BEAUTIFUL SYMPHONY

Start from the beginning
                                    

'.. Biarkan aku pergi, tolong..'

'.. Sudah kubilang kau terluka. Kau takkan bisa ke mana-mana. Takkan mampu. Ekormu sakit, siripmu rusak, kau bahkan tak memiliki tangan kirimu..'

Meree, mengendus lembut bahu Sean. Sesekali tangannya menjamah pelan setiap lebam di beberapa bagian tubuh Sean. Matanya, menatap sedih.

'.. Aku bisa merawatmu. Kau akan sembuh..'

'.. Merawatku?..'

Lelaki bersurai hitam itu tak melawan saat lekuk jemari dari Siren betina itu kini merayap ke wajahnya. Membelai pipi kanannya pelan.

'.. Ya, merawatmu. Aku bisa merawatmu dengan baik. Menjagamu. Kau, bisa beristirahat sejenak jika kau lelah. Jika kau merasa, cukup gila dengan semua yang kau alami. Tak perlu memaksakan diri. Tak perlu buru-buru pergi seperti, ayahmu..'

Suaranya, terdengar samar-samar. Parau, serak. Namun, entah kenapa terdengar meneduhkan di telinga Sean. Terdengar, menyejukkan. Sean tak percaya ia bisa berkomunikasi dengan sosok tersebut. Bahkan ia dapat merasakan kata-kata yang terucap, rasa prihatin yang terpancar itu, Ya! Sean merasa sangat, mengerti?!

Ia mengalami sesuatu yang berbeda ketika betina di hadapannya itu mendadak, bersenandung. Dia menyenandungkan sebuah lagu? Entah lagu apa itu, Sean tak pernah mendengarnya sebelumnya. Namun yang pasti, alunan irama dari mulutnya, terdengar begitu merdu. Merdu dan syahdu! Berbeda dengan suara paraunya sebelumnya. Mermaid itu seolah menyanyi tanpa kata yang membuat bulu kudunya merinding tiba-tiba. Alunan yang mengalahkan suara bising dari sekitaran mereka, suara riuh dari puluhan koloni yang kini makin dekat dengan garis pentagon.

Sean, hanya merasa seperti di alam mimpi. Bahkan tak mempercayai apa yang sekarang berhadapan dengannya. Mahkluk itu? Di tengah kesadarannya yang semakin lama semakin memudar? Ia mendadak, terbuai! Benar-benar terbuai.

'Suaranya.. indah...'

Sean memejamkan mata ketika sosok itu mendaratkan ciumannya lagi. Menyentuh mulutnya sensual. Bibir mereka saling bertemu, permukaan bibir kasar itu, lapisan kulit keras yang muncul menutup taring-taringnya saat ia mendaratkannya di atas bibir Sean yang pucat dan terluka akibat cumbuan sebelumnya dengan Ny. Nathalie, adegan manis di mana Sean tak melawan, benar-benar tak berusaha menyingkirkannya seperti sebelumnya. Ia, menerima setiap gerik itu. Menerima cumbuan manis tersebut ketika ia semakin merasa terlena dengan alunan-alunan senandung yang seolah merasuk ke telinganya, ke otaknya.

'Shit!'

Hatinya seakan tertawan. Mereka berciuman, semakin mesra.

'..Kau benar. Aku memang sudah lelah. Tapi-...'

'.. Sssttt.. Beristirahatlah saja sejenak, beristirahatlah padaku. Bersantai dalam pelukanku. Tak perlu mempersulit ini seperti ayahmu..'

Meree, mendekap tubuh Sean erat. Sentuhan dari tangannya yang kasar terasa mengimbangi irama yang ia alunkan.

'.. Bagaimana? Aku bisa membuatmu lebih nyamankan? Kau pejantan yang tangguh. Kau memenangkan pertarungan. Aku melihatnya. Kau, pantas mendapatkan ini..'

Ia memiringkan kepalanya. Membuat setiap ciumannya terasa lebih nyata.

Sean, Ia tak tahu apa yang dilakukannya sekarang. Ia bercumbu? Dengan mahkluk itu? Ia bahkan tak menginginkannya. Jelas-jelas tak menginginkannya. Tapi, entah mengapa ia tak bisa melawannya. Tak sanggup. Ia seperti, bingung? Linglung?

'...Apa-apaan ini?!..'

'.. Jangan banyak memikirkan sesuatu! Kenapa kau selalu melakukannya?!..'

Meree, berusaha memperdalam nuansanya. Membuatnya begitu, romantis. Ia terus bersenandung.

'.. Berhenti! Apa yang kau lakukan padaku?..-'

Sean menarik mulutnya. Memutus ciuman-ciuman tersebut. Berusaha menyadarkan pikirannya yang mulai tak terkendali. Semakin memburuk ketika ia, juga ingin menjamah tubuh Meree!

'Fuck!!'

Ia bahkan jijik melihat mahkluk itu. Sebagai manusia normal, sebagai laki-laki normal, ia tahu ia bahkan tak ingin bersentuhan dengan betina tersebut. Tapi sekarang, apa yang ada di kepalanya?! Ia ingin melakukan itu dengan Meree? Melakukan hubungan itu? Hubungan yang lebih panas. Pikirannya sangat kacau manakala alunan yang ia dengar seperti membakar sesuatu yang kotor dalam dirinya. Membuatnya membara. Senandung yang tanpa ia sadari telah membuatnya lupa dengan semua hal yang telah direncanakan untuk mengatasi kekacauan ini. Pergi ke garis pantai, meminta pertolongan, membongkar ulah busuk Tn. James dan membebaskan William.

'.. Kenapa kau berhenti?..'

Meree melesatkan tubuhnya lagi. Wajahnya meraih bibir Sean dan melumatnya lagi dan lagi. Sean dapat merasakannya sesekali, taring-taring yang tersembunyi tersebut.

'.. Sudah kubilang jangan terlalu memikirkan sesuatu. Bersantailah, kau sudah lelah. Beristirahatlah padaku..'

Meree, membelai wajah Sean lembut setelah itu, setelah mereka berciuman. Matanya menantap hangat. Semakin hangat. Seperti memberi sebuah harapan baru. Harapan untuk hidup. Seakan berkata kalau semua akan baik-baik saja. Atau, aku selalu ada untukmu. Nikmati saja, nikmati semuanya, jamah jika kau ingin menjamah, aku tak keberatan..

Betina itu benar-benar melarutkan suasana. Ia tak cantik, tapi benar-benar membuat Sean tak berdaya. Takluk. Semakin kehilangan dirinya saat senandung itu terus diperdengarkan. Sean bahkan tak peduli dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Tentang cairan ungu yang merasuk lewat pori-pori kulitnya. Tentang tubuhnya yang akan berubah menjadi manusia dan, mati?

Ia tahu ia harus segera menyingkir dari area yang telah dicemari cairan tersebut, sebelum semuanya menjadi fatal. Belum terlambat, mungkin masih bisa diatasi. Mungkin. Namun, ia tak sanggup menolak birahi yang terus berdatangan itu. Hasrat kotornya, nafsu biad*b yang menguasai pikirannya.

'.. Kau sungguh-..'

Sean, memandangi Meree saat betina tersebut memberi jeda sejanak.

'..Sungguh membuatmu merasa hidup?..'

Siren itu terus bersenandung manakala matanya yang lebar mengerikan tak henti menatap Sean pula.

'..Sekarang, kau mau aku MERAWATMU, Merman muda?..'

Ia meraih tangan kanan Sean. Menggenggamnya lembut.

'.. Apa yang kau lakukan?!..'

Sean mencoba melepaskannya. Namun, seolah tak memberi pemuda itu kesempatan, Meree justru memperkuat genggamannya, setengah mencengkram, ia, menarik Sean menyelam ke laut dalam, ke kegelapan dasar Samudera!



...

'William, aku bertemu dengan anakmu. Dia begitu... MANIS!'

...


THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now