Warning 18+ (Kalau emang mau dikasih peringatan)
Apa yang terjadi jika seorang bad boy paling tampan di New York harus menyaksikan seorang nerd girl pecinta puisi dihadapkan pada tuduhan pencurian CD eksklusif BTS yang terbaru?
Apakah Axel Jr. akan...
Aria tak bisa menyembunyikan kekagumannya melihat Ji Wook tampil begitu gagah dalam balutan baju dengan gaya korea. Kaos V neck putih, berbalut jaket hitam yang mencengangkan. Celana jin dengan robek di bagian lutut kanan, terkesan keren. Ditambah sepatu bot merah bertali putih terlihat kontras. Rambut hitamnya terlihat memesona dihias senyum yang memikat.
Jimin. Nama itu langsung terlintas di benak Aria saat melihat Ji Wook dari dekat. Ia bertanya-tanya, mengapa pemuda tampan itu tidak jadi anggota boyband saja? Pasti akan banyak yang langsung mendaftar jadi fans setianya.
"Hi!" Suara khas pemuda itu membuat jantung Aria berdegub tak keruan.
Aria tak bisa melepaskan pandangan dari jaket hitam yang dikenakannya.
"Iya, aku punya." Seolah bisa membaca pikiran Aria, Ji Wook mengangkat kerah jaketnya sedikit. "Aku belum pernah memakai ini ke luar rumah."
"Kenapa? Itu original, ya?" Aria menahan diri untuk tidak membelai jaket berbordir EXO di dada bagian kirinya. Seandainya saja dia punya jaket original BTS, ia pasti akan dengan bangga mengenakannya di mana saja. Sayang, itu hanya impian karena harganya sama sekali tak terjangkau.
Ji wook tersenyum tipis. "Tidak semua orang berpikiran setulus kau." Ji Wook menggerakkan tangannya, mempersilakan Aria untuk berjalan di sisinya menuju mobil. "Banyak orang mencibir jika tahu kalau seorang pria suka dengan boyband. Disangka homo." Ia terkekeh.
Aria mengerutkan kening dan memandang wajah manis Ji Wook. "Lalu, kenapa sekarang kau pakai?"
"Karena kau."
Aria menghentikan langkahnya.
Ji Wook berbalik perlahan dan menyunggingkan senyum paling manis yang pernah Aria lihat. "Berkat kau, aku sekarang berani menjadi diriku sendiri."
Pemuda itu bergerak mendekat. Tingginya yang menjulang, membuat Ji Wook sedikit menunduk sebelum berbicara dengan sangat lembut. "Kau bilang bahwa dunia kita sudah cukup banyak masalah. Jadi, aku tak perlu meladeni jika ada yang menghinaku."
Mata Aria melebar saat mendengar kata-kata yang biasa menjadi penyemangatnya diucapkan oleh Ji Wook. Sesuatu yang mendebarkan merayap pasti di dadanya.
"Karena aku tak butuh penilaian siapa pun selama kau tak salah paham terhadapku." Ji Wook dengan gerakan sangat halus mengangkat tangan kanan Aria, dan mengecup punggungnya perlahan.
Tanpa bisa dicegah, semburat kembali muncul di pipi Aria. Gadis itu tertunduk dalam dan tak tahu harus berkata apa, bahkan ketika akhirnya Ji Wook melepaskan genggamannya seolah tak pernah terjadi apa-apa.
"Ayo, nanti kita kesiangan."
Aria akhirnya berjalan kembali menyusul Ji Wook. Mobil yang mereka tumpangi meluncur lancar di jalanan NYC menuju Mofad - Museum Food and Drink. Mereka tiba di sebuah bangunan sederhana berdinding putih dengan tulisan MOFAD LAB berwarna salem. Di sisi lainnya tulisan FLAVOUR juga tampak mencolok.
"Kau pasti akan menemukan semua informasi tentang tugasmu di sini." Ji Wook menepuk punggung Aria sembari mengajaknya masuk.
"Mirip museum sungguhan."
Ji Wook tergelak. "Tentu saja ini museum. Lihat, kau bisa melihat catatan sejarah kuliner Cina yang menginvasi NY di sini." Ji Wook menunjuk papan-papan display yang ditempeli artikel dan foto-foto bergaya klasik.
Aria mengangguk antusias. Jalanan tampak begitu lengang. Tak banyak orang yang tertarik datang di sini meskipun ini akhir pekan. Petugas berkata, hanya saat event besarlah, museum ini ramai pengunjung.
Gadis itu bebas mencatat, memotret, juga membuat vlog dengan Ji Wook sebagai kameramen. Aria benar-benar merasa terbantu akan kehadiran Ji Wook di sisinya.
Mereka sempat berfoto di tirai cup kertas yang menakjubkan. Susunan wadah kertas makanan China dibentuk menjadi sebuah tirai besar.
Ji Wook sangat menikmati kebersamaannya bersama Aria. Merekam gadis itu membaca penjelasan di papan yang akan dijadikan bahan presentasi, menimbulkan gelenyar tersendiri baginya.
Hal yang paling menjadi favoritnya adalah ketika mereka mencoba corong pembau. Bagaimana Aria ternyata suka melakukan percobaan aneh dengan mencampurkan aroma durian dengan cokelat. Gadis itu tampak menyukainya, meski Ji Wook nyaris muntah. Namun, pemuda itu sangat senang melihat tawa lepas Aria saat melihat ekspresinya. Sesuatu yang mungkin baru diperlihatkan.
"Mau coba?" Ji Wook menunjuk sebuah mesin yang beroperasi dengan lambat. Ada satu petugas yang memasukkan adonan pipih berbentuk lingkaran ke dalam mesin sebelum akhirnya diproses dalam mesin menjadi kue yang sangat populer di penjuru dunia.
"Fortune cookies?" Aria mencebik
"Kau tak percaya ramalan?" Ji Wook tertawa memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Sungguh, dengan senyum seperti itu, ia sangat mirip Jimin.
Aria berusaha kembali fokus pada pertanyaan Ji Wook dan menggeleng. "Ramalan hanyalah efek placebo. Semua hanya cocoklogi yang sebenarnya tidak berarti apa-apa."
Ji Wook mengambil satu buah kue yang meluncur perlahan di atas jalurnya. "Tapi kau akan tetap memakan kue enak ini, bukan?"
Tawa renyah terdengar bersahutan. Aria mengambil satu dan memakannya.
"Not bad. Manis ternyata. Tadinya kupikir gurih." Gadis itu berusaha memisahkan kertas yang sempat masuk ke mulutnya.
"Kurasa aku percaya ramalan." Ji Wook membaca ramalannya. "The man or woman you desire feels the same about you."
Aria hanya membeku diam.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Ji Wook mulaingodeihiy!
Btw, sorry ya baru up sekarang. Seminggukemarinaku hectic berat :') hiks