I

118 23 3
                                    

"Tae, ambilkan handuk!"

"Tidak mau sayur, ingin daging."

"Ganti salurannya, ingin lihat EKSO."

"Lamban sekali, sih, Tae!"

"Aku lapar."

"Menjauhlah sedikit."

"Huaaaaaaa.. Taehyung --kau jahat sekali. Tidak mau membelikan Sean tteoppoki cheese dan buah persik."

Ini batasnya. Sudah seharian Sean seperti ini, dan ini pukul dua dini hari. Taehyung menghela nafas, mencoba mengatur emosinya sedemikian rupa. Tidak mau Sean beranggapan jika ia marah.

Emosinya masih bisa di tolerir tapi tidak dengan mata yang memerah serta kantung mata yang mulai muncul. Taehyung baru bisa terlelap pukul setengah satu tadi setelah Sean memintanya memijat seluruh tubuhnya hingga dia tertidur.

"Akan kubelikan, Sayang. Pasti. Tapi tidurlah enam jam lagi. Saat kau bangun kupastikan sudah tersedia di meja makan. Ya?"

Mulai lagi, air matanya mulai muncul begitu mendengar penolakan. "Tidak, Tae, tidak mau. Nanti rasanya akan berbeda dengan sekarang."

Dengan Sean yang seperti itu, Taehyung di buatnya makin frustasi. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, jadi dia hanya dengan pasrah berjalan gontai menuju garasi setelah memakai mantel dan mengambil kunci mobil serta dompetnya. Tidak lupa mencium kening Sean sebelum melangkah keluar dari kamar. "Jaga dirimu."

Taehyung berlalu dengan pikiran bercabang, tteoppoki mungkin masih dapat di temuinya dengan mudah. Mereka juga masih mempunyai sisa stok keju mozarella di rumah. Tapi buah persik, dimana dia dapat membelinya pada jam segini?

Hampir satu jam Taehyung pergi dan belum juga kembali. Membuat Sean di landa rasa cemas juga bersalah. Dengan perasaan was-was Sean mencoba menelfon suaminya itu. Tungkainya melangkah tak tentu arah, sampai pada akhirnya ia masuk ke dalam kamar mandi untuk menaruh handuk yang di pakainya sore tadi.

"Ya, halo, Tae --Aw!"

"Halo? Sean? Hey? Kau baik-baik saja?"

Telefon genggamnya jatuh begitu saja di sebelahnya. Sementara Sean terjengkang kebelakang karena terpeleset, ia mencoba untuk bangun tetapi saat bau anyir memasuki indra penciumannya, Sean histeris.

"Sean! Tunggu, aku akan segera pulang. Apapun itu, tetap tenang."

Disana Sean menangis tersedu, karena akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Suaminya berkendara dengan kecepatan maksimal untuk kembali ke rumah dengan perasaan cemas luar biasa.

Taehyung langsung berlari masuk ke dalam rumah begitu selesai memarkirkan mobilnya. Ia mencari Sean ke seluruh penjuru rumah, sampai akhirnya mendengar suara tangisan Sean.

Alangkah terkejutnya dia ketika menemukan Sean terduduk dengan punggung menempel pada dinding di tambah darah yang membasahi celananya. Taehyung melangkah mendekat dengan air mata yang mulai menggenang.

Mendengar suara langkah kaki, Sean menoleh dan mendapati Taehyung dengan raut yang sama tak baiknya. "T-tae.."

Dengan sigap Tehyung membawa wanitanya ke dalam dekapan, menangis bersama menumpahkan segala perasaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Taehyung membawa wajah Sean menghadapnya. "Berjanjilah. Jangan salahkan dirimu untuk ini. Aku mohon."

Sean tidak menjawab, hanya kembali memeluk Taehyung dan kembali menangis sesegukan. "Sekali saja, izinkan aku untuk menyesalinya."

"Tidak. Jangan katakan apapun."

Mereka berpelukan sebagai perantara berbagi perasaan sedih nan sakit sekaligus berbagi kekuatan.

Tangis Sean berhenti, rasanya ia lelah sangat seharian ini. Begitupun dengan Taehyung, ia menangis sesegukan tertahan menahan rasa sesak di dalam dada. Tidak ada suara, hanya ada dengus nafas penuh kekecewaan.

Taehyung marah pada dirinya sendiri. Merasa payah karena ternyata dia tidak sepeka itu. Tidak menyadari perubahan sikap Sean akhir-akhir ini. Tidak tahu bahwa ada seseorang di dalam sama yang sedang berkembang --berusaha melihat dunia. Menyesal terlalu menyibukkan dirinya dengan perkerjaan.

Sean hanya bisa menghirup feromon Taehyung dalam-dalam, berharap itu bisa menenangkannya. Dia tidak ingin menangis lagi. Dia tidak ingin Taehyung muak dengan tangisannya lalu pergi meninggalkannya. Sungguh tidak ingin. Itu akan menjadi mimpi buruknya yang paling buruk.

Sebenarnya, tidak ada di antara mereka berdua yang harus di salahkan. Hanya belum saatnya.

WHAT IS LOVE ((TAE HYUNG KIM))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang