The Secret Room

11 3 0
                                    

Aku menutup pintu sangat pelan. Sebisa mungkin tak menimbulkan suara apa pun kemudian menilikkan pandanganku untuk memastikan keadaan aman sebelum kakiku beranjak dari depan pintu kamar. Aku terlihat seperti maling yang mengendap-endap saat ini, tapi tak apa. Yang terpenting aku bisa mencapai tujuanku.

Sejauh ini belum ada yang melihatku hingga bisa kupastikan bahwa aku aman, bahkan saat melewati dapur.

"Tasya."

Suara itu membuat langkahku terhenti tepat di depan pintu gudang bersamaan tanganku yang hendak memutar knop pintu turut terhenti. Tubuhku mematung untuk sesaat sebelum akhirnya berbalik badan, menatap mamaku yang sudah bersedekap dada. Kutunjukkan cengiran lebarku, diam-diam berdoa dalam hati agar mama tak marah.

"Mama, aku nggak ke mana-mana, kok," ucapku menjawab maksud tatapan tajam itu sambil terus berharap mama percaya meskipun kemungkinan itu hanya lima persen. Tentu saja mama tidak lupa jika aku adalah spesies manusia yang alergi terhadap debu dan saat ini aku hendak ke gudang, pastilah mama tahu tujuanku yang sebenarnya.

"Berapa kali mama bilang?" Ah, doaku tak terkabul ternyata. Jika sudah begini, yang kulakulan hanyalah menunduk, seketika menjelma menjadi anak penurut. Jika waktu itu aku tidak ketahuan, hal ini tentu tak akan pernah terjadi. Ya, aku pernah melakukan hal ini sebelumnya.

"Ayo, masuk ke kamarmu!"

Kakiku tidak langsung beranjak. Aku benar-benar ingin masuk ke ruangan itu, tapi, mamaku tak pernah memberiku izin. Aku sungguh penasaran dengan ruangan itu sekaligus mama yang tak pernah memberiku izin. Entah apa alasan mama melakukan itu selain menyangkut-pautkan alergi debu. Ah, aku lupa. Aku memang selalu terlihat seperti anak kecil di mata mama meskipun usiaku sudah 21 tahun.

******

Satu minggu setelah aku ketahuan oleh mama waktu itu, aku belum melakukannya lagi. Tidak, bukannya aku takut, tetapi, aku hanya menunggu waktu yang tepat, dan kurasa hari ini adalah waktunya.

"Mama sama papa berangkat dulu," ucap papa sembari mengacak puncak kepalaku setelah aku mencium punggung tangannya.

"Iya, Ma, Pa. Hati-hati."

"Ingat pesan mama, ya?" Tidak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk. Tentu aku tahu apa yang dimaksud mama. Aku tersenyum sambil melambai pada mama dan papa yang sudah menjalankan mobilnya, keluar dari pekarangan rumah.

Hari ini orang tuaku harus ke luar kota untuk kepentingan bisnis sekaligus melihat langsung keadaan beberapa cabang restoran baru yang tentunya berada di kota-kota yang berbeda. Sebenarnya mama memintaku untuk ikut, tapi tentu saja aku tidak mau. Memangnya aku sebodoh itu hingga menyia-nyiakan kesempatan? Dengan alasan ingin mengerjakan tugas kuliah dengan teman akhirnya mama mengizinkanku untuk tidak ikut.

Selepas kepergian mama dan papa, barulah aku beranjak. Aku segera ke kamar, memakai jaket, masker dan sarung tangan juga kaus kaki untuk melindungi tubuhku dari debu. Persetan dengan penampilanku yang mengalahkan para penghuni negara musim dingin, yang jelas, aku ingin segera ke ruang bawah tanah itu. Aku berjalan tergesa-gesa seperti maling yang ketahuan mencuri hingga langkahku terhenti tepat di sebuah pintu usang di dalam gudang tepatnya di belakang almari besar. Sebuah pintu berwarna coklat tua yang begitu menarik perhatianku sejak lama.

"Maafkan aku, Ma. Aku melanggar janjiku," gumamku sangat pelan, bahkan, aku yakin semut merah yang merambati dinding itu tak mampu mendengarnya. Tanganku memutar knop—pintu yang tak pernah terkunci itu.

Begitu pintu terbuka, yang kulihat adalah … gelap. Dengan penerangan minim dari flash ponselku, aku menuruni anak tangga dengan hati-hati.

Sesaat aku terdiam. Aku mengira jika di sini aku akan mengalami sesak napas. Tapi ternyata tidak sama sekali. Aku mengedarkan pandangan, ruangan ini tidak luas, tak ada apa pun yang istimewa hingga pandanganku jatuh pada sebuah pintu berwarna biru gelap berada di balik punggung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

All About Memories Where stories live. Discover now