Part 19

52 6 0
                                    

Kau buatku menangis tanpa airmata
Sampai ku teriak pun sudah tak ada suara..

***

Pagi ini Agatha berjalan santai bersama Kayla menuju kelas Adelia. Karena Adel adalah salah satu anggota OSIS, Agatha yakin Adelia tidak mungkin berangkat siang ke sekolah.

Benar saja, saat Agatha tiba Adelia tengah duduk mengobrol bersama Rena dan teman-temannya yang lain. Tanpa berniat untuk berlama-lama, Agatha langsung menghampiri Adelia.

"Adel.."

Adelia yang merasa aneh karena Agatha menghampirinya -bahkan ke kelasnya- langsung berdiri, menyambut Agatha seramah mungkin.

"Agatha? Ada apa, nih? Tumben banget." ucap Adelia.

Baru saja Agatha membuka mulut, Kayla sudah menerobos pembicaraan. "Udahlah! Gak usah sok asik, sok baik. Lo kan yang udah ngerjain Agatha selama ini?!"

Agatha sempat melihat ekspresi terkejut di wajah Adelia. "Gak usah galak-galak, Kay." Kayla hanya mendengus.

"Seperti yang Kayla bilang tadi, Del. Gue mau nanya, apa bener lo yang udah ngerjain gue selama ini?" Tanya Agatha pada Adelia.

"Ng-ngerjain lo? Ngerjain kaya gimana? Gak ngerti gue."

"Lo gak bisa ngelak lagi ya. Gue udah punya buktinya." Kayla mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan sebuah video pada Adelia. Rena dan teman-temannya yang kepo pun ikut mendengarkan.

Di video tersebut, terlihat jelas Adelia yang sedang menumpahkan air pada Agatha yang berada di lantai satu. Berhubung Kayla merekam dari posisi yang pas, kejadian itu terekam sempurna.

"Jadi gimana, Adel? Kalau lo mau ngaku, gue gak bakal laporin lo. Kecuali, laporan adalah satu-satunya cara yang bisa bikin lo ngaku."  Ucap Agatha.

Melihat situasi yang sudah memojokkannya, Adelia tidak bisa mengelak lagi. Ia memang harus mengaku, sebelum berita ini semakin menyebar. "Ma-maafin gue, Tha. Emang gue yang udah ngerjain lo."

"Termasuk ngacak-ngacak meja sama loker gue?"

"I-iya. Gue minta maaf, Tha. Gue--" suara Adelia terhenti ketika menyadari bahwa ada Andra di depan pintu kelasnya. Andra menghampiri dan meminta jalan pada orang-orang yang mengerumuni dirinya dan Agatha.

"Andra.."

"Jadi bener lo yang ngelakuin itu?"

Adelia menunduk, lalu ia mengangguk tanpa berani menatap Andra sama sekali.

"Tega ya lo. Gue kira lo orang baik. Bahkan sampe saat kemarin gue masih berusaha belain lo, gue percaya sama lo. Tapi lo udah ngerusak kepercayaan gue."

"Maaf, Ndra. Gue ngaku gue salah, tapi sebelumnya gue gak pernah ada maksud buat ngerjain Agatha. Ini semua karena.."

"Karena apa? Gue rasa alasan apapun gak bakal bikin lo jadi bener, Del."

Adelia memberanikan diri untuk menatap Andra. Mata hitam itu menatap penuh kebencian sekarang. "Karena gue suka sama lo, Andra! Gue sabar nungguin lo berbulan-bulan, tapi tiba-tiba lo jauhin gue gitu aja. Dan itu karena Agatha kan?"

"Lo gak amnesia kan? Gue kenal Agatha jauh lebih dulu daripada gue kenal lo. Kalau gue jauhin lo pun gak ada urusannya sama Agatha!"

"Dan secara gak langsung lo bikin gue sakit hati, Ndra. Saat itu, ada seseorang yang ceritain semua tentang masa lalu Agatha ke gue. Dia juga yang bikin gue ngelakuin itu semua."

"Siapa orangnya?" Setelah tadi sempat diam, memberikan Andra dan Adelia waktu untuk berbicara, kini Agatha kembali membuka suara.

Nampak senyum tipis di wajah cantik Adelia, sangat tipis, bahkan hampir tidak terlihat. Sebuah senyuman sinis, "Lo pasti gak akan nyangka."

Kayla yang memang sudah sangat kesal dengan Adelia kembali mengambil alih, "Gak usah basa-basi! Siapa yang udah ngasih tau lo?!"

"Aria Arkayuda."

***

Andra menghampiri Agatha yang masih berada di taman sekolah, padahal jam pulang sekolah sudah berlalu sekitar setengah jam yang lalu. Tanpa meminta ijin, Andra duduk di samping Agatha.

"Tha, udah mendung banget ini. Pulang yuk?"

Tidak ada jawaban dari Agatha, dan Andra semakin frustasi. Andra pikir, setelah mengetahui bahwa Ari adalah orang yang membuat Adelia mengerjainya, Agatha akan menangis seperti saat pertama putus dari Ari. Karena Andra tahu bahwa Agatha belum sepenuhnya melupakan Ari. Dan kini ia harus mendengar bahwa orang yang membuatnya down adalah orang yang sama dengan yang menghancurkan hatinya.

Andra sudah mempersiapkan diri untuk menghibur Agatha jika Agatha menangis. Namun, diluar perkiraan, Agatha yang biasanya manja padanya, menangis dipelukannya, kini hanya terdiam. Diam, memendam segala perasaannya sendiri. Dan ini justru membuat Andra takut.

"Kalau gue boleh milih, mendingan lo nangis histeris, Tha, dari pada diem kaya gini."

"Gue juga pengen nangis, Andra. Hati gue udah ngejerit di dalem sana. Mungkin air mata gue udah abis kali?"

"Jangan lo tahan, Tha. Walaupun nangis itu cape, tapi bisa bikin lo lebih lega. Gue kenal lo bukan sehari-dua hari, dan Agatha yang gue kenal itu gampang banget nangis. Walaupun cuma gara-gara stock permen kesukaannya abis."

"Gue bukan lagi Agatha yang dulu. Sakit hati udah ngajarin gue buat jadi cewek kuat. Karena cewek lemah cuma bakalan jadi mainan doang."

Tetes air hujan mulai terasa oleh Andra dan Agatha. Namun tidak ada seorangpun yang berniat untuk pergi atau sekedar mencari tempat berteduh. Hingga hujan lebat pun, dua orang remaja itu masih setia di tempatnya.

Andra memegang kedua bahu Agatha, membuat gadis itu menatapnya. Dapat Andra lihat sorot mata itu penuh dengan luka.

"Agatha, sakit hati emang harus bikin lo jadi kuat, tapi bukan berarti lo ngebohongin diri lo sendiri. Lo boleh bohong ke semua orang, tapi nggak ke gue. Karena gue tau, lo masih Agatha yang sama. Agatha yang butuh sandaran di saat dia terpuruk."

Tidak dapat dipungkiri, airmata Agatha mulai berlinang. Andra benar, Agatha memang perempuan yang selalu butuh sandaran agar tidak terjatuh semakin dalam. Dengan sekuat tenaga Agatha menahan dirinya, memberikan sugesti agar ia tidak mengeluarkan airmata setetes pun. Namun itu semua gagal, di hadapan Andra. Beruntung saat ini sedang hujan, sehingga airmatanya tidak akan terlihat.

"Ungkapin semua, Tha. Kesedihan lo, sakit hati lo, semuanya. Gue siap nampung itu semua. Tapi setelah lo selesai nangis, lo gak boleh mikirin lagi masalah itu."

Akhirnya Agatha benar-benar menangis. Dipeluknya Andra, ia tumpahkan semua lukanya. Berharap perih itu akan hilang, mengalir bersama air hujan yang membawa airmatanya. Terlebih kini ada Andra, yang menjadi kekuatan untuknya.

Hujan berubah menjadi gerimis, Agatha baru melepaskan pelukannya dengan Andra. Seluruh tubuhnya basah kuyup sekarang, bahkan ia merasa sedikit menggigil karena kedinginan.

"Makasih banget, Ndra. Maaf udah bikin lo hujan-hujanan kaya gini."

Andra tersenyum pada Agatha.
'Kok gue baru sadar ya senyum Andra itu manis banget?' Batin Agatha.

"Kita pulang yuk. Lo udah menggigil gini. Gue gak mau ya di amuk sama Mama Papa lo gara-gara nganter anaknya basah kuyup kaya gini."

***

Ajari Aku Cinta [Completed]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum