[5]

270 40 8
                                    

Alarm ponselku terus saja berbunyi, membuat telinga ku sakit. Menggangu!

Aku terbangun, mengumpulkan nyawa sejenak, kemudian menggoyangkan tubuh Mira supaya terbangun. "Mir!miraaaaa."

Setelah beberapa kali mencoba membangunkannya, akhirnya Mira bangun. Iya, Mira menginap di rumahku. Itu solusi semalam supaya ia bangun pagi. Mira termasuk kebo kalau sudah tidur kawan-kawan.

"Lu mandi duluan, nanti kita kerumah gua." Suruhnya dengan mata yang masih merem melek.

Aku selesai mandi dan memakai baju, membawa tas Gemblok kecil ku yang bermotif bendera Inggris.

Membangunkan ibu ku untuk pamitan, dan mendengarkan sedikit wanti-wantinya.

Dirumah Mira, aku tidur selagi menunggunya mandi, ibu nya Mira galak. Tapi, tidak terlalu galak. itu yang membuatku dan Mira berbohong padanya. Sewaktu baru masuk SMK dulu, ibunya Mira masih tidak percaya kepada Bowo a.k.a Glen. Ia takut anaknya di cabuli. Padahal, Mira dan Glen berpacaran hanya beda beberapa hari denganku dan Denis. Jadi sudah setahun lebih.

"Ama siapa lu!" Tanyanya. Aku takut.

"Sama si Lala mamah Mira." Jawabku, berusaha tidak gugup.

"Ati ati lu!"

"Iya,"

Masih jam lima subuh. Jalanan juga masih sepi. Gelap. hanya ada beberapa motor yang lewat. Aku takut, takut ada begal juga hantu waktu itu.

Aku dulu penakut sekali. Bahkan sampai saat ini.

Semalam, kita sudah sepakat untuk bertemu di lampu merah sana. Lumayan jauh, tapi kalau mau mengeluh, malu sama Glen dan yang lain. Karena jarak rumah mereka ke tempat pertemuan ini sangat jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki.

Aku dan Mira sudah sampai di lampu merah, berdiri menunggu mereka sampai. Ah lama sekali. Matahari juga sudah muncul sedikit sedikit.

"Inimah keburu siang mir!" Kaki ku sudah sangat pegal. Aku lebih memilih jongkok di bawah tiang lampu merah itu. "Della ih!kaya gembel lu!"

"Bodo ah. Capek."

Setelah menanti, akhirnya, Glen datang, nafasnya tak beraturan, tapi, aku kecewa. Glen sendirian. Ah, gajadi bertemu Senja.

"Lah sendirian lu?"

"Bocah curang njir!guamah lari."

"Lah emang bocah?"

"Nebeng losbak anjir!"

"Siapa aja?" Tanya ku, sebenarnya, lebih ingin tau apakah Senja ikut atau tidak.

"Ya bocah,"

"Senja?"

"Ikut."

Dan, tak lama Denis datang, aku menahan tawa melihatnya!sungguh, kalian pasti tertawa kalau melihatnya!badannya yang sedikit gempal, memakai celana olah raga Mts. Garuda yang sangat ketat dan sudah ngatung. Bajunya juga tidak menutupi pantatnya. Bajunya juga terlihat kekecilan.

SENJAKUDove le storie prendono vita. Scoprilo ora