Sexy Teacher -- 12

15.9K 190 2
                                    

Sudah dua bulan ini Danny sering mengadakan pertunjukannya. Dan selalu dengan perempuan berambut aneh itu. Ya siapa lagi kalau bukan Ruby. Aku memencet tombol remote control secara acak, aku benar-benar bosan.

Sebenarnya Danny sudah memaksa ingin mengajakku tetapi aku enggan untuk pergi. Pastinya aku akan sering bertemu dengan Ruby. Oke aku cemburu berat.

Arghhh!!!

Kuacak rambutku hingga tak terbentuk. Aku berinisiatif mengambil es krim di lemari es dan tiba-tiba saja sebuah pesan masuk di ponselku.

Sebuah foto sedikit buram, dan pengambilan itu dilakukan baru saja. Danny tengah memeluk Ruby dan mereka berciuman dengan intens. Mataku mengerjap berkali-berkali, apa benar mereka berdua berselingkuh di belakangku.

Ini tidak benar, aku membanting ponselku di sofa. Aku melangkah menuju pintu keluar. Tapi aku hanya diam dengan tanganku menggantung di kenop pintu. Tidak aku harus tenang, aku seorang wanita berpikiran dewasa. Semuanya pasti salah paham.

Arghhh!!!.

Hatiku sakit aku mengambil ponsel dan melihat foto itu lagi. Kulihat nomor siapa itu. Tidak ada identitas pengirim, canggih sekali dia. Ya sudahlah lebih baik aku tidur saja mungkin bisa membantu meredakan emosi.

Aku menghidupkan lampu kamar dan seketika bel berbunyi. Aku mendesah kecewa. Aku sedang tidak menunggu tamu. Aku mengintip dari lubang pintu. Wow, little princess. Mau apa dia kemari, hei aku tidak membencinya hanya saja aku ingin sendiri saja malam ini.

Aku membuka pintu dan melempar senyum. "Hai, apakah aku datang sebagai penyelamat kesepianmu?", tanyanya sumringah. Aku melebarkan kedua tanganku dan memeluk Samantha.

"Ya kurasa kau sudah memberiku oksigen", candaku.

"Aku mendapat pesan dari Danny untuk datang kemari. Apa kau akan marah dengan permintaannya?", tanya Samantha hati-hati. Jadi dia datang tidak atas keinginannya sendiri.

"Tidak, kenapa harus marah. Duduklah aku akan menghangatkan coklat", perintahku.

"Aku membawa makanan Cina, apa kau suka?", Samantha mengangkat kardus putih.

"Baiklah kurasa aku akan suka", aku mengambil sendok dan garpu. Aku tidak bisa memakai sumpit. Aku mendengar Samantha menghidupkan televisi, aku menghidangkan dua coklat panas dihadapannya.

Sam menatapku lekat. "Ada apa?", tanyaku bingung.

"Tak apa. Ayo makan, ah aku juga membawa ini" aku mengernyit dengan cat kuku yang Sam bawa.

"Untuk apa ini?", aku benar-benar kehilangan akal dengan sikap Samantha.

"Yeah..kau tahu..kita bisa mengganti cat kuku. Aku punya beberapa warna", Samantha sibuk memilih warna. Entah berapa botol yang ia bawa kurasa aku hampir gila dengan tingkah gadis ini.

"Kau mencoba mengalihkan perhatianku dari sesuatu?", cecarku. Samantha menyandarkan punggungnya di sofa dan mengembuskan napas.

"Kurasa kau harus tahu ini, aku tidak bermaksud membuatmu kecewa tapi...ini lihat saja sendiri", Samantha memberikan ponselnya padaku. Aku dengan seksama melihat layar ponsel. Dan ya gambar yang sama dengan yang ada di ponselku.

Samantha menatapku lagi. "Kau baik-baik saja?". Aku mengangguk.

"Tapi sepertinya tidak", bantah Sam.

"Cukup. Aku bukan anak kecil dan ini hanya foto bukan berarti Danny mencium Ruby dengan sungguh-sungguh", jelasku.

"Oke, aku tahu kau pasti mengerti", lanjut Sam. Benarkah aku mengerti?. Mungkin tetapi hatiku sakit melihat keakraban Danny dan Ruby.

"Well, kau ingin warna apa?", ucap Sam girang. Perempuan ini hanya memastikan aku tidak menyayat nadiku. Aku tersenyum kecil dan memilih warna nude. Aku bukan wanita bodoh.

"Hei, itu pilihan bagus. Sekarang ayo mulai beraksi!", seru Sam.

Sudah dua jam kami melakukan hal seperti anak remaja belasan. Karaoke, saling cerita tentang bagaimana kami menjadi gadis paling nakal sewaktu sekolah dulu dan mengecat kuku. Denting bel berbunyi, aku segera beranjak dan mengintip ke lubang pintu.

Ah, Danny sudah kembali. Aku tersenyum bahagia, aku membuka pintu dan memberikan senyuman hangat.

"Mi Amor, aku sangat merindukanmu!", Danny menubrukku dan memeluk.

"Hei, lepaskan!", Danny tak peduli dan membawaku masuk masih mendekapku.

"Wow, sebaiknya aku segera pulang!", teriak Sam.

"Mau kuantar pulang?", tawar Danny. Samantha hanya menggeleng dan melambaikan tangan seraya keluar apartemen. Danny mengikuti Samantha dan mereka terlihat sangat akrab. Kalau itu Samantha aku akan membiarkan mereka mengatakan apapun. Tetapi foto itu...oh ya ampun aku cemburu.

"Hai. Aku kelaparan ada sesuatu di kulkas?", aneh biasanya dia akan memelukku lagi.

"Samantha membeli ini kau mau?", aku membuka kardus plastik yang masih berisi masakan Cina.

"Hei, ide bagus. Aku mandi jadi tunggu aku, oke" Danny menciumku singkat.

Tunggu!!

Harusnya bukan seperti itu, ciuman itu terlalu datar. Aku meremas serbet makan dan membantingnya tepat di rak piring.

Aku melangkah ke kamar tidur untuk melihat keadaan Danny apa dia sudah selesai mandi. Aku mengintip dari pintu yang terbuka sedikit, ternyata dia masih asyik di bawah shower.

Aku memungut pakaian Danny yang tercecer dan membawanya ke mesin cuci. Sudah berapa kali kukatakan padanya untuk mengumpulkan bajunya di keranjang kotor. Dan dia tidak mendengarkan.

Aku mendengar Danny bersenandung saat keluar dari kamar mandi. Seperti biasa dia tetap tampan dengan tetesan air yang menetes disela-sela leher dan tulang selangka.

"Honey, kau tidak lelah harus mencuci malam-malam?", saat ini dia memelukku erat mematahkan prasangka yang kubuat. Tubuhnya bergoyang memaksa tubuhku ikut bergoyang.

Aku tertawa geli, dan kurasakan miliknya yang mulai keras dan tegang.

"Ayolah kita harus istirahat", paksa Danny. Ia menyeret tubuhku dengan dirinya tetap dibelakangku.

"Kau tidak lapar, aku sudah memanaskan masakannya", aku berpura-pura memberontak. Aku membuka tangannya tapi gagal malah Danny semakin erat memeluk.

"Aku ingin memakanmu saja", ia memutar tubuhku agar berhadapan dengannya. Kami saling memandang, jari-jari Danny menyusuri wajahku dan aku harus mendongak karena tinggi kami yang tidak seimbang.

"Kau tahu kau selalu cantik, Mamacita. Aku menginginkan dirimu", bibir Danny memagut bibirku. Lembut, penuh kasih sayang, Danny mendudukkan aku di pinggiran ranjang. Ciumannya semakin dalam, aku mendesah saat bibirnya turun ke leher dan memberi jejak basah disana.

Danny merebahkan diriku dengan pelan membuka kausku dan mencopot celana. Yang tersisa hanya bra dan celana dalam saja. Aku terengah-engah menikmati ciuman Danny.

Aku merasakan tangan Danny membuka bra dan segera meremas payudaraku. Aku melenguh, ia juga mencubit dan memilih puting milikku.

"Akhh!!", suaraku tertahan bibir Danny. Segera saja Danny melepas celanaku cepat-cepat. Ia mendongak dan melihatku, dia tersenyum. Ia berdiri dan menunjukkan miliknya sudah berdiri tegak.

"Kau tahu ini sudah saatnya, Senorita", Danny menyerangku. Aku tertawa cekikikan. Dia menciumku sedikit keras dan tangannya meremas semua bagian tubuhku. Miliknya mulai merangsek kedalam milikku. Danny membuat irama yang indah. Aku mengikutinya, sesekali ia menghisap kedua putingku bergantian. Ah...malam ini benar-benar benar panas..

**

Tbc

Sexy Teacher (Complete)Where stories live. Discover now