Pink

3 0 0
                                    

Namaku Aurora. Aurora Christina Ferro. Namaku kelihatan cantik sekali. Ya. Hanya nama yang cantik. Tapi fisikku tidak secantik namaku. Bukannya tidak bersyukur dengan anugerah Yang Kuasa. Tapi memang inilah kenyataannya.

Namaku tidak secantik rupaku. Meski mungkin memang kecantikan itu relatif.

Tubuhku gempal tapi cukup tinggi. Kulitku kecokelatan dan wajahku biasa saja. Mata agak sipit. Hidung tidak terlalu mancung. Dan bibirku juga tidak seksi. Bibir tipis tapi tidak merah.

Entah mengapa orangtuaku memberi nama begitu cantik. Memang ada keturunan darah Belanda dalam darah keluargaku. Tapi itu hanyalah sekian persen. Tapi sungguh, fisikku tidaklah menarik.

Orang - orang memanggilku Rora. Kadang ada juga yang memanggil Aura. Tapi itu hanya beberapa yang bingung dengan namaku yang begitu panjang. Bak nama seorang putri raja. Tapi aku lebih senang di panggil Rora saja.

Aku bukanlah anak orang kaya yang mungkin dengan mudah minta ini dan itu hanya dari orang tua mereka. Beruntungnya mereka yang tak perlu susah payah dan kerja keras untuk mendapatkan segala sesuatu. Mereka yang terlahir berkecukupan sejak lahir.

Segala sesuatunya itu memang susah sekali di cari. Harus dengan usaha terlebih dahulu. Tapi disitulah kita belajar untuk menghargai hidup. Belajar dari kesulitan dan kegagalan yang ada.

Sejak kecil hidupku ceria. Selalu tertawa bahagia. Bermain gembira. Berlari kesana kemari dengan penuh keceriaan. Iya. Itulah hidupku dulu.

Aku lebih banyak tertawa. Tidak tahu keluargaku memiliki masalah apa atau mungkin orangtuaku sedang memikirkan biaya sekolah anak. Aku tidak terlalu perhatian. Karena aku juga masih kecil untuk memikirkan itu.

Yang Aurora kecil tahu ini hanyalah bermain gembira dan sekolah.

Cinta ?

Cinta monyet itu kadang datang dan pergi. Tapi tidak pernah sekalipun ada yang namanya resmi menjalin kasih alias pacaran.

Masa yang tidak pernah aku lupakan adalah masa SMP. Masa itu indah luar biasa dalam hidupku. Bersama teman - teman yang luar biasa dan disinilah yang namanya kutemukan sebuah cinta.

Yah..mungkin cinta yang sekali lagi tanpa balas. Tapi ini adalah cinta yang unik. Cinta tanpa balas yang aneh.

Jaman itu, jatuh cinta pada seorang laki laki yang sangat tampan, sombong dan cukup terkenal di satu sekolah.

Dan dia tidak pernah tahu siapa saya. Uppss..menyebalkan bukan ??

Memang begitulah nasib seorang gadis berwajah biasa yang tak hobi berdandan sepertiku.

Hello...berdandan disaat masih remaja?? No no no. Saya masih anak sekolah saat itu.

Masih anak SMP yang kewajibannya belajar. Ingat yah! Belajar! Bukan pacaran. Apalagi centil centilan.

Beruntung saya masih anak remaja dan sekolah yang masih normal meskipun fisik saya tidak terlalu menarik.

Dan kembali ke tadi, cowok tampan yang sombong yang membuatku jatuh hati saat itu tapi tentunya tanpa balas.

Kenapa dia sangat penting kuceritakan disini meskipun juga tidak terlalu penting amat, hehehe.

Karena dari dialah saya belajar satu hal yang indah. Saya belajar mencintai dengan tulus dan mengenal diri saya. Dari dialah saya mengenal seorang wanita yang baik hati yang membalas dengan jahat meski ada yang menyukai kekasihnya.

Dari laki-laki ini pula lah saya tahu bahwa kualitas cinta saya itu baik.

Kenapa kukutakan baik. Karena saya selalu mengandalkan hati. Hati yang setia.

Terdengar memuji diri sendiri yah kelihatannya. Tapi tidak seperti itu juga.

Kalian akan tahu nanti bagaimana sebuah hati itu mengalahkan banyak hal buruk.

Hati itu pink. Bagiku pink. Karena maknanya begitu dalam. Ketulusan, kebaikan, keindahan.

Dan dari hati inilah semuanya selalu berawal...

Warna DiarykuWhere stories live. Discover now