Bad Boy's Game 22 - Kesepakatan dengan Iblis

Start from the beginning
                                        

"Bagaimana denganmu?" lanjut Sophia melebarkan senyumnya. "Kau 'kan tidak pernah mau kuajak kemari." Gadis itu memainkan jemarinya di lengan Axel, menelusuri otot-otot yang terkembang sempurna. "Apa kau sedang menunggu seseorang?"

"Bukan urusanmu," sergah Axel cepat.

Sophia kembali terkikik. "Aku tahu kau yang meminta untuk dipasangkan dengan gadis sialan itu."

Mendengar itu, Axel menegang. "Apa maksudmu?"

Gadis itu tersenyum penuh arti. "Tindakanmu menyelamatkan si sialan itu saat aku menuduhnya sudah berbicara banyak, Axel. Kau pikir sudah berapa lama aku memperhatikanmu?"

Perasaan tidak enak menggelayuti benak Axel. Salah satu alasan mengapa dia tidak suka Sophia selain karena dia terlalu agresif, adalah karena kelicikan yang dimiliki oleh gadis itu. Persis seperti ayahnya yang suka mengambil keputusan bisnis di area abu-abu. Like father like daughter. Axel tidak pernah percaya kalau Sophia benar-benar menyukainya. Gadis itu hanya menggunakan pengaruh Axel untuk mendapatkan popularitas sekaligus berusaha menggapai kedua orang tuanya yang merupakan pemain lama di dunia properti. Ucapan Sophia tadi membuat alarm di dalam diri Axel menyala. Dia pasti sedang merencanakan sesuatu dan Aria terlibat di dalamnya.

"Mari kita buat kesepakatan." Sophia mendekatkan bibirnya ke telinga Axel dan melanjutkan dengan berbisik, "Kau jalan denganku dan akan kubiarkan si jalang itu berkeliaran bebas di sekolah."

Axel menatap Sophia dengan sudut matanya sebelum mengentakkan lengannya hingga terlepas dari pelukan gadis itu. "Aku tidak tertarik."

"Kau yakin?" lanjut Sophia memainkan rambutnya, tampak tidak terlalu peduli dengan perlakuan Axel padanya. "Aku bisa membuat hidupnya lebih menderita dan kau tidak selalu berada di sampingnya untuk menyelamatkan sang tuan puteri. Tuduhan pencurian itu hanyalah awal."

Axel tidak menjawab. Namun dari tatapan matanya terlihat jelas amarah menyala nyalang. Warna hijau dari irisnya menggelap dan mengancam. Melihat lawannya telah terpancing emosi, Sophia mencondongkan tubuhnya lagi untuk memprovokasi.

"Kau tahu bukan gosip yang beredar di seluruh sekolah bahwa kau seorang playboy padahal tidak pernah menyentuh seorang gadis pun? Aku bisa membuat Aria mendapatkan julukan yang lebih sensasional dari itu."

"Diam!" bentak Axel dalam dan dingin, memutus ocehan Sophia yang makin melantur. Dia memang tidak suka dengan sikap angkuh Aria tapi dalam hati dia kagum dengan keteguhan gadis itu. Kekeraskepalaannya, ditambah dengan harga diri yang selangit berhasil menggelitik benak Axel. Dia masih ingat bagaimana ketakutannya Aria saat dia dipojokkan tapi menolak untuk menyerah. Demi apa pun yang ada di bawah kolong langit, Axel tidak ingin Aria hancur karena rubah betina di hadapannya. Dirinyalah yang akan menghabisi Aria, melumat harga dirinya hingga tak bersisa.

"Syaratnya mudah, Axel Sayang." Sophia kembali meluncurkan kata-kata penuh bisa. "Berkencanlah denganku hingga semua orang dapat melihat bahwa kau adalah kekasih yang paling luar biasa. Setelah itu kita akan berpura-pura putus dan Aria-mu akan bisa lulus tanpa gangguan."

Axel menyipitkan matanya. Dia dapat menduga apa rencana Sophia. Gadis itu hanya ingin prestis dari memacari Axel, setelah itu dirinya akan dibuang. Itu hal yang mudah dan tidak ada gadis yang berani mendekatinya selama Sophia menempel. Axel juga mendapatkan apa yang dia mau. Pertanyaannya adalah apakah harga dirinya sebanding dengan Aria? Axel menimbang-nimbang.

"Ada syaratnya," ucap Axel pada akhirnya. Jika memang Sophia ingin memanfaatkannya, Axel bisa melakukan hal yang sama.

"I'm all ear, Darling."

"Pertama, jangka waktu permainan ini hanya tiga bulan, setelah itu kita berpisah. Kau boleh berlagak memutuskan aku, atau sebaliknya. Apa saja yang kau anggap bisa menambah follower sosial mediamu. Kedua, jangan sampai Aria tahu bahwa kita berkencan."

Mulut Sophia memberengut ketika Axel mengucapkan syarat kedua. "Syarat kedua ditolak, aku justru ingin agar seluruh sekolah tahu hubungan kita."

"Biarkan mereka berspekulasi dengan kebersamaan kita tapi jangan sampai keluar dari mulutmu bahwa kita berkencan secara resmi apalagi terpergok olehnya," balas Axel dingin. "Aku punya rencana untuk Aria dan hubungan yang terlalu jelas denganmu membuatnya berantakan."

Senyum kembali hadir di wajah Sophia. Sebuah senyum licik yang memahami bahwa Axel pun ingin Aria menderita. "Deal."

Sophia memajukan tubuhnya dan mengecup pipi Axel mesra. Pemuda itu walau jengah, memaksakan diri untuk tetap diam dan membiarkan Sophia melakukan sesukanya. Sontak saja, hal itu membuat bisik-bisik menggema di seantero kafe kelas atas itu. Sophia berdiri dan berjalan menuju teman sekelompoknya. Tepat sebelum dia duduk, dia melemparkan blow kiss kepada Axel yang ditanggapi dengan tatapan datar.

Axel kembali sendirian dan membuka ponselnya. Masih belum ada balasan dari Aria. Mata hijaunya memandangi tanda yang tak kunjung berubah dan bertanya-tanya apa yang dilakukan gadis itu dengan Ji Wook.

Sial!

Dirinya kembali tidak tenang dan kali ini dia memilih melakukan sesuatu. Axel bangkit dari tempat duduk dan membayar pesanannya, secangkir americano, sebelum pergi. Jujur, dia tidak tahu ke mana, tapi di jalan jauh lebih baik daripada duduk dan membiarkan pikirannya ke Aria.

Apa istimewanya gadis itu hingga pikiran Axel selalu lekat padanya?

Tidak ada! Axel berteriak dalam hatinya. Namun sebuah suara lain berbisik pelan, nama itu berhasil membuatnya melakukan pertukaran dengan Sophia. Axel mendorong pintu kaca keras-keras untuk melampiaskan rasa kesal.

Itu hanya berarti bahwa Aria layak untuk dihancurkan.

Itu hanya berarti bahwa Aria layak untuk dihancurkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Makin seru aja nieeeeeh 🤭🤭🤭

Stay tune ya buat baca cerita ini dan doakan saja kami bisa menyingkirkan kesibukan kami untuk terus update berkala 💕

Adieu!

[END] The Bad and The NerdWhere stories live. Discover now