H

166 30 5
                                    

Dengan Sedan tuanya, Sean pergi ke swalayan untuk membeli bahan-bahan guna menyiapkan makan malam.

Yang sebenarnya persediaan di kulkas juga sudah habis, sih.

Selama empat hari Taehyung pergi ke luar kota, jadwal makannya tidak teratur. Sean hanya akan makan ketika ia merasa lapar, dan bahkan bisa selama seharian tidak memakan apapun. Itupun kadang hanya memakan mi instan atau sekedar chocolate bar.

Taehyung bisa marah besar kalau tahu. Ketidakberadaan Taehyung di sekitar Sean membuatnya kehilangan selera untuk melakukan apa-apa.

Dengan troli yang masih kosong, Sean berjalan menjelajahi swalayan. Taehyung bukan tipe pemilih soal makanan, ia hanya tidak menyukai buah kelapa. Itu saja. Bayangkan betapa bersyukurnya Sean.

Sean tidak mempunyai rencana untuk makan malam kali ini. Dia hanya membeli bahan-bahan secara random dan akan memutuskan menunya nanti di rumah.

Trolinya sudah terisi setengah ketika ia menambahkan beberapa bungkus makanan ringan favoritnya dan Taehyung. Tak lupa memasukkan dua kotak susu cokelat untuk sarapan.

Jam menunjukkan pukul satu siang saat Sean tiba di rumah. Dengan sedikit kesusahan dia membawa tiga kantung besar penuh belanjaan masuk ke dalam rumah dan meletakannya di meja dapur, memilah belanjaannya lalu memasukkan ke mana seharusnya mereka berada.

Sean sedang berada di depan lemari pendingin saat lampu tiba tiba saja padam. Sayangnya, Sean bukanlah tipe wanita penakut. Dan Taehyung lupa.

Ya, Taehyung adalah satu-satunya pelaku yang niatnya ingin mengejutkan Sean dengan kepulangannya yang lebih awal.

Sean berjalan keluar rumah untuk kembali menghidupkan saklar, karena gelap Taehyungpun kehilangan jejak Sean dan menjadi panik sendiri. Dia berjalan tanpa arah dan dasar memang si Kim sedang sial, kakinya terantuk sesuatu dan dahinya terkena ujung meja membuatnya dahinya berdarah.

"Aw!"

Seketika itu juga, lampunya menyala. Sean yang sedang berjalan kembali menuju dapur mendapati Taehyung dengan posisi terduduk dan dahi berdarah.

Dengan tatapan tak percaya Sean berucap, "Taehyung?"

"Se-sean." Cicit Taehyung yang seperti orang ketakutan. Seperti orang yang kepergok melakukan sesuatu kesalahan.

Dengan sigap Sean langsung berlari kecil untuk mengambil kotak pertolongan pertama. Ia langsung menghampiri Taehyung dan memeriksa dahinya. Atensinya sepenuhnya pada Taehyung.

"Sean.."

"Diam."

Oh, tidak, ini gawat. Pikir Taehyung.

Sabar dan telaten, itulah Sean. Di butuhkan kesabaran ekstra dan ketelatenan untuk menghadapi Kim Taehyung yang sangat pecicilan. Padahal Sean hanya akan membersihkan lukanya, mengolesinya dengan obat merah serta menempel plester.

Tapi reaksi yang diberikan Taehyung sangat berlebihan, "pelan-pelan", "Aw", "Ini sakit sekali", "Tidak usah di obati saja".

Sean hampir saja kehabisan kesabarannya untuk mengobati luka sekecil itu. Dengan perasaan campur aduk, Sean menekan keras plester Taehyung saat menemplenya.

"Ya, Tuhan. Sean, kau kejam sekali, sih." Sedangkan yang di kritik hanya memandang tajam, Taehyung langsung ciut di buatnya.

Sean bangkit setelah memasukkan kembali perlengkapan ke dalam kotak. Ia meletakan kotaknya di atas meja lalu membawa dirinya duduk di sofa.

Melihat itu, Taehyung langsung menyusul untuk duduk di samping Sean. "Kau marah, ya?"

Sean menghela nafas. "Mana mungkin, sih, Tae. Aku tidak punya alasan untuk marah."

Mata Taehyung sontak membesar, ia pikir Sean akan marah karena kecerobohannya. Tapi nyatanya tidak. Malah sekarang Sean kembali mendekatkan diri padanya dan memeriksa kembali lukanya.

Dalam jarak sedekat ini dia bisa melihat wajah Sean sepuasnya. Taehyung memandang Sean dengan tatapan memuja, dan memang selalu seperti itu dari dulu. Yang di pandang hanya bisa menahan degup jantungnya untuk tak terdengar keluar.

Menyadari situasi saat itu, Sean tidak mau berpikir lebih jauh tentang apa yang bisa dilakukan Taehyung saat ini. Ia memilih untuk menjauh perlahan, tapi Taehyung dengan sigap menahan pinggangnya.

"Tae, aku belum memasak."

"Kau tidak merindukanku?"

Sean tidak langsung menjawab, ia hanya bisa memeluk Taehyung lalu menenggelamkan wajahnya pada bahu Taehyung. "Mana mungkin tidak rindu."

Senyum Taehyung merekah sempurna. Ia balas memeluk erat istrinya itu.

"Bagaimana jika berkencan hari ini?" Sean menjauh sesaat untuk bertanya. Wajah Taehyung sontak berseri-seri, wajar saja, ini adalah pertama kalinya Sean mengajaknya kencan berdua terlebih- "bersama Kean."

WHAT IS LOVE ((TAE HYUNG KIM))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang