4. School Visit

162 27 32
                                    


Grisel benci suara alarm.

Baginya, alarm adalah bentuk pemaksaan kembali ke dunia nyata dari kegiatan yang paling bisa ia andalkan untuk lari dari kenyataan: tidur. Dan Grisel tidak suka dipaksa. Yah, siapa juga orang yang suka dipaksa? Terutama oleh dentuman-dentuman keras lagu American Idiot-nya Green Day.

Menendang selimutnya dengan kesal, Grisel berteriak dengan mata masih terpejam, "Aduh, matiin kek!"

Baru sedetik kemudian ia sadar, oh iya, kan nggak ada siapa-siapa.

Dibukanya matanya sambil menggerutu, Grisel mencari-cari ponselnya yang ia yakini sebagai dalang penghancur tidurnya yang damai dan tenteram. Biasanya ia tidak pernah memasang alarm, tapi kemarin Balqis menginap di sini dan si ular itu lah yang memasang alarm yang tidak berperiketiduran ini. Dipasang di ponsel Grisel alih-alih ponsel Balqis karena menurut Balqis speaker Grisel lebih kencang.

Begitu akhirnya ditemukannya ponselnya di balik lipatan selimutnya, vokalis Green Day yang ia tidak tahu namanya itu masih berteriak-teriak,

Don't wanna be American idiot!

"Aah, iya iya bawel! Siapa juga yang mau jadi idiot?? Lagian ini bukan di Amerika!" Grisel marah-marah tidak nyambung sambil mematikan alarmnya dengan geram, kemudian dihapusnya semua alarm yang kemarin dipasang Balqis. Gila kali, masa setiap lima belas menit ada alarm? Kalau setiap hari Grisel mendengar alarm begini berbunyi setiap lima belas menit sekali, ini namanya setara dengan penyiksaan. Lagipula, Balqis budek apa gimana sih?

Masih ngedumel, dicarinya lagu itu di music library-nya dan ia hapus sekalian. Grisel yakin Balqis sendiri yang memasukkan lagu ini ke dalam ponselnya, karena ia ingat tidak punya satu pun lagu Green Day di ponselnya. Anak itu niat juga.

Hari ini hari Rabu, berarti nggak ada kelas. Grisel menguap senang, siap bergelung ke dalam selimutnya dan tidur lagi. Kemarin ia baru banting tulang mengerjakan laporan praktikum fisiologi hewan, belum lagi mengerjakan penelitiannya bersama Balqis. Grisel agak menyesal juga kenapa dia ide banget ikut-ikutan beginian. Remuk sendiri kan lo Sel, mampus.

Baru beberapa detik memejamkan matanya, Grisel merasa ada sesuatu yang salah. Dibukanya lagi matanya, alisnya bertaut, mengingat-ngingat, walaupun selimutnya masih dipeluknya dengan erat.

SHIT. Hari ini kan mau perizinan!

Kali ini betul-betul menendang selimutnya sampai tersingkir, Grisel berlari ke kamar mandi sambil menyumpahi dirinya sendiri. Sekarang jam 7 pagi dan mereka sudah harus sampai di sekolah pertama paling tidak jam 9 pagi, karena pasti mereka bakal suruh tunggu ini tunggu itu dan dioper kesana kemari. Biasa, birokrasi. Memang sih kelihatannya masih lama, dua jam lagi. Tapi berkaca dari hari-hari sebelumnya, pasti ada saja yang menghalangi. Ya macet lah, ya nyasar lah, dan lain-lain.

Setelah mandi secepat kilat yang disebut ibunya sebagai mandi ala ninja dan menyambar kemeja dan celana panjang yang paling pertama ia lihat di tumpukan baju dalam lemari, Grisel meraih ponselnya di atas tempat tidur dan membuka aplikasi LINE. Ia mengernyit heran ketika menemukan multichat kelompok mereka sepi-sepi saja.

"Amit-amit deh," gerutunya. "Awas aja kalo ternyata mereka masih pada tidur." (Padahal dia juga tadi hampir tidur lagi).

Grisel: Oi

Grisel: Jgn bilang blm pada bangun

Grisel: CKCKCKCKCK dibilang kebo juga gak pantes sih ini mah jam segini aja kebo pasti udah bangun.

Dua menit berlalu. Grisel mulai gelisah. Pasalnya, mereka juga belum menentukan titik kumpul karena minggu ini mereka bertiga sibuk semua, betul-betul hanya hari Rabu ini saja yang kosong. Itu pun nanti sore Danu ada kelas. Diskusi via chat tidak berjalan lancar karena pasti ada satu orang yang hilang muncul hilang muncul. Sejauh ini mereka baru sekali melakukan perizinan, itu pun dua minggu lalu ke dua sekolah dan baru satu sekolah yang tanda tangan MOU.

GraduallyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt