"Ada apa? Bukankah kau sedang berburu?" Terdengar suara asing yang dalam dari seorang pria.

"Aku nyaris membunuh mate-ku sendiri." Pria yang memeluk Eugene menangis. "Tolong aku..."

"Apa? Coba aku lihat." Suara lain lain terdengar, jauh lebih lembut dan tenang dari suara sebelumnya.

"Mengapa dia tidak berhenti berdarah?" Pria itu menuntut. "Aku tidak mengerti mengapa dia tidak berhenti berdarah."

Jari yang jauh lebih dingin, seperti es, menyentuh kulit leher Euegene. "Karena dia bukan manusia." Suara dalam pertama terdengar. "Kita harus segera membawanya. Aragreli, siapkan kantong darah."

Eugene tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Namun, ketika dia terbangun berikutnya, sudah berhari-hari berlalu. Pria yang pertama kali dia lihat adalah Adolf. Dia terlihat berantakan dengan kedua mata membengkak karena menangis berhari-hari, kulit putih pucat dan bibir tidak berwarna. Namun, genggangaman tangannya terasa menghangatkan.

"Kau selamat!" Lalu pria itu menangis lagi, kali ini tangisan kebahagiaan.

"Dia pasti sangat menyukaimu."

Suara Alfie mengalihkan perhatian Eugene dari masa lalu. Wajah Eugene merona lagi dan mengangguk. "Mungkin."

Adolf bilang kalau Vampire adalah salah satu makhluk terkutuk. Mereka hanya mengenali mate mereka dengan meminum darah mereka. Kutukan mengerikan yang jelas membutakan rasional karena darah adalah makanan mereka. Adolf nyaris membunuhnya saat itu dan pria itu tidak lagi berani meminum darahnya. Adolf adalah salah satu vampire beruntung.

Andai Adolf tidak meminum darahnya, mungkin pria itu tidak akan tahu kalau mereka adalah mate.

Apa yang kupikirkan, tentu saja sejak awal aku tahu kalau hal ini akan terjadi karena Rein sudah mengetahuinya. Seseorang yang menungguku adalah Adolf, mateku.

Melihat ekspresi Eugene, Alfie tidak berani bertanya lebih lanjut. Ponselnya bergetar di saku. Dari Rion. Tersenyum kecil, Alfie mendapatkan ide.

***

Adolf dan Rion saling pandang. Kedua pria itu sama-sama memberikan ekspresi dengan kerutan di dahi, mata saling menyipit dan rahang yang mengeras.

Eugene dan Alfie yang menonton di samping saling lirik.

Beberapa menit lalu, kedua pria itu menelepon nyaris di waktu yang sama menanyakan keberadaan mereka, berniat untuk menjemput mereka. Alfie dan Eugene memutuskan bahwa tidak ada gunanya memperpanjang masalah yang tidak jelas, jadi mereka mengundang kedua pria itu bersama.

Siapa yang menyangka, ketika mereka berdua bertemu kembali, kedua pria yang katanya bersahabat itu, kini masih saling melotot antara satu dengan yang lain.

"Tidak bisakah kalian berbaikan kembali?" Alfie yang sudah bosan melihat mereka diam-diaman pun bicara.

Adolf dan Rion memberikan pandangan menusuk padanya. Tapi Rion menangkap dengan arti berbeda.

"Jangan melotot padanya." Rion membentak Adolf.

Adolf tidak mau kalah, "Kau juga melakukan hal yang sama."

"Adolf," Eugene memegang tangan Adolf dan dengan lembut berkata pelan, "aku dan Alfie sudah menyelesaikan kesalah-pahaman ini. Tidak ada gunanya bagi kalian bertengkar."

Adolf mengerutkan dahi, berniat membantah. Namun senyuman Eugene membuatnya menggigit bibir.

Rion memanas-manasi keadaan, "Lihat dirimu sekarang. Satu kalimat dari pacarmu dan kau bertingkah seperti pelayannya."

Alpha AddictedWhere stories live. Discover now