21

9.3K 325 6
                                    

"maaf ya tante. Aku cuma datang sendiri" kata ku saat tiba di rumah tante anin.

Tante anin menggeleng "gapapa sayang. Mas eros kan juga belum boleh pergi jauh. Kamu mau datang aja tante udah seneng banget"

Aku akhirnya datang ke acara syukuran empat bulanan aileen di rumah tante anin. Sebenarnya aku malas datang karena takut bertemu arlan. Tapi aileen memohon dan aku pun tidak ingin mengecewakannya.
Mungkin aku datang kepagian. Acara belum dimulai dan aileen juga masih bersiap-siap di kamarnya.

"assalamualaikum" sapa seseorang bersama rombongan baru saja datang.

Sepertinya keluarga dari mas raja sudah tiba. Aku melihat mereka membawa banyak makanan.

"sini aku bantu tante" kata ku sambil membawa beberapa tentengan itu ke dapur.

Tante anin melarang ku untuk membantu. Tapi aku tidak bisa diam saja disini. Apalagi sepertinya persiapan acaranya kurang matang. Mereka kekurangan orang untuk membantu. Kalau tahu seperti ini aku akan mengajak dira untuk bantu-bantu.

"maafin aku yaa kak yuna udah ngerepotin. Tadinya mau pakai EO tapi hari ini full booked semua" kata aileen saat tiba diruang acara.

Aku melihat perutnya yang sudah mulai terlihat membuncit. Gemasnya

"gapapa kok leen" jawabku sambil tersenyum simpul.

Sekitar dua jam kemudian acara akan segera berlangsung, seluruh keluarga dan ibu-ibu pengajian sudah mulai berdatangan. Mas azka dan mbak eva sudah tiba sejam yang lalu disusul atha dan istrinya, tari. Tinggal arlan yang belum terlihat batang hidungnya.
Oh tidak. Aku tidak mencarinya.

"maaf arlan telat" kata arlan menghampiri keluarganya didepan. Aku menunduk. Berharap dia tidak melihatku.

Tasyakuran empat bulanan aileen sudah dimulai sejak beberapa saat yang lalu. Kini semua orang fokus dengan jalannya acara. Aku tidak bergabung dengan keluarga om andy didepan. Aku lebih memilih melihatnya dari dapur bersama bi sumi.

Tapi tiba-tiba saja perutku sakit. Aku memang sedang datang bulan. Tapi please momennya gak tepat.

"non yuna kenapa pegangin perut? Sakit?" tanya bi sumi.

Aku menggeleng. Lalu mengangguk. Rasa sakit di perutku ini sudah tidak terbendung lagi. Perutku melilit. Kram.

"non yuna istirahat dikamar aja ya nanti bibi ambilkan minyak angin biar perutnya hangat"

Aku mengangguk dan berjalan pelan melewati kerumunan orang-orang yang sedang mendengarkan pengajian menuju tangga. Aku sibuk memegang perut yang semakin sakit dan masuk kedalam kamar yang sedikit terbuka.

Aku duduk diatas ranjang. Menahan sakit kram di perutku. Apa cuma aku saja yang selalu merasa sakit diperut sampai pucat pasi begini kalau sedang haid?

Aku menarik nafas. Menghembuskannya. Lalu menarik nafas lagi. Rasa sakitnya sudah sedikit menghilang.
Tapi tunggu dulu...
Aku sepertinya salah masuk kamar. Ini bukan kamar yang aku tempati saat menginap dulu. Ini seperti kamar laki-laki. Banyak poster bola terpajang didinding kamar, beberapa action figur superhero terpampang nyata di rak kaca.

Kamar siapa ini?

Astaga. Ada seseorang yang berjalan kearah kamar ini. Aku harus bagaimana? Apa sebaiknya aku pura-pura tertidur saja disini.

"yuna?" aku mendengar suara arlan memanggilku dan menutup pintu kamar.

Jangan-jangan ini kamarnya. Mati lah kau yuna.

Aku memejamkan mata sealami mungkin agar tidak ketahuan pura-pura tidur. Aku hanya bisa mendengar suara gerakan-gerakan arlan mendekatiku.

Dia duduk di sampingku.
Mengusap-usap rambutku dengan lembut.
Dia semakin mendekat. Aku merasakan hembusan nafasnya di wajahku.
Astaga... Jangan melakukan apapun padaku. Kumohon. Ini tidak baik untuk kesehatan jantungku.

"dasar gadis bodoh. Kau sudah membuatku seperti orang gila karena merindukanmu"



                              🍁🍁🍁




Aku menarik nafas lega ketika arlan meninggalkan kamar setelah mendapat panggilan telepon dari seseorang. Aku tidak tahu lagi bagaimana jadinya diriku jika arlan lebih lama lagi disini. Aku tidak bisa menahan rasa deg-degan saat arlan begitu dekat denganku. Apalagi saat dia mengatakan kalau dia merindukanku. Jantungku sudah tidak bisa menahan untuk keluar dari tempatnya.
Aku segera turun kebawah untuk bergabung lagi ke tempat acara. Tapi sepertinya acaranya sudah berakhir. Karena beberapa tamu sudah meninggalkan rumah om andy. Lagi-lagi aku harus menyalahkan arlan. Memang siapa lagi? Kalau bukan karena dia masuk ke kamar dan ikut berbaring di ranjang bersamaku dalam waktu yang cukup lama. Aku pasti masih sempat bergabung disini.
Dan yang harus aku syukuri adalah seluruh keluarga arlan tidak menyadari kepergianku dari tempat acara dan tentunya tidak ada yang melihat aku dan arlan di kamarnya.

"agak rame pa beberapa hari ini apalagi kemarin ugd tiba-tiba membludak karena banyak pasien kecelakaan dan dirujuk ke neorologi"
Kata mas azka menceritakan mengenai pekerjaannya ke om andy.

Kami sibuk bercengkrama diruang tamu, tapi sebenarnya aku tidak mengerti yang mereka bicarakan. Hal-hal mengenai pasien, operasi, medis mungkin menjadi topik yang sering mereka bicarakan ketika berkumpul di rumah. Aku sebaiknya menyingkir. Lebih lama disini akan membuat kepala ku pening.

"mau aku bantu tante?" tanya ku pada tante anin ketika melihatnya sedang di dapur menyiapkan makan malam.

"hmm kamu bantu tante kocok telur aja deh na. Jangan lupa tambahin daun bawang sama cabai nya juga" kata tante anin menunjukkan bahan-bahan nya padaku.

Aku mengangguk. Sesekali melihat tante anin yang sibuk memerintah bi yumi untuk mengambilkan ini itu dan fokus memasak kembali. Aku senang melihat tante anin mengambil alih dapur meskipun ada bi yumi tapi dia lebih memilih turun tangan sendiri memasak untuk suami dan anak-anaknya. Potret keluarga bahagia bukan?

"tante tante ini buat tante" zahira, anak mas azka memberikan secarik kertas padaku.

Aku menghampirinya dan menunduk "ini apa sayang?" tanya ku sambil mengelus pipi nya yang gembul.

"surat cinta dari om arlan" jawab zahira sambil menunjuk kearah arlan yang sedang duduk dihalaman belakang.

Surat cinta?

Ada sesuatu milikmu yang tertinggal di atas kasur ku. Kemarilah.

Arlan menatapku. Dia memberi kode padaku untuk menghampirinya.

"barang apa milikku yang tertinggal?" tanya ku saat berada dihadapannya.

"memangnya aku pernah menulis sesuatu itu berupa barang? Coba kamu baca lagi surat itu"

Aku memutar bola mata. Apa dia ingin membuat aku jengkel lagi. Batinku kesal.

"sesuatu yang tertinggal itu ada disini" katanya sambil menunjuk kearah dada nya.

Aku terdiam. Ada sesuatu yang menggelitik hatiku saat arlan mengatakan hal itu.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now