Penicillium [Dua puluh Lima]

9K 1K 69
                                    

Saat dia menatap laut lepas, entah kenapa segala kerumitan dalam otaknya seperti menjadi seluas laut dan sesegar angin laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat dia menatap laut lepas, entah kenapa segala kerumitan dalam otaknya seperti menjadi seluas laut dan sesegar angin laut. Karena itu setelah Jungkook bisa berjalan dan keluar dari rumah sakit, dia meminta pada Hana untuk mencari rumah sewa yang dekat dengan laut.

Untuk pertama kalinya, hal yang melekat dengan memori masa kecil tak membuatnya sakit. Malah dia jadi rindu kampung halaman. Panti asuhan tempat tinggalnya dulu dekat dengan laut, menyisihkan segala memori yang lumayan indah di mana tawa anak-anak yang memiliki nasib yang sama dengannya menggema bercampur dengan tawa dan deburan ombak.

"Jagoan!"

Kepala pemuda itu berputar, menadapati laki-laki dengan lesung pipi yang hampir beberapa bulan ini ikut memperjuangkan kehidupannya. "Hyung.."

Di dapur Hana juga sedikit menoleh lalu tersenyum simpul pada Kim Myunsoo, psikiater yang menangani Jungkook.

Myungsoo meletakan paper bag berisi es krim dengan riga rasa pesanan Jungkook, lalu beranjak menghampiri pemuda yang masih duduk di sisi beranda, dengan jendela yang dibiarkan terbuka. "Kau sedang apa?"

"Hanya duduk menemani ibu memasak sambil mengobrol."

Kepala Myunsoo mengeleng, memasang wajah sok mendramatisir seakan aktifitas yang baru saja Jungkook sebut benar-benar aktifitas yang tragis. "Membosankan sekali." Dia merasa gemas melihat Jungkook yang masih terlihat enggan memiliki aktifitas secara pribadi "Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke pantai?"

"Setuju!" Pemuda itu lantas mengalihkan pandangannya pada Hana "Boleh kan, bu?"

Hana mendekat, mencubit bibir tembam Jungkook dengan gemas. Bagaimana bisa Jungkook malah meminta ijin jika dia hanya akan berjalan-jalan di sekitar Rumah "Tentu.."

Di sisi mereka, Myungsoo memasang mimik meledek "Uwuu.....Anak manja."

"Biarkan saja, weks!"

Tawa mereka mengiringi ekspresi kesal Jungkook. Lagi-lagi melihat pemuda itu kembali pada sisi normalnya membuat mereka merasa bersyukur, hingga setiap hari rasanya tidak ada doa yang pernah luput untuk Jungkook, bahkan bagi Myunsoo.  Lelaki itu memang baru mengenalnya, tapi seperti apa yang Hana bilang, jika senyum Jungkook sehangat sinar matahari dan mereka sadar jika mereka adalah makhluk yang sangat membutuhkan sinar matahari.

Sore ini akan menjadi kesekian kali sesi perawatan dengan suasana yang semakin bebas. Jika dulu Jungkook harus menahan bosan di dalam ruangan bersama Myungsoo, kini lelaki itu lebih sering memberi praktik lapangan. Dan menurut Jungkook bagian mereka berjalan-jalan di tepi pantai adalah yang terbaik.

"Apa yang kau rasakan?"

Jungkook menarik napasnya lalu terdiam sejenak.

"Segar dan hidup."

"Kau, sangat suka laut, ya?" Tanya Myungsoo lagi.

Dan mendapati sisi ceria yang terpancar dari diri Jungkook lagi-lagi menyakinkan spekulasi jika laut adalah ketenangan bagi pemuda itu.

Penicillium [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang