Jyuu-San

10 4 0
                                    

Aku berlari dengan kencang, berharap dapat secepatnya sampai ke rumah. Tapi, aku tak kunjung sampai ke rumah. Seolah-olah aku hanya berputar-putar di sini.

Hujan perlahan turun, lama kelamaan semakin deras. Air mataku mengalir keluar. Dadaku terasa sesak. Kenapa Shira menyembunyikan ini? Kenapa ia tidak mengatakan yang sebenarnya? Kenapa ia berpura-pura bahagia padahal kenyataan pahit berada di pelupuk matanya?

Aku terus berlari menerobos hujan, tidak peduli jika besok tidak masuk lagi karena sakit. Semua terasa tidak nyata. Semua terasa seperti mimpi.

Akhirnya aku pun sampai di rumah. Aku melepas sepatu di genkan dan menggeletakkannya begitu saja. Setelah itu aku menuju ke kamar mandi, berhenti di depan cermin, menatap pantulan siluet tubuhku yang basah kuyup di cermin.

“Sebenarnya Hoshigawa sakit apa?”

Tante Keiko terkejut. “Ia… tidak mengatakan tentang penyakitnya padamu?” Tante Keiko menutup mulutnya dan seketika ia menangis. “Shira-chan… tidak mau orang lain bersedih karenanya. Ia ingin semua orang bahagia jika melihatnya… Shira-chan itu… gadis yang baik, Akiyama… Bertemanlah dengannya, ya? Jangan membencinya…”

“Tenang saja, aku tidak akan bisa membenci Hoshigawa,” ujarku sambil memegangi bahu Tante Keiko. Aku lalu membawanya ke sofa. Tante Keiko duduk dan menenangkan diri. “Aku tidak akan pernah membencinya walaupun tahu apa yang ia sembunyikan. Beritahu aku, apa penyakitnya…”

Tante Keiko menatap mataku dalam-dalam. Matanya yang masih berkaca-kaca itu terlihat sayu. “Penyakit Shira-chan itu… sangat parah… Beberapa hari yang lalu, ia sempat diopname. Tapi, kemarin ia sudah diperbolehkan pulang.” Tante Keiko menunduk, memainkan jemarinya yang berada di atas pahanya. “Penyakitnya… leukimia.”

Aku meninju cermin. Air mataku kembali mengalir. Penyakit seperti itu…  ia menyembunyikan segala rasa sakitnya di balik senyum. Bagaimana ia bisa? Bagaimana ia bisa tidak menangis ataupun bersedih? Bagaimana ia bisa berkata kepada seluruh dunia kalau ‘ia baik-baik saja’?

Dan esok harinya, aku kembali tidak masuk.

***

Aku pergi ke rental manga dan meminjam semua seri manga ‘Te wo Tsunaide’. Aku masuk ke bilik nomor 27, sesuai yang diberikan penjaga rental dan membaca manga karangan Yuzuki Edo-sensei ini—manga yang begitu digemari oleh Shira.

Semua serinya berjumlah 30 buku. Aku meminjam semuanya dan membawanya ke bilik sempit ini. Aku mulai membaca seri pertama. Manga ini menceritakan tentang kisah cinta Aiko Hanabi dan Furukawa Aiza, dimana cinta mereka adalah sebuah cinta terlarang. Aiko Hanabi adalah gadis cantik keturunan penyihir yang sedang mencari Holy Grail, sebuah cawan yang dapat mengabulkan segala keinginannya. Untuk menjalankan misi tersebut, ia menyamar menjadi seorang gadis SMA dan bertemu dengan Furukawa Aiza, cinta pertamanya.

Percintaan antara penyihir dan manusia bukanlah cinta yang sehat. Kalau Hanabi terus mencintai Aiza dan ingin memilikinya, maka Hanabi akan menghilang dan ingatan semua orang tentangnya juga akan lenyap.

Semakin lama Hanabi jatuh cinta dengan Aiza, ia semakin lupa akan tujuannya mencari Holy Grail. Dan parahnya, Aiza yang tidak tahu apa-apa tentang asal usul Hanabi, ternyata diam-diam juga menyimpan rasa terhadap gadis penyihir itu.

Suatu hari, raja penyihir menegur Hanabi dan memberinya hukuman karena telah jatuh cinta kepada manusia. Hanabi tidak diizinkan lagi bertemu dengan Aiza ataupun melanjutkan misinya mencari Holy Grail. Ia ditahan di sebuah pulau terpencil.

Karena merasa tersentuh dengan ketulusan Hanabi, seorang budak kerajaan penyihir memohon kepada raja agar Hanabi dibebaskan. Sebagai gantinya, ia rela mati demi kebebasan Hanabi. Akhirnya Hanabi pun bebas dari hukumannya. Tapi, raja kembali mengingatkan peraturan penyihir kepada Hanabi, bahwa seorang penyihir tidak boleh jatuh cinta kepada manusia. Hanabi menyatakan bahwa ia siap melakukan apapun demi cintanya.

Saat ia kembali ke dunia manusia, hatinya pun hancur karena ternyata Aiza sudah memiliki kekasih. Ia pun marah dan menyerang kekasih Aiza. Namun ternyata, ia menyadari sesuatu. Saat Aiza berusaha melindungi kekasihnya, Hanabi merasakan pancaran energi dari Aiza menyerupai Holy Grail. Hanabi menghentikan serangannya dan langsung menghilang. Ia kembali ke dunia penyihir.

Hanabi bertapa untuk menemukan jawaban dari segala keingintahuannya tentang energi yang dipancarkan oleh Aiza saat ia berusaha melindungi kekasihnya. Dewa menjawab doanya. Sebenarnya, Aiza adalah wadah yang cocok untuk menyambut turunnya Holy Grail. Agar dapat mewujudkan bentuk Holy Grail, Aiza harus dikorbankan. Ia harus bisa mewujudkan bentuk Holy Grail melalui upacara suci. Kalau upacara berhasil, maka Holy Grail akan mendapatkan wujudnya tapi Aiza akan mati. Kalau upacaranya gagal, maka akan terjadi bencana di seluruh alam semesta.

Hanabi tidak ingin kehilangan Aiza. Hanabi tulus mencintainya walaupun ia tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Aiza. Hanabi memutuskan untuk memperjuangkan cintanya. Hanabi yakin, setelah ini pasti akan ada banyak penyihir yang menginginkan Aiza. Hanabi tidak ingin Aiza mati, ia membeli chitose ame dan memberikannya kepada Aiza setiap hari. Ia berharap Aiza dapat hidup selamanya. Hanabi tidak pernah lelah mencintainya, walau cinta Aiza tak lagi untuknya. Ia tidak peduli lagi kalau harus menghilang karena ia sangat mencintai Aiza.

Akhirnya, Hanabi benar-benar menghilang. Tidak ada satu orang pun yang mengingatnya. Bahkan semua orang pun bingung ketika namanya masih tersisa di daftar absen kelas. Hanabi benar-benar dilupakan.

***

Author mau nangis:((((

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ひとり『Hitori』Where stories live. Discover now