Will Always Be With You

1.4K 153 12
                                    

"Yuuta, aku nyontek pr matematika dong."

Pemuda yang dipanggil Yuuta itu hanya memandang datar pada gadis di depannya.

"Dengar yah Koharu, meskipun kita terus-terusan satu kelas sejak TK, bukan berarti aku bisa memberikanmu contekan setiap—"

"Ah ya ya ya, cepat berikan pr-mu!" Kali ini gadis itu berhenti bersikap manis dan mengeluarkan sifat aslinya.

"Setidaknya kau kerjakan sendiri, aku bisa saja membantu—"

"Heee, tidak mau ah. Nanti aku akan berkacamata tebal sepertimu," potong Koharu dengan ekspresi penolakan tergambar jelas di wajahnya.

"Asal kau tahu yah, aku pakai kacamata setebal ini karena mataku tidak bagus saja, bukan karena aku kebanyakan belajar, kau paham itu?" jawab Yuuta beralasan sambil mengangkat-angkat kacamata dengan jari tengah dan manisnya.

"Terserahlah, pokoknya aku nyontek yah!" Tiba-tiba saja di tangan Koharu sudah ada buku pr milik Yuuta. Entah sejak kapan dia menyelundupkan tangannya itu ke dalam tas Yuuta.

Kalau sudah begini, Yuuta hanya bisa pasrah. Karena dia sangat tau kalau teman masa kecilnya Kohinata Koharu itu tidak bisa dilawan sama sekali. Ada satu ketika Yuuta mencoba mengabaikan permintaan Koharu saat masih duduk di bangku SD. Hasilnya Koharu menangis kencang, membuat keributan di seluruh kelas. Padahal setelah Yuuta menuruti kemauannya, Koharu langsung menyeringai lebar seakan semua telah dia rencanakan sedemikian rupa.

"Yuuta~," panggilnya manja. Yuuta mengangkat wajahnya dengan ekspresi datar seperti biasanya.

"Terima kasih yah," ucap Koharu setelah mengembalikan buku pr ke tangan pemilik yang sah. Yuuta sempat mendengus pelan sebelum mengambil bukunya. Namun, tak lama kemudian dia tersenyum hangat menanggapi senyum berkilauannya Koharu yang memikat hati.

"Oh ya Yuuta, sepulang sekolah temani aku belanja yah!"

Seketika senyum Yuuta sirna.

"Anoo, maksudmu menemani, kau ingin aku membawakan belanjaanmu?" tanya Yuuta memastikan.

"Tentu saja, kau pikir gadis sepertiku sanggup membawa belanjaannya sendiri?"

"Kalau begitu jangan beli banyak-banyak! Terakhir kali aku menemanimu belanja, tanganku langsung mati rasa esok—"

"Ya ya ya, pokoknya sepulang sekolah temani aku yah!"

Seperti biasa, gadis itu sangat pemaksa dan tidak mendengarkan apa pun perkataan Yuuta. Meskipun diperlakukan semena-mena, Yuuta tidak bisa meninggalkan gadis itu sendirian. Karena bagi Koharu, hanya Yuuta lah satu-satunya teman yang dia punya. Tidak ada yang lain.

Waktu berjalan begitu cepat tanpa terasa. Bel pulang pun berdenting menghiasi jingganya langit sore. Baru saja Yuuta membereskan buku-bukunya, Koharu sudah menanti dengan wajah riang di sampingnya.

"Baiklah, akan kutemani." Mendapat respon persetujuan, Koharu segera menarik lengan Yuuta dan menyeretnya sesuka hati.

"Jadi, kau mau belanja apa?" tanya Yuuta sebelum tiba di mall tempat mereka akan memborong barang.

"Hmm, beberapa baju, sepatu, aksesoris, dan mungkin ada barang yang menarik perhatianku saat nanti berkeliling."

"Kau selalu saja belanja sebanyak itu, apa tidak apa?"

"Apanya? Uang? Tenang saja, ayahku memberi banyak uang untuk melakukan apa pun yang kumau." Koharu menunjukkan kartu kredit berwarna hitam. Tidak hanya satu, tapi lima.

Melihat Koharu menyombongkan uang sebanyak itu membuat Yuuta berprasangka buruk. Dan, prasangka itu terjadi.

"Hey Yuuta, menurutmu baju ini cocok untukku tidak?"

GenreFest 2018: AngstWhere stories live. Discover now