E

108 21 14
                                    

"Tae? Bisa bantu aku sebentar?" Suara Sean sejenak menghentikan aktivitas Taehyung saat akan memakai tuksedonya.

Ia membalikan badan dan berjalan menuju Sean yang berada di depan cermin dengan tangan yang berusaha menggapai seleting di bagian belakang gaunnya.

Kedua bola matanya terpaku pada wanita yang masih saja belum sadar jika Taehyung terlihat seperti ingin memakannya hidup-hidup sekarang juga.

"Tae, bantu aku.." Kali ini Sean merengek karena tangannya terasa pegal akibat berusaha menggapai seleting.

Dengan gaun model Athena yang melekat di tubuh Sean, dirinya hampir saja membuat realita sendiri. Tidak dapat di pungkuri jika Taehyung sebenarnya sangat menyukai gaun tersebut, tapi mengingat banyaknya pasang mata yang akan menatap nanti, ia sedikit khawatir.

Namun akhirnya ia memutuskan untuk angkat bicara ketika Sean menyentuh lengannya.

"Sean? Apa gaun itu tidak terlalu terbuka untukmu?"

Sean menatap bingung, lalu tatapannya turun menyoroti gaun yang di pakainya.

"Tidak." Jawab Sean tegas.

Taehyung seperti kehabisan akal. Takut menyakiti perasaan istrinya itu. Apalagi sekarang Sean sedang masa paling sensitif.

"Ayo Tae, cepat seletingkan." Selanjutnya Taehyung hanya bisa menurut. Menarik seleting dengan cepat agar ia tidak kehilangan kontrol.

Anehnya dengan perut yang nampak membuncit, Sean malah terlihat semakin seksi di matanya.

Demi Tuhan, dia tidak tahu bahwa Sean memiliki gaun semacam itu di dalam lemarinya. Dengan belahan dada yang terbilang rendah, membuat siapa saja bisa menikmati kulit istrinya.

Dia berharap hanya dirinya yang merasa seperti ini terhadap Sean. Tidak boleh laki-laki lain.

"Sean, minum dulu susunya." Kata Taehyung dengan sedikit berteriak. Tak lama kemudian, Sean keluar dengan tampilan yang sudah selesai.

Dengan make up yang tidak berlebihan dan rambut di sanggul membuat Taehyung sontak menahan nafas. Jangan lupakan bibir merah yang senantiasa menjadi salah satu kelemahan terbesarnya.

"Terima kasih." Ucap Sean seraya mengambil gelas itu dari tangan Taehyung lalu mengecup sekilas pipi suaminya itu, membuat Taehyung membeku dengan detak jantung tak karuan. Sedangkan Sean hanya bertingkah seakan tidak ada apa-apa lalu menghabiskan susunya.

Taehyung berdehem kecil, kembali mengumpulkan kesadaran. "Ayo berangkat."

Benar saja firasatnya, belum sampai sepuluh menit disana Taehyung sudah mendapati banyak pasang mata mencoba melirik bahkan ada yang mengedipkan mata ke arah istrinya. Yang jelas-jelas Taehyung berada tepat di samping Sean dengan tangan memeluk pinggang posesif.

"Tae, minggir sedikit. Kurasa posisi kita terlalu dekat sampai orang memerhatikan kita." Sean berbisik sambil bergerak gelisah.

'Mereka itu memerhatikanmu, tahu!'

Taehyung mengambil nafas dalam, berusaha tak menggrubis.

Setelah berbincang dengan beberapa rekan sejawat-- yang di dominasi ucapan selamat atas kehamilan bayi kembar Sean dan tak sedikit yang memuji betapa serasinya mereka, ia meninggalkan Sean di tepi ruangan. Awalnya Sean ngotot ingin ikut Taehyung untuk mengambil minuman, tapi pria itu tetap bersikeras agar Sean menunggu saja. Sepatu hak tinggi membuat pria itu bergidik ngeri membayangkan ketidaknyamanan yang di rasakan Sean.

Saat dalam perjalanan kembali dengan dua gelas minuman, mata Taehyung dengan lihai menangkap sesuatu yang tidak beres.

Istrinya terlihat risih dengan seorang laki-laki yang berusaha mengajaknya mengobrol. Tapi Sean tetap berusaha untuk bersikap baik, Taehyung tahu itu.

Langkah panjang segera di ambilnya. Taehyung berhasil menyelipkan dirinya diantara mereka, kemudian dengan segera menyodorkan dua gelas minuman tersebut kepada si pria yang secara terpaksa bergantian memegang gelas.

"Kurasa aku melakukan tindakan yang tepat. Membawakan minuman untuk Kau beri pada wanita lain yang kau anggap menarik, bukanlah ide buruk kupikir." Taehyung berucap penuh penekanan, lalu mengambil tangan Sean untuk di genggamnya.

Taehyung maju selangkah, merapatkan tubuhnya pada pria itu dan berkata. "Jika kau tidak buta, kau pasti melihat perut istriku. Di dalamnya ada hasil permainan kami. Ya, itu sih kalau matamu tidak hanya menatap bagian dada. Dan kau tahu apa yang lebih hebat? Mereka kembar."

Pria itu terdiam, tak membalas ucapan Taehyung barang sekata. Cemas-cemas Sean berharap dalam hari kalau Taehyung tidak akan melayangkan tinjunya.

Kakinya mengambil satu langkah mundur kembali, mensejajarkan dirinya dengan Sean, menatapnya dengan penuh cinta.

"Sayang, kurasa kita harus pulang sekarang. Kita harus melakukan aktivitas yang akan membantu persalinanmu nanti." Sean hanya mengangguk patuh, lalu mengikuti langkah Taehyung yang membawanya menjauh dari ball room.

Sesampainya di depan mobil mereka, Taehyung menghentikan langkahnya. Dengan insting, Sean memeluk Taehyung dari belakang. Berusaha meredam amarah dan cemburu, jika suaminya merasa seperti itu.

Memang dasarnya kelemahan dan kekuatan seorang Kim Taehyung itu adalah Sean. Ia hanya bisa menghela nafas. Mencoba mengabaikan kejadian tadi. Apalagi dengan perut Sean yang menempel pada punggungnya.

"Tae, tahu tidak? Kau keren sekali tadi. Benaran. Aku sampai tidak percaya itu adalah kau, tidak seperti Taehyung sekali." Sean berbisik.

"Ya, ya. Terserah kau saja." Taehyung membalas cuek. Namun Sean tidak patah semangat.

"Jadi kau tidak benar-benar serius? Ingin mengunjungi si kembar?" Ia langsung membalikan diri dengan mata membulat.

"Kau tahu apa yang kau bicarakan?" Tanya Taehyung memastikan yang di sambut anggukan Sean.

Sejurus kemudian, Taehyung langsung membawa Sean ke dalam mobil dengan mata berkilat.

"Kim Taehyung bodoh! Maksudku tidak di mobil juga! Kancingkan celanamu!"

WHAT IS LOVE ((TAE HYUNG KIM))Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu