K º Cara Untuk Bahagia

2.4K 322 12
                                    

20. Cara Untuk Bahagia

"Setiap orang punya cara bahagianya masing-masing."

Nuri

28 Mei 2018

"Dan apa yang membuatmu bahagia?" Nuri bertanya.

Kening Karsa berkerut lalu mengedikan bahu. "Saya nggak tau. Saya nggak tau bahagia itu seperti apa dan bagaimana."

Nuri menghela napas, mengerti perasaan Karsa sekarang. Setiap orang pasti merasa bingung, apa itu bahagia? Seperti apa bahagia?

"Setiap orang punya cara bahagia masing-masing. Misal dengan punya uang banyak, bersama orang yang dicintai, bahkan seseorang bisa bahagia hanya dengan tidur." Nuri terkekeh. "Mbak yakin kamu pasti bahagia banget bisa tidur nyenyak."
Karsa ikut tersenyum.

"Coba kamu pikirin, hal apa yang membuatmu nyaman? Apa yang membuatmu ingin mengulangi kejadian tersebut. Sesuatu yang membuatmu nyaman itu membantu kamu menemukan bahagia versi kamu sendiri." Nuri menatap Karsa serius. "Apa yang paling ingin kamu lakukan sekarang?"

Karsa mengulum bibir lalu tersenyum kecil. "Saya hanya ingin kembali seperti dulu. Saya nyaman ketika saya bersama mereka."

Nuri tersenyum sangat lebar, tidak lama kemudian Karsa pamit pergi karena takut orang yang disuruh Aldi untuk mengawasinya sadar kalau Karsa hilang dari perhatian.

"Karsa!" panggil Nuri saat Karsa hendak berdiri. "Seminggu yang lalu Mbak lihat ibu kamu di ruangan ayah Mbak. Sepertinya beliau sedang konsultasi dengan ayah Mbak, dan Mbak nggak sengaja denger pembicaraan mereka." Dia menatap Karsa ragu. "Azka, apa benar secara nggak langsung Tante Sheilan yang menyuruhnya untuk meminum pil itu?"

Kepala Karsa meneleng, setahunya dahulu Azka dan Nuri dekat. Bahkan Karsa sangat ingat ketika Azka meninggal, mata Nuri terus-terusan menangis hingga dia pikir kalau Nuri dan Azka menjalin hubungan meski usia Nuri di atas Azka beberapa tahun.

"Setelah dipikir-pikir juga, menurut Mbak, Azka bukan tipe orang yang mudah menyerah meski beban yang dipikulnya sangat berat."

Karsa menghela napas, percuma juga ditutup-tutupi. Toh, ayah Nuri yang juga seorang psikiater pasti akan cerita soal Mamanya jika Nuri memaksa ayahnya untuk cerita.

"Memang seperti itu."

Mata Nuri membelalak terkejut, dia bahkan menutup mulut dengan kedua tangan. "Tapi, kenapa? Mana ada ibu yang membu ..." Bahkan dia tidak sanggup mengatakannya secara terang-terangan.

Kedua mata Karsa menatap lurus ke arah meja. "Psikologis Mama agak terganggu sebenarnya, hanya saja Papa menutup mata. Papa juga tahu kalau Mama yang nyuruh Ka Azka minum pil itu. Tapi Papa cuma diam ..." Pandangan Karsa kosong. "Itu karena Papa terlalu sayang sama Mama, tapi Mama nggak pernah sayang sama Papa. Bahkan Mama bilang Ka Azka, saya dan Karina adalah kesalahan."

Karsa mengabaikan ekspresi terkejut Nuri, untuk pertama kalinya dia ingin mengeluarkan semua masalah dalam kepalanya. Setidaknya harus ada seseorang yang mengetahui semuanya jika seandainya waktu yang dipunya Karsa habis.

"Papa dan Mama menikah karena dijodohkan, tapi waktu itu Mama sudah punya tunangan yang nggak disetujui sama kakek. Mereka menikah setelah kakek secara nggak langsung membunuh tunangan Mama." Karsa menelan ludah, sangat malu menceritakan hal seperti ini pada orang lain.

"Sebab itu Tante Sheilan membenci Om Aldi?"

Karsa mengangguk. "Hem, Mama pikir Papa yang ngebunuh tunangan Mama padahal bukan. Sebab itu Mama benci sama Papa. Mama nggak pernah peduli sama kami, setiap hari Mama bertengkar terus dengan Papa dan meminta cerai. Tapi Papa nggak pernah mau. Maka dari itu Mama melampiaskan kemarahannya sama Ka Azka."

KARSAOnde histórias criam vida. Descubra agora