22. Sunrise

1.3K 258 7
                                    

/siap siap gais, aku mau triple up menghindari kecringean yang hqq/

Jam empat pagi, Haechan, Nana, Chenle, bersekongkol mau paduan suara biar pada bangun. Eiy yamaap aku sama Renjun udah bangun duluan.

NGGAK USAH MIKIR YANG ANEH-ANEH.

Awalnya karena aku haus, dan Renjun keluar dari toilet. Namanya apa hayo? Takdir ^^

"Han, ngapain? Muka bantal begitu aduh pacarnya Renjun," gitu katanya tadi.

Yaiyalah muka bantal, tapi bodoamat anjir tetep cantik kalo aku mah.

Tepat setelah selesai minum, Nana nyamper.

"Eh setan mana anjir jam segini belum tidur," ejeknya. "OI HAECHAN, CHENLE, AYO BANGUN LO PADA," dia teriak untuk membangunkan kedua sohibnya.

Bisa ditebak, setelah itu terjadi kicruh besar-besaran. Iya, pada protes ngapa dibangunin jam segini.

Usut punya usut, ternyata Nana udah bikin plan mau ke Merbabu dong, nonton sunrise :)

Manusia-manusia muka bantal persiapan seadanya. Jaket tebal, slayer, sarung tangan, kupluk, kaos kaki tebal, sepatu. Starterpack.

Begitu penghangat ruangan dimatikan sama Haechan, pada ngeluh, "INI DI DALEM AJA DINGIN BEGINI, APALAGI MAU NAIK KE MERBABU SIH NA?"

"Percaya sama gua, lu pada ntar ngos-ngosan dan keringetan. Udah ayo buru."

Ini masih jam empat....

-

Skip aja ya, udah sampe atas gitu. Soalnya bisa dipastikan lah lambe-lambe sambat sepanjang perjalanan naik.

"Kok nggak camping aja kita ya Chan, anjir," sesal Minju sewaktu lihat banyak manusia kemah bertebaran.

Ini udah setengah enam, dan mataharinya mulai kelihatan.

"The sun kissed Hyuck, xixixi," ceplos Nako.

Woy, Nako ketawa aja imut ya gusti....

"Our full sun," tambahku.

Haechan bener-bener ngadep matahari, dan dia indah banget dilihat kalo gini tuh. His tan skin omg....

Renjun ikut-ikutan dong :'D gemes, pacar siapa sih.

Dua pemuda di depanku menikmati ciuman matahari, dan aku menikmati lelakiku yang tampak lebih indah daripada Haechan, tentu saja begitu di mataku.

Kami bener-bener di atas awan. Iya, Merbabu.

"Han, cantik ya?" Jeno tiba-tiba sudah di sampingku.

"O, tentu. Kaya aku kan?" candaku.

"Iya."

E, eh. Apa nih?! Sembarang bikin senyum-senyum sendiri nih Jeno yth.

Iya, aku bulshing dan ketahuan Renjun :)

"Han," panggilnya.

Nah kan. Dia lalu menyeretku menjauh dari teman-teman, dan tentu saja Jeno.

"Han," ulangnya.

"I, iya?" gagapku dengan wajah yang pasti sudah memerah, semerah tomat ranum.

"Kamu manis sekali, aku nggak bohong."

HAH? EH, MAKSUDNYA?

"Sejak kapan?" tanyaku, masih terkejut.

"Baru aja. Aku lihat Jeno dan kamu kalo bersebelahan gitu cocok banget. Aku takut," katanya memelan.

"Kamu ingat wajah Jeno juga?"

Dia mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca seiring bibirnya berkisah.

/cocok puitis gaksi disini :')

biasanya aku puitis di Monokrom doang :'/

[✔] YOGYAKARTA 1.0 - Huang RenjunWhere stories live. Discover now