9

11.8K 318 7
                                    

Kalau biasanya istilah 'don't judge a book by it's cover' itu digunakan untuk hal positif misalnya saat kita menilai seseorang yang jelek dari luarnya tapi saat kita menyelami isi hatinya terdapat berlian indah disana.

Lain halnya saat sekarang aku melihat arlan, dari segi negatif nya dia seperti kilauan berlian yang saat aku selami isi hatinya terdapat bau yang tak sedap.
Aku tertipu dengan covernya!!!

Dan sekarang saat aku bercerita tentang arlan pada dira, tidak ada lagi senyum merekah, dan semangat membara didalamnya. Yang ada hanyalah emosi yang meletup-letup layaknya gunung yang hampir saja mengeluarkan lava.

"sabar na sabar. Siapa tahu si arlan itu bukannya gak mau dijodohin sama lo. Tapi dia malu di umurnya segitu masa dijodoh-jodohkan orangtua. Mau ditaruh dimana tuh muka" kata dira sambil mengcurly rambutnya dengan catokan didepan meja riasnya.

Aku berkacak pinggang, masih tidak memahami isi pikiran ahjussi ngeselin satu itu.

"nih ya na kalau gue jadi elo, gue bakal nerima perjodohan ini" desis dira yang sekarang sudah berada atas kasur disamping ku.

"pertama lo bisa cari tahu alasan arlan gak mau terima perjodohan ini. Apa karena emang gak mau? Apa karena malu? Apa karena cewek cantik yang lo temuin di mall waktu itu? Atau karena dia emang gak mau lo jadi ibu dari anak-anaknya kelak" ledek dira sampai geli, membuat ku melemparkan bantal ke wajahnya yang sudah cantik dengan polesan makeup.

"trus yang kedua" dira meneruskan lagi "kapan lagi lo bisa jadi menantu keluarga dokter. Dokter na seluruh keluarganya. Amazing loh" ucapnya sambil bertepuk tangan.

Seperti yang diceritakan om andy semalam, kalau seluruh keluarganya adalah dokter. Om andy dokter spesialis kardiovaskular, tante anin dokter kulit kecantikan, mas azka dokter neurologis, atha dokter gigi, yang bungsu aileen dokter kandungan dan si tukang emosi arlan dokter bedah plastik.

Bayangkan jika aku benar-benar menjadi bagian dari keluarga mereka. Aku satu-satunya orang yang tidak berpendidikan di sana.

"gila ya itu keluarga lengkap banget. hampir semua spesialis ada disitu. Lo gak usah jauh-jauh pergi ke dokter, kalo lo sakit jantung lo bisa ke bokap nya, kalo lo mau filler, botox, facial lo bisa ke nyokap nya, kalo otak lo agak geser-geser dikit lo bisa ke kakaknya, kalo lo mau pasang behel lo bisa ke adiknya trus kalo nanti lo mau lahiran lo bisa ke adek nya yang cewek deh trus kalo lo mau secantik song hye kyo lo bisa minta arlan buat bedah. Ih kok bisa lucu gitu sih" tawa memekik di seluruh kamarnya.

"omongan lo udah ngalor-ngidul tau" teriak ku geli


                             🍁🍁🍁


"tuh kan kayak kambing conge lagi kan gue disini" gerutu ku saat melihat dira dan toni jalan bergandengan didepan ku.

Niatku ke rumah dira pagi ini hanya untuk mengembalikan baju dan sepatu yang aku pakai semalam. Lebih cepat lebih baik mengembalikannya daripada berlama-lama di rumah ku, membuat aku teringat momen menyebalkan bersama arlan nantinya.
Tapi aku malah curhat panjang lebar dengan dira mengenai pertemuan semalam sampai lupa waktu.
Belum lagi aku mesti menonton drama ngambeknya dira gara-gara toni yang terlalu ngaret menjemputnya.
Padahal dira sudah siap dari tadi siang.

Mau tidak mau aku harus ikut jalan bareng mereka karena dira bersikeras tidak akan pergi dengan toni kalau aku tidak ikut.
Heh. Lagi-lagi aku harus jadi tameng mereka.

Saat ini aku terjebak didalam bioskop tipe 'sweet box' yang mempunyai tagline 'special seat to enjoy movie with your special one'.

Kalian bisa mengartikan sendiri kan kenapa aku bilang terjebak disini.
Aku sudah bilang pada dira kalau lebih baik aku nonton terpisah dengan mereka. Aku kan sendirian, sayang kalau beli tiket sweet box sendirian kalau bayarnya tetap untuk dua orang. Aku bisa memilih yang reguler kan. Tapi dira keukeuh membelikan tiket itu padaku dan gantian aku yang memilih sendiri tempat duduknya.

Dan ternyata kenyataan tidak sesuai dengan tagline.
Buktinya banyak juga yang nonton dengan teman, anak atau saudaranya. Padahal aku sengaja memilih bangku paling belakang supaya tidak mencolok karena duduk sendiri.
Walau bagaimanapun juga aku tetap tidak suka dengan judul film yang sedang ku tonton ini, karena tidak sesuai dengan selera ku. Meskipun aku pindah ke reguler tapi film yang ku tonton tetap superhero ini aku juga tidak akan bisa mengikuti alur ceritanya.

Saat film diputar aku malah mengitari pandangan kesana kemari. Asyik juga memilih bangku dibelakang sini, aku jadi bisa melihat reaksi penonton-penonton disini menonton film nya. Kebanyakan excited. Mungkin aku saja yang tidak.

Aku menyandarkan punggung dibangku namun kembali mendongak lagi saat kulihat penonton yang duduk dibangku pojok sebelah kanan, dua tingkat di bawahku.

"barry" desis ku pelan.

"na bangun, yuna" dira mencolek lengan ku.

Samar-samar ku lihat layar bioskop sudah gelap dan orang-orang sudah mulai berdiri meninggalkan bioskop.
Sudah berapa lama aku tertidur?
Kini aku mulai kembali ke alam bawah sadar.

"bisa-bisanya lo lelap banget di bioskop. Jangan bilang dari awal nih film main yaa molornya?
Eh eh Ada ilernya tuh" ledekan toni sukses membuat ku malu.

"gue ke toilet bentar ya guys" kataku meninggalkan dira dan toni didepan bioskop.

"yunaa" teriak dira saat aku kembali dari toilet untuk menghampiri dira dan toni.

"apaan sih kebiasaan deh teriak-teriak"

Dira membisikkan sesuatu ditelinga ku "gue liat barry lagi jalan sama cewek"

"heh serius lo?" tanya ku memastikan.

Dira mengangguk-angguk terlihat yakin.

"yaudah lah biarin aja. Mungkin emang bener ceweknya" kata ku menanggapi santai.

Berarti yang tadi aku lihat didalam bioskop itu benar barry. Aku jadi penasaran dengan siapa dia menonton. Tadi saat ku lihat sekilas rasanya mereka cukup akrab.

Aku baru sadar, sejak peristiwa ngambeknya barry yang meninggalkan aku di kafe, dia memang tidak pernah menghubungi aku lagi. Gara-gara aku sibuk sendiri memikirkan perjodohan ku dengan arlan.
Sial.

My Ahjussi (Complete) TAHAP REVISIWhere stories live. Discover now