Part 18

640 40 2
                                    

Adam duduk di tepi ranjang memandang Annisa yang masih menunduk. Terlihat senyum simpul di bibir tipisnya, senyum yang membuat dada Adam semakin berdebar, jantungnya seolah ingin melompat keluar, hatinya berdesir.

'Ya Allah, aku merasakan betapa indahnya sebuah pernikahan.'

"Apa kamu siap, Nis?" tanya Adam semakin merapatkan diri ke tubuh Annisa.

Adam mengelus lembut pipi istrinya yang semulus batu pualam. Manik matanya melihat ke arah bibir Annisa sambil menyentuh leher jenjangnya.

"Mas...." Annisa menghentikan aksi Adam, menutup mulutnya dengan telapak tangan.

"Hmm?"

"Sepertinya akan lebih baik ... jika aku membersihkam make up ini dulu." Annisa beranjak dari duduknya. Namun, manik mata Adam tetap mengekor ke mana pun wanita itu pergi.

Wanita yang sudah resmi menjadi istri sahnya itu melepas hijab berwarna putih, rambut hitamnya yang panjang tergerai begitu indah. Tercium aroma harum yang menguar ke udara.

Adam semakin tidak sabar. Dia lalu berdiri dan mendekati Annisa dan memeluk pinggang rampingnya.

"Kamu wangi sekali, Nis," bisiknya ke telinga Annisa.

Annisa melepaskan pelukan Adam, lalu membalikkan tubuhnya. Sekarang mereka saling berhadapan.

"Sabar ya, Mas. Nisa bersihkan wajah dulu," ucap Annisa memegang kedua tangan Adam.

Annisa duduk di depan cermin, mengambil kapas lalu menuangkan sedikit toner dan menyapukannya ke wajah. Tidak begitu bersih, masih terlihat samar-samar bekas riasan pengantin di paras cantiknya.

Adam memperhatikan wajah istrinya yang terpantul di cermin. Annisa tersenyum dan membalikkan badan.

"Sudah selesai?" tanya Adam. Namun, hanya dibalas dengan senyum dan anggukan cepat.

"Mau ke mana?" Adam menahan tangan Annisa ketika akan pergi.

"Nisa mau ambil wudhu, kita salat dulu, ya."

Adam keluar dari kamar mandi yang berada di sudut kamar. Dia lihat Annisa yang sudah menggunakan mukena. Mereka melakukan salat sunah berjamaah dua rakaat. Setelah selesai, Annisa mencium tangan suaminya, lalu dibalas Adam dengan ciuman di kening.

Sebentar, Adam lalu menenggelamkan diri dalam zikir yang begitu khusyuk, begitu pula dengan Annisa. Dia bermunajat kepada Allah dalam batinnya, agar dikuatkan dalam menjalani pernikahan. Sebuah pernikahan yang didasari rasa cinta kepada-Nya. Mencintai suaminya secara utuh dengan kelebihan dan kekurangannya, serta mendoakan suaminya agar bisa membimbing Annisa menjadi istri salehah.

Selepas salat, Annisa melipat mukena dan menyimpannya ke dalam lemari. Namun, tidak dengan Adam. Dia masih memakai sarung lalu duduk di tepi ranjang menunggu Annisa.

Wanita itu menghampiri suaminya.

"Sudah siap?" tanya Adam.

Annisa menunduk malu. Terlihat rona kemerahan di wajah manisnya.

"Kita berdoa dulu, ya!" ajak Adam.

"Bismillah Allahumma Jannibnis Syaithan Wa Jannibis Syaithan Ma Razaqtana"

Annisa terlihat merapikan baju ke dalam koper saat Adam keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

"Kamu lagi ngapain, Nis?"

"Ini, Mas. Nyicil packing untuk besok, mana aja baju yang mau kita bawa."

"Kamu sudah siap ikut, Mas?" Adam duduk di bibir kasur melihat Annisa yang masih sibuk memindahkan beberapa pakaian dari lemari ke dalam koper.

ADAM DAN MADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang