[13]

173 17 2
                                    

Masih saja terbayang kejadian semalam, iya, saat aku dengan tidak malu nya bertingkah seperti anak kecil. Anak kecil yang enggan ditinggal ayahnya bekerja.

Saat aku terus saja bersandar di dadanya, saat tangannya merangkul mesra punggung ku, dibawah pohon rambutan yang menjadi saksi bisu kisah kita dulu.

Saat aku terus saja memegangi ujung bajunya, sampai akhirnya kalimat itu keluar, kalimat bahwa aku tidak ingin pulang.

Saat mengingat kembali, aku sampai bergidik ngeri, kenapa seorang Dellamellia bisa bertingkah seperti itu? Ah, ternyata benar, cinta bisa merubah seseorang.

"Del, ada si Mira noh," Ibu memanggilku, ya memang jam sudah menunjukkan pukul 14:30 wib. Dari tadi pagi aku hanya mengerjakan pekerjaan rumah yang biasa ku lakukan kalau libur, kemudian mandi, dan menonton tv.

Aku beranjak keluar menemui Mira, ah lagian, biasanya juga langsung nyelonong masuk kaya jailangkung. "Ngapa?"

"Sini.." Ia berbicara pelan sekali, menyuruhku mendekat, sepertinya ada hal yang sangat penting.

"Glen di Setu," membuat keningku mengerut, "yaudah Sono."

"Ayo bego Ama lu!"
"Ko?"
"Ada, Senja. Emang dia ga bilang?"
"Engga,"
"Buruan ayo, pake rok aja udah."

Dan aku mengambil rok abu-abu ku dilemari. Membenarkan tatanan rambut, cuci muka, dan sudah.

"Mah, Della main," pamitku dari luar.
"Kemana?"
"Kesitu, sebentar, sama Mira mainnya."
"Jangan sore-sore!"
"Iya, assalamualaikum."
"Wa'allaikumsalam."

🍁


Sudah pernah berduaan, sudah pernah merasakan bagaimana rasanya bertemu Senja, tapi anehnya, tiap kali di awal ingin bertemu, tiap kali aku baru mengetahui Senja akan menemui ku, pasti jantungku berdetak dengan sangat cepat. Aneh bukan?atau memang seperti ini rasanya mau bertemu dengan orang yang kita sayang?

Iya, dari dijalan menuju Setu jantungku sudah berdetak lebih cepat. Bahkan, dari awal mendengar namanya disebutkan oleh, Mira saja jantungku sudah berdetak cepat.

Aku melihat Glen, Senja dan Riko di sebuah pos kecil yang terbuat dari bambu di dekat Setu, iya, Setu yang sama dengan Setu waktu malam Minggu dulu, waktu kali pertama main dengannya. Ingat?yasudah kalau tidak ingat, baca lagi saja dari awal.

Satu lagi kebiasaan aneh ku, setiap baru sampai di tempat yang ditentukan, atau baru bertemu Senja, aku pasti tidak mau langsung mendekati nya, malu. Lagipula, masa aku duluan yang nempel nempel?

Iya, seperti posisi sekarang ini, aku masih saja diam berdiri, memainkan handphone, Senja juga masih sibuk bersama Riko.

Sampai tiba-tiba saat aku tengah fokus memperhatikan layar handphone yang sebenarnya tidak ada apa-apanya, ada tangan meraup wajahku sambil berkata, "serius banget main hp. Chattan sama, Denis ya?"

"Ih apa sih! ngawur!"
"Hemmmm?" Sambil tersenyum, senang sekali meledek! "Coba liat,"
Aku menyerahkan handphone ku, kenapa dia tidak percaya?dan kenapa selalu Denis yang dibahas?iya, yang meraup wajahku, Senja. Siapa lagi kalau bukan dia?masa iya penculik?

"Gak ada kan?"
"Ada nih, nih.." dasar tidak mau kalah!
"Iya-iya terserah elu."
"Hehe.."

Ia menarik tanganku, membawaku ke pinggiran Setu, ya tidak terlalu dekat sih dengan airnya, hanya dijalan setapaknya saja. Duduk disana. Memandang ke arah Setu, ya memang tidak bagus sih, tapi asik saja kalau berdua dengan Senja. Hehe

Sama-sama diam memandang lurus ke depan, melihat air Setu yang begitu tenang, setenang hatiku saat berada didekatnya. Tidak, kali ini aku tidak bersandar, ramai. Malu.

"Ih Senjaaaaaaaa!" Bagaimana tidak kesal?ikat rambutku ditarik, membuat rambutku yang sangat tidak bagus inipun harus tergerai bebas, "ih siniin ah,"

"Kenapa sih emangnya?" Tanyanya sambil sedikit tertawa, "buka aja," dan, kunciran itu malah ia pakai untuk menguncir rambutnya.

Bukannya melanjutkan marah, aku justru tertawa melihat Senja dikuncir satu!tepat diatas kepala, bukan seperti menguncir rambut perempuan.

"Ni ah udah, kaya orang gila gua,"
"Ya suruh siapa?emang gue nyuruh?"
"Ya engga,"

Tapi kunciran itu tidak dikembalikan, malah dijadikan bahan mainan ditangannya. "Oh iya!!"
"Apansih?" Kenapa hobi sekali membuatku kaget? tiba-tiba teriak oh iya!

"Tunggu, gua ke Riko sebentar."
Iya, jarak kita berdua dengan yang lain memang lumayan, yang lain di pos tadi, aku dan Senja malah memilih kesini. Bukan aku sih, hanya Senja.

Senja kembali membawa topi berwarna merah, entah miliknya, entah milik Glen, atau milik Riko.
"Mau pake topi lu?" Tanyaku heran, kalau memang mau dipake, kenapa ga dari di pos aja?

"Sini deh, eh kuncir dulu dah," ia menarik tanganku untuk berdiri, dan ia menguncir rambut ku, tapi acak-acakan!

"Mau diapain sih?"
"Diem."
Yasudah deh, aku diam saja, terserah mau diapakan rambutku, asal jangan dibakar.

Ia menyuruhku menghadapnya, lagi-lagi aku menurut, dan memakaikan ku topi! "Ih gamau...." Aku menolak, menengokkan kepalaku ke kiri kanan. Berusaha menghindar terus agar topi itu tidak terpasang.

"Ih sebentar doang," ah yaampun, bagaimana bisa aku menolak keinginannya?akhirnya aku menurut(lagi)

Ia tersenyum puas saat topi itu sudah terpasang di kepalaku, rambut ku yang sudah ia kuncir satu juga dikeluarkan dari lubang yang ada dibelakang topi. "Nah, bagus, udah sampe pulang begini aja."

"Ih apansih!ga ah gamau, lepas ya?"
"Jangan ih,"
"Mana coba hape lu?gue mau liat,"

Rasanya ingin tertawa melihat wajahku sendiri, aneh sekali! "Jelek banget yaallah, apan sih, acak-acakan lagi iketan rambutnya!"

Ia sudah duduk, dan menarik tanganku untuk kembali duduk disebelahnya, "gapapa. Biar gada yang naksir." Ia berbisik pelan ditelinga ku, membuatku tersenyum kecil. "Banyak laki-laki. Nanti kalo lu cantik, entar pada suka." Lanjutnya masih dengan berbisik. Membuat senyuman di bibirku semakin lebar.

"Buka aja deh," ia membuka topinya, tapi tidak membenarkan kunciran yang super acak-acakan itu.
"Loh kenapa?"
"Kan elu emang udah jelek, jadi gabakal ada yang suka. Hahaha.." membuat rasa senangku hilang!tapi pura-pura ikut tertawa.

"Kecuali satu,"
"Hah?"
"Iya yang suka sama lu,"
"Siapa?"
"Senja."

Senyumnya kutahan, takut habis ini dia menjatuhkan ku lagi!tapi ternyata tidak, ia malah mengacak rambutku yang sudah acak-acakan menjadi semakin acak-acakan!

🍁

Sudah jam 16:50 wib. Sudah hampir jam lima sore, sudah harus pulang, lagipula belum menggosok, dan Ibu berpesan jangan terlalu sore. Segini juga sudah kesorean!sampai rumah pasti Ibu marah.

"Nanti gausah chat ya,"
Aku mengerutkan kening, kenapa coba? "Kenapa?"
"Hp nya lobet, ya?"
Aku cemberut, "kenapa?" Tanyanya dengan nada yang lemuuuuut sekali, sambil membenarkan anak rambutku yang keluar-keluar dari kuncirannya.
Aku hanya menggeleng, "yaudah, gua pulang, Sono gih pulang, nanti mamah ngomel."

Aku mengangguk lagi. Kemudian kita jalan menghampiri Mira, Glen dan Riko. Aku dan Mira pulang, meninggalkan Setu duluan.

Selalu berat sekali rasanya, membuat otak ku malah berfikir, kenapa harus ada malam hari?kan kalau tidak ada malam, bumi tetap terang, dan Ibu tidak akan marah karena aku pulang saat bumi sudah gelap. Benarkan?

"Sekalian aja gausah pulang!" Ternyata sudah sampai dirumah. Dan langsung kena semprottttttt.

***

Vote vote and komen!💗

SENJAKUWhere stories live. Discover now