Chapter 5

1.8K 45 3
                                    

Mada melingkarkan tangannya ke leher Jason. Manik matanya tak berhenti menatap Jason. Pemuda itu seperti dilanda perasaan yang menggebu. Baru kali ini Adam merasakan cinta yang sesungguhnya, merasa ada seutuhnya.

"Sayang, kamu keren deh hari ini," pujinya mesra. Adam merasa bangga memiliki pacar setampan Jason. Pria Indonesia yang memiliki wajah blasteran itu sangat sayang padanya

"Hmm ... mulai deh ngerayu. Ya udah, masuk gih sana. Nanti telat lho, ini kan hari pertama kamu kerja," sahut Jason.

"Iya deh ... iya. Aku masuk dulu, ya."

"Iya." Jason mengelus pipi Adam dengan lembut. Pria itu seperti tak habis memanjakan pacarnya. "Nanti aku jemput, ya."

"Nggak usahlah. Semalem kan, aku ninggal motor di sini."

"Yakin?"

"Iya. Yakin dong, Sayang."

"Nanti kalau aku kangen gimana?" goda Jason.

"Ih kamu, nih!" Adam mencubit tubuh Jason dengan sayang.

"Eh, kok nyubit sih?" Melihat tingkah Adam, Jason jadi semakin ingin menggodanya. Dia gemas.

"Habis kamu, sih. Nanti aku nggak konsen kerja, lho." Adam memasang wajah cemberut.

"Iya deh, iya. Ya udah. Kamu hati-hati, ya. Jangan lupa kasih kabar." Jason membelai pipi kekasihnya dengan lembut.

Adam hanya menjawab dengan anggukan

Sebelum berpisah, mereka berdua berciuman. Walau pun pada saat itu parkiran mall sangat sepi. Namun, hal itu tetap saja tidak wajar dan menimbulkan perasaan risih bagi siapa saja yang melihatnya. Jijik, karena mereka berdua adalah sama-sama laki-laki.

Setelah melepaskan pelukannya, Mada bergegas masuk. Pagi itu, mall masih terlihat sepi. Dengan langkah gemulai, Adam menaiki tangga eskalator menuju salon tempatnya bekerja.

"Hai, Da," sapa Manor memeluknya.

Setelah melepaskan pelukan, Manor memegang kedua bahu Mada.

"Tunggu!" selidiknya. Manik matanya berkeliling memandang Mada dari atas hingga bawah.

"Almost perfect," katanya kemudian. Lalu dia mulai mengoreksi semuanya sambil menunjuk-nunjuk ke arah yang dibicarakannya.

"Dress-nya sih udah keren. Riasannya juga udah oke. Tapi ... kayaknya ada yang harus diperbaiki dikit, deh!"

"Apaan, Kak?" tanya Mada bingung, sambil matanya mengikuti ke mana pun arah telunjuk Manor.

"Hidung kamu kurang kece," ucap Manor sambil menyentuh hidung Mada dengan ujung jarinya.

"Kamu tahu, nggak?" lanjutnya, "Seorang make up artist itu harus tampil sempurna. Masa dandanin orang tapi kamunya kalah cantik sama yang di make up-in," ujar Manor.

"Terus aku harus gimana, Kak?"

Manor berbisik ke telinga Mada, "Pasang implan dong, Sayang."

Mata Mada membulat, tetapi hanya dibalas Manor dengan anggukan pelan. Dia mencoba meyakinkan Mada untuk mengikuti sarannya.

"Tapi, Kak ...," sanggahnya ragu.

"Udah ... ntar aku yang bilang sama Pak Andreas supaya bayarin kamu ke dokter ahli bedah. Nggak sakit kok, cuma operasi kecil aja. Pasti Pak Andreas setuju supaya anak-anaknya tampil paripurna." Manor mencoba meyakinkan lagi, Mada mulai berpikir tentang apa yang disarankan Manor.

Benarkah memang ini yang dia cari? Tampil sempurna sebagai seorang wanita. Bebas dari cemoohan orang-orang yang memandangnya aneh. Mada ingin semua orang mengakui bahwa dirinya sama seperti wanita yang lain. Bukan memandangnya sebelah mata.

ADAM DAN MADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang