur dengan keringat-keringat dingin meluncur dipelipisnya.
Air matanya sudah meronta untuk keluar.
Naya tak tau apa salahnya, kenapa semesta begitu tidak adil padanya. Mungkin, jika bisa memilih, ia tak akan mau dilahirkan di dunia ini karena selama hidupnya dia hanya dihantui kenangan-kenagan itu.
Malam masih berada dipertengahan waktu, tapi Naya tidak berniat kembali tidur. Ia tidak ingin memori itu kembali menyiksanya.
Akhirnya, Naya bangkit dari tempat tidur melangkah menuju balkon.
Tangannya terulur mengambil pacahan kaca yang ia sembungikan di jendela balkon, mungkin ia akan bermain malam ini
Kenangan itu selalu terasa sakit untuk dikenang. Bersama hembusan angin malam Naya menggoreskan
kaca itu pada pergelangan tangannya.
Sakit
Tapi, tidak sesakit hatinya
Naya terus melukai dirinya sendiri. Ia tuangakn segala kecewanya, segala rasa sakitnya, dan berharap supaya dapat berkurang.

           ¤♡¤♡¤

Di SMA Kencana, hari ini memang belum berlangsung kondisi belajar mengajar (KBM) secara normal. Selain karana masih Masa Orientasi Siswa (MOS) siswa yang lain masih harus mengurus kegiatan ekstrakulikuler dan sebagainya. Seperti halnya, 3 pemuda yang berada di ruangan ekskul basket.

"Bar, lo jadi ketua yang bijak napa, cari penerus lo kek, promosi ekskul kek, apa kek" ucap Gabriel semangat

"Bilang aja lo mau tebar pesona ke degem!! Pake bawa-bawa gue segala" tandas Bara tak terima.

"Haduhhh, lo peka banget deh, Bang. Jadi malu deh gueh" ucap Gabriel merentangkan tangannya hendak memeluk Bara.
Belum sempat ia memeluk Bara terdengar suara gembarakan dari pintu, dan munculah 3 makhluk astral.

 "EVERIBADI"  teriak Rio yang mendobrak pintu
 "Assalamualaikum"  ujar Arjun menyatukan tangganya _bak seorang ustad_.
 "Kulo nuwun mas-mase" ucap Juned yang berada disebelah kiri Rio.

    Gabriel yang masih mematung dengan tangan direntangkan buru-buru menurunkan tanggannya. Sementara Bara,dia malah tertawak terbahak-bahak. Padahal jelas-jelas tidak ada yang lucu.

 "Tolol" umpat Satria singkat,padat,dan jelas.

 "Ya ampun bang...sat ,bisa gak sih lo sehari aja gak ngumpat. Inget dosa sobs dosa!" ceramah Rio sok bijak

 "Ini nih contoh orang miskin yang gak mampu beli kaca" cicit Bara menohok sambil menunjuk-nunjuk Rio

 "Eh yo lo tau gak ? Katanya orang yang suka ngumpat itu pinter. Jadi,kalo Satria ngumpat terus, dia tambah pinter,kalo dia pinter kita juga yang untung, dapet contekan!" jelas Arjun panjang lebar.
 "Alah debuss,gue tiap detik ngumpt aja gak pinter-pinter" ujar Juned ikut-ikutan bicara.
"Debuss apaan dah?" tanya Rio tak mengerti
"Cari di mbah google atuh,Kang"
 "Ogah,males banget gue cari gituan"
 "Bilang aja gak punya paketan" tandas Bara
 "Hehehehe......" ucap Rio sambil menggaruk tengkunya yang tak gatal

       Berjam-jam selanjutnya mereka habiskan untuk membicarakan hal-hal unfaedah lainnya,seperti kapan mereka bisa ke Galaksi Andromeda,hingga kapan terakhir kali Satria tertawa.

           ¤♡¤♡¤

 Dilain tempat seorang gadis tengah duduk termenung di meja paling belakang kelasnya.Dia benci harus menunggu, apalagi menunggu hal yang tidak pasti seperti ini, menunggu jam pulang yang tak tau kapan datang. Penghuni kelasnya banyak yang keluar, baik mengurusi ekskulnya atau sekedar cuci mata.
 "Huh...."  Naya meletakkan kepalanya di atas meja, ia mencoba memejamkan matanya yang terasa berat.
Tapi belum ada semenit ia memejamkan mata, terdengar seseorang yang meneriaki namanya.
 "Nayaa!!!"
"Nay, lo ngapain?"
"Lo tidur"
"Atau jangan-jangan lo pingsan"
"Nay,bangun Nay"
"Ya ampun nay, gue harus gimana iniiii!!"
"Lo gak kenapa-napa  kan?
"Nanti kalo gue juga yang disalahin"

Demi apapun, Naya rasanya ingin menenggelamkan pemuda yang terus berteriak di telinganya ini ke laut yang paling dalam.
 Tak tahan,Naya pun bangkit dari posisinya.

 "BARAAA!!!BISA GAK SIH LO GAK USAH NGINTILIN GUE SEHARI AJA!" teriak gadis itu marah.

 "Nyelo atuh Nay,sans aja.Gue takut kalau gak ada gue elo jadi kesepian terus"
"Gue udah punya temen ya !!"
"Siapa? Dia?" tunjuk Bara pada gadis berkaca mata tebal dan rambut dikepang dua yang duduk membaca buku di meja guru.
Dia adalah gadis yang tadi pagi Naya terapkan sebagai teman sebangkunya. KIRANA ADINDA a.k.a Kirana.
 "Iya" tandas Naya lalu melenggang pergi.
 "Lah, gue salah apa? PMS kali tu cewek" gerutu Bara tak mengerti.

------------🆕🆕🆕----------

yeyeyy update!!🎉

Happy reading guys..

Tolong hargai author yaa, please tinggalkan jejak😊

See you next part🔜 😊

Ttd,
CANALAA💦

About TimeWhere stories live. Discover now