Bersamamu; Singkat, namun membekas~ #The Weekly Project #KOBMS

97 11 1
                                    

Hadirmu singkat, namun berhasil menciptakan memori pekat.

~Alham Rasyid

******

Ayra menghela napas lega. Akhirnya ia bisa terbebas dari orang-orang berseragam hitam putih yang menjadi petugas keamanan di mall itu. Tangannya mengibas-ngibas, merasa gerah. Berlari menghindari dua pria tadi cukup membuatnya berkeringat.

"Permisi."

"Permisi, Mbak."

Gerakan tangan Ayra terhenti. Kepalanya menoleh ke samping, "Maaf, Mas. Saya numpang sebentar," ucapnya tanpa peduli dengan apa yang sudah ia lakukan.

"Maaf, Mbak. Kita tidak saling mengenal dan saya sekarang sedang buru-buru. Jadi tolong, Anda keluar dari mobil saya." Mendengar kalimat panjang itu membuat Ayra mendesis geram.

"Ya udah, kenalin, nama saya Ayra Putri, panggil aja Ayra. Udah, kan?"

"Mbak, saya sedang buru-buru. Saya ada meeting 30 menit lagi."

"Pelit banget si Mas–" Kalimat Ayra terhenti tepat saat matanya melihat dua pria yang mengejarnya tadi berdiri tepat di depan mobil yang ia masuki tanpa permisi. Tak perlu dua detik, Ayra mengangkat salah satu papper bag belanjaannya guna menutupi wajah. Kepalanya menoleh ke samping, menatap Alham yang masih menatapnya datar.

"Mas, tolongin saya, ya? Please ...." Ayra menatap penuh mohon, berharap wajah melasnya berhasil mendapat kata 'iya' dari pria yang sama sekali tak ia kenal ini. "Ini menyangkut kehidupan tas branded dan sepatu high heels yang hanya keluar lima tahun sekali, Mas." Baru saja ingin menyahuti ucapan Ayra, ketukan pada kaca mobil di sampingnya mengalihkan perhatian Alham. Segera pria itu menurunkan kaca mobil.

"Iya, Pak?" Alham menanggapi dua satpam itu dengan tatapan bertanya.

"Apakah anda melihat wanita dengan barang belanjaan lewat sekitar sini?"

"Ciri-cirinya?"

"Tubuhnya mungil, rambutnya bergelombang dan mengenakan dress hijau pastel. Penampilannya cukup elegan, tapi saya tidak menyangka kalau wanita itu membawa kabur belanjaan yang belum dibayar sepenuhnya." Hampir Alham menggeleng namun terurung saat ia teringat sesuatu. Alham menoleh ke samping, menatap gadis yang entah sejak kapan sudah memakai jas kerja dan kacamata hitam miliknya juga masker yang entah didapat dari mana.

Alham sempat menangkap kode yang diberikan Ayra agar ia diam saja. Tetapi, karakter Alham yang patuh terhadap aturan juga tidak suka berurusan dengan orang asing membuatnya mengabaikan maksud Ayra. Terlebih mendengar penuturan satpam itu yang mengatakan wanita di sampingnya ini baru saja melakukan kesalahan. Tidak, Alham tidak bisa menyembunyikannya.

"Ini, Pak, orangnya. Dia masuk mobil saya tanpa izin." Alham tersenyum membuat Ayra membelalak di balik lensa hitamnya. Alham keluar dari mobil, berjalan mengitar lalu membukakan pintu untuk Ayra.

"Silakan keluar. Selesaikan masalah Anda."

"Aduh, Mas gimana, sih? Nggak peka banget." Ayra keluar dari mobil sambil menggerutu sebal.

"Ayo, Mbak. Mari ikut kami dan selesaikan masalah Anda." Ayra menahan diri agar tak berpindah dari pijakannya.

"Aduh, Pak. Saya, kan sudah bilang, saya bakalan kasih kekurangannya. ATM saya ketinggalan di rumah. Saya cuman bawa uang segitu aja. Kenapa nggak ngerti, sih? Emang tampang saya ada tampang penipu apa?" Ayra nyerocos tanpa jeda.

"Sayang, bayarin dong. Kamu gimana, sih? Masa pacarnya diginiin diam aja!" Alham yang tidak mengerti maksud Ayra menatap bingung.

"Oh, Mas ini pacarnya?"

All About Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang