9 - Meaning More

2.6K 139 16
                                    

"Apa arti Kak Reina buat Mas Arka?" Suara lembut seorang gadis kecil mengusik indra pendengaran Arka. Ia mengernyit.

"Kenapa? Kok jadi bawa-bawa Reina?"

Respon tidak suka langsung dilayangkan gadis kecil bermata bulat itu. Tampaknya semua orang juga pasti tak akan suka jika sedang mengajukan sebuah pertanyaan, malah ditanyakan balik seperti itu.

"Jawab pertanyaan aku dulu. Apa arti Kak Reina buat Mas Arka?"

Arka menatap adik sepupunya nyalang. Agak aneh memang kenapa Raya menanyakan arti Bulannya secara tiba-tiba begitu. Reina lebih dari sekadar penting untuknya, pun ia tak mesti menjelaskan secara detail perasaannya.

"Harus banget dijawab, ya?"

"Harus! Wajib malah menjawab pertanyaanku."

Menggaruk alis tak gatal, Arka termenung. Haruskah ia mengaku tentang rasanya? Akankah Raya mengadu yang tidak-tidak pada sang mama?

"Mas Arka?"

"Iya?"

"Mana jawabannya?"

Memerhatikan situasi di sekitar, Arka berbisik pelan pada Raya. "She is my best friend. Nothing more. Pleased?"

Ya Allah, bohonglah Arka.

"Really? Kak Reina is no more than a friend to you?" Respon tak terduga Raya, membuat Arka membelalak.

"Apa sih, Dek? Gak usah teriak-teriak begitu."

Raya menggeleng, memamerkan senyum lebar di bibirnya.

Akhirnya Mas Arka cuma milik aku.

"Dek, sehat kamu?"
.
.
Tak ada angin, tak ada hujan, tingkah Reina aneh pun terkesan konyol. Bagaimana bisa ia berselonjor mengabaikan Arka yang menatapnya dongkol?

"Awas dulu, Rei."

"Gak mau. Ntar Arkanya ninggalin."

"Ya Allah, gimana mau ninggalinnya coba? Jalan Arkanya aja dihalangin begini," keluh Arka seraya memerhatikan kaki kecil Reina yang terjulur untuk menghalangi jalannya.

"Lagian kamu gak pegel apa? Kaki diselonjorin depan pintu gitu?"

Reina mencebik. Kalau bukan karena Raya, ia juga tak akan begini.

"Rei?" Bulannya bergeming. "Bulan cantik?" Tangan Arka langsung terhempas begitu mencoba menyentuh kedua pipi Bulannya. "Ya Allah, kamu kenapa sih?"

"Pikir aja sendiri."

"Ya, gimana Arka mau mikir? Orang clue-nya aja gak dikasih."

"Terserah deh!"

"Loh, kok gitu?"

Reina mendelik. "Arka bisa diam gak? Mau Reina gigit?"

Arka merapatkan bibir, pun menyodorkan tangannya ke hadapan Reina. "Gigit aja, nih. Gak papa." Mata Reina malah menyorot tajam. "Serius, gak--ampun! Argh, Reina! Kok curang sih? Katanya mau gigit, kenapa perut Arka yang dicubit?"

"Suruh siapa berisik."

Arka bergidik. Jika begini, Bulannya bahkan tak akan segan-segan mencubitnya sampai berdarah.

The Perfect PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang