Sekelumit Kisah Tentang Kita~ #The Weekly Project #KOBMS

316 23 18
                                    

Kamu tahu kenapa menyesal selalu muncul di akhir? Itu karena semesta ingin kamu mengerti bahwa jangan pernah menyiakan apa pun, seperti kehadiranku misalnya.

~Revina Alysha

******

Iya, Sayang. Aku jemput kamu.

Entah sudah ke berapa kali aku membaca ulang pesan itu. Pesan yang kudapat 30 menit yang lalu dari Aldo-kekasihku. Lagi-lagi aku berdecak kesal. Aku merasa risih di sini, menjadi pusat perhatian orang-orang sejak tadi, tapi aku berusaha mengabaikan itu semua dan tetap yakin Aldo pasti datang. Aldo sudah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya.

"Aldo mana, sih? Kenapa lama banget, coba?" Sekali lagi aku menilik jam tangan yang melingkar manis di tangan kiriku. Sudah 35 menit aku di sini, berdiri di teras minimarket dengan satu kresek kecil berisi beberapa batang coklat dan menjadi patung selamat datang dadakan untuk minimarket di belakangku, aku yakin semua orang berasumsi seperti itu.

Sebenarnya aku bisa saja naik taksi. Tapi aku takut saat aku pergi Aldo tiba di sini. Aku tidak mau Aldo kecewa meski beberapa kali Aldo mengecewakanku. Ingin sekali aku menghubungi Aldo dan menanyakan kenapa dia lama sekali. Tapi sepertinya keberuntungan belum berpihak padaku. Ponselku baru saja mati, kehabisan daya baterai.

Lagi, aku menilik jam tanganku. Satu jam tepat aku menunggu kedatangan Aldo yang tak pasti. Oke, cukup. Ini keterlaluan dan aku tidak bisa menunggunya lebih lama lagi. Terus di sini membuatku merasa seperti orang bodoh. Kesabaranku sudah lebih dari cukup.

"Taksi!"

💞💞💞💞💞💞

Aku melangkah menuju teras kost tempatku tinggal setelah taksi itu berlalu dari hadapanku. Pikiranku masih saja tertuju pada Aldo. Jujur saja aku kecewa dengannya. Untuk kesekian kalinya Aldo mengingkari janji yang dibuatnya sendiri.

"Vina!" Tubuhku sedikit terlonjak kala suara itu terdengar menyebut namaku. Aku menoleh tak acuh sekilas tanpa berhenti melangkah.

"Vin, tunggu!" Aldo mencekal pergelangan tanganku membuat langkahku terpaksa berhenti.

"Lepasin." Aku enggan menatapnya.

"Enggak."

"Aldo, lepasin!" Aku melempar tatapan tak bersahabat membuat Aldo perlahan mengendurkan cengkeramannya kemudian terlepas. Aku dapat melihat rasa bersalah pada air mukanya, tapi hal itu sama sekali tidak mengurangi rasa kecewaku pada Aldo. Mungkin ini terdengar kekanakan, tapi itulah yang tengah aku rasakan. Aku bersedekap dada masih tanpa menatap Aldo. Tentu saja aku ingin mendengar alasannya.

"Maafin aku." Aku dapat merasakan rasa bersalah pada nada bicaranya. Tapi, mengingat kejadian tadi membuatku merasa masa bodo dengan rasa bersalahnya.

Aku memutar bola mataku malas. "Udah bosen," sahutku ketus.

"Sayang, aku benar-benar minta maaf." Pergerakanku memutar knop pintu terhenti. Aku melirik Aldo melalui ekor mata, menunggu kalimat Aldo selanjutnya.

"Tadi ketua komunitas tiba-tiba datang ke kafe buat bicarain agenda minggu depan. Nggak enak 'kan kalau aku tinggalin?" Sudah aku duga. Sepertinya komunitas itu benar-benar telah menggeser posisiku sebagai prioritas di hati Aldo.

All About Memories Where stories live. Discover now