8

14.3K 328 4
                                    

Yeah its D-day!!!
Pertemuan yang sudah direncanakan dua minggu lalu akhirnya terlaksana hari ini.
Teman bapak, om andy meminta bertemu di restoran lifeng, mandarin oriental hotel di daerah thamrin.
Om andy mengirimkan supir untuk mengantar kami kesana tapi aku tolak. Karena kami lebih nyaman pergi sendiri dengan taksi online.

Malam ini aku memakai gaun berwarna merah milik dira yang dipinjamkannya untukku. Dan heels dua belas senti yang dipinjamkannya juga padaku sukses membuat kaki ku terlihat jenjang dan indah.
Aku merasa malu sudah berdandan secantik ini. Padahal hatiku menentang untuk pergi.

Sepertinya keluarga kami tiba lebih cepat atau mereka yang ngaret?
Apa memang orang-orang kaya senang mengulur waktu dan semena-mena?

"hai eros. Maaf sudah membuat kalian menunggu. Tadi dijalan agak macet ada kecelakaan" sapa seorang laki-laki paruh baya mendekati meja kami bersama dengan rombongan dibelakangnya yang mengikuti.

Pasti ini om andy. Aku pikir dia seumuran dengan bapak. Tapi perawakannya lebih muda dan masih gagah. Dan disebelahnya seorang wanita paruh baya yang bisa aku tebak istrinya, sangat cantik diusianya menurut ku. Apa dia melakukan filler?
Disisi kanan dan kiri mereka dua anak laki-laki dan satu anak perempuan yang sama tampan dan cantik. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Mereka semua menuruni kharisma orangtuanya.

Tapi tunggu dulu.
Yang mana anak yang mau dijodohkan nya padaku?

"gapapa kok kita juga baru datang" jawab bapak sopan.

Om andy tertawa renyah. Tawanya mengingatkanku pada seseorang.

"pasti ini yuna" tebak om andy sambil menatap ke arahku.

Aku tersenyum dan mengangguk pelan.

"kamu tau gak dulu kecilnya sering main sama aksa?" tanya om andy menunjuk laki-laki disebelahnya yang tersipu malu.
Kenapa senyum seluruh keluarga ini bisa menggetarkan hatiku.

"ternyata kamu gadis menyenangkan juga ya na. Wawasan kamu cukup luas meskipun kamu tidak melanjutkan sekolah lagi"

perumpamaan om andy pada kalimat 'tidak lanjut sekolah' lebih manusiawi ketimbang orang-orang yang selalu bilang aku 'hanya lulusan smk'.

Aku tersipu malu setiap kali om andy memujiku.
Tante anindira dan anak-anaknya juga menikmati percakapan ini.
Ku pikir aku tidak perlu merasa sekhawatir itu untuk dijodohkan dengan anaknya.
Mereka semua baik. Meski dari kalangan dokter dan berpendidikan tinggi. Mereka ternyata lebih sopan dan menyenangkan dari yang kukira.
Pasti yang akan dijodohkan dengan ku, akan sama menyenangkannya dengan mereka.

"pa,ma maaf aku telat" terdengar suara seseorang mendekati tante anin dan om andy, menyapa mereka bergantian.
Senyum ku yang sedari tadi merekah sepersekian detik memudar ketika melihat laki-laki yang sedang tersenyum manis itu sedang berdiri di hadapanku.

Bagaimana bisa...

Aku mematung. Terdiam melihat pemandangan yang entah kapan sudah berada di depanku. Dia berganti posisi duduk dengan mas aksa.

"nah ini dia bintang utamanya baru datang. Maklum dia super sibuk, sampai lupa waktu" ucapan om andy sukses membuat semua yang berada di ruangan ini tertawa kecuali aku dan dia.

"ayok kenalan dulu" pinta om andy lebih terkesan mendesak.

"arlan" dia mengulurkan tangan sambil berdiri.

Aku ragu-ragu. Ku Ulurkan juga tanganku untuk berjabat tangan dengannya "yuna"



                             🍁🍁🍁





Bapak, ibu dan aku berpamitan dengan keluarga om andy di lobby utama hotel.
Aku sudah memesan taksi online didalam restoran tadi.

"arlan sini" panggil om andy saat arlan sedang asyik dengan Handphone nya.

Arlan tipe anak yang penurut sebenarnya.

"iya pa"

"kamu antarkan om eros, tante puji dan yuna pulang kerumahnya ya. Kasian sudah malam harus naik taksi online"

permintaan om andy apa sangat memberatkan baginya ya sampai-sampai raut wajah nya tercetak jelas TIDAK MAU.

"gak usah om aku udah pesan taksi online tadi kok" kataku menolak.

Ada sedikit seringai diwajahnya.

"jangan lah. Cancel aja udah. Biar arlan yang antar sampai selamat ke rumah dan saya tidak menerima penolakan lagi" tegas om andy

Alhasil disini lah kami, di mobil arlan. Setelah melalui perdebatan panjang dengan om andy sampai taksi online ku datang, om andy menjelaskan ke supir taksi online itu untuk mengcancel pesanan kami dan memberikan uang tip padanya. Mau tidak mau, suka tidak suka ya kami harus diantar oleh arlan.
Sepanjang perjalanan kami menuju rumah tidak ada satupun yang berbicara. Bapak dan ibu juga lebih banyak diam tadi di restoran. Mereka seperti membiarkan aku menyesuaikan diri dengan keluarga om andy.

Bapak sesekali berdeham disamping arlan. Sedangkan aku dan ibu duduk merapat di kursi belakang. Sesekali aku mencuri pandang arlan dari kaca depan.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan dua puluh menit kami tiba di rumah dengan selamat.
Demi kesopanan arlan ikut turun dari mobil ketika kami turun.

Bapak dan ibu mengucapkan terimakasih padanya karena telah mengantarkan pulang dan menawarkannya untuk masuk sebentar. Tapi ditolaknya dengan halus. Sesekali arlan membungkuk sopan pada orang tua ku sampai mereka masuk kedalam.
Aku pun ikut masuk tanpa menoleh padanya.

"yuna tunggu" katanya menarik tanganku.

Aku terkejut.

"bisa bicara sebentar"

Aku memilih coffee shop yang biasa aku datangi di dekat rumah agar arlan bisa lebih nyaman berbicara.

"soal perjodohan ini. Apa kamu mau menerima nya?" tanya arlan padaku.

Dia menatapku lekat, tapi aku hanya bisa menunduk. Tidak berani menatapnya balik.

"gak tau. Masih kupikirkan" jawabku asal

"masih dipikirkan berarti ada kemungkinan untuk kamu terima kan?" tanya nya lagi kali ini terdengar seperti menyindir.

"ya gak tau. Aku hanya perlu berfikir"

Dia menyeringai "perjodohan ini gak masuk akal. Ngaco. Gak beralasan"

Barusan dia bilang apa.
Gak masuk akal? Ngaco? Gak beralasan?
Kalau begitu tanyakan pada papa nya kenapa bisa ada perjodohan gak masuk akal ini.

Aku tidak meladeni ucapannya barusan. Lebih baik aku diam daripada emosiku meletup-letup nanti.

"aku tidak mau ada perjodohan ini" katanya sambil menyesap hot coffee.

Dia pikir aku mau adanya perjodohan ini? Dia kira aku yang memaksa untuk dijodohkan dengannya? Kenapa kesannya aku yang ngebet dengan perjodohan ini.

Aku berdiri. Menyilangkan kedua tangan ku di dada "kalau mas arlan tidak mau adanya perjodohan ini. Silahkan protes langsung ke om andy" geramku sambil mendorong agak keras kursi yang aku duduki tadi dan beranjak meninggalkan arlan.











Haii haii semuaaa
Makin seru gak nih????????

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang