K º Hari H

2.3K 313 38
                                    

21. Hari H

"Ibu, seandainya kau tahu, sulit sekali rasanya untuk saya melewati satu hari saja. Setiap pagi, setiap hari, terasa begitu melelahkan."

Dhebie Prizki Dhea

2 Juni 2018

Andra berjalan bolak balik memastikan kalau semuanya sudah beres dan mendapat giliran masing-masing untuk tampil di depan dewan sekolah sekaligus para siswa sekolah. Sesekali Andra mengecek jam tangan lalu mendesah. Berulang kali dia menghubungi Karsa, namun cowok itu tidak mengangkat teleponnya. Padahal acara perpisahannya sudah mulai dari setengah jam yang lalu.

Karsa: G mw otw

Meski pesan yang dikirim Karsa terlalu singkat dan sulit dimengerti namun Andra bersyukur karena Karsa baik-baik saja.

"Gimana sama tim teater?" Andra melihat pada tim teater yang sudah bersiap tampil beberapa jam lagi. "Oke? Kira-kira tampilnya setengah jam lagi."

"Lo kenapa? Kayak ada sesuatu yang dikhawatirin," tanya Ashes saat sudah memakai kostumnya.

Andra mengedikan bahu. "Perasaan gue nggak enak banget. Padahal acaranya berjalan sukses."

Ashes menepuk bahu Andra. "Tenang aja. Tenangin diri lo sendiri, lagi pula acaranya bakal berjalan sukses kayak taun lalu. Mereka juga pasti langsung nawarin lo buat masuk kampus mereka."

Andra mengangguk, namun perasaannya masih juga tidak enak.

"Ka Andra!" panggil Cahya ketika Andra hendak pergi ke ruang aula. "Ka Karsa belum datang, ya? Kok hapenya nggak bisa saya hubungi."

Kening Andra berkerut. "Udah OTW, kok, dia. Kamu tenang aja."

Cahya tersenyum, Andra menyadari sesuatu, ternyata bukan hanya dirinya saja yang merasa tidak enak, Cahya juga. Ada apa sebenarnya?

Di lain tempat ...

"Sekarang mau apa lagi?!" bentak Karina kesal. "Apa kamu ingin merebut semua kasih sayang Papa dengan ambil S2 di Amerika? Kamu ingin merebut semua perhatian semua orang agar mereka memujimu yang pintar. Yang bisa kuliah di Amerika tanpa susah-susah."

Karsa memejamkan mata, memikirkan cara untuk menenangkan Karina yang meluap-luap. "Aku nggak seperti itu ..."

"Nggak seperti itu katamu?!" Karina terkekeh mengejek. "Kamu sengaja merebut perhatian Papa supaya Papa cuma liat kamu doang, kamu sengaja kuliah di Amerika karena mau ngejek aku yang nggak bisa kuliah di Inggris. Iya?! Kenapa sih kamu licik banget, Sa?"

"Kamu akan tetap kuliah di Inggris," kata Karsa cepat.

Karina terkekeh mengejek. "Kuliah katamu? Jangan pernah berkata manis apalagi membohongiku. Kamu pikir Papa akan membiarkanku kuliah di Oxford dengan kamu yang kuliah di Amerika? Kamu juga tau Papa nggak suka dua dari kita sama-sama pergi. Kenapa kamu nggak biarin aku aja yang gantiin posisi Ka Azka."

"Kamu ingin menjadi aku di mata Papa-mama?" Karsa bertanya nanar, melihat Karina diam saja, cowok itu menghela napas. "Aku nggak bisa ngasih hal itu ke kamu. Maka dari itu aku berusaha untuk ambil jalan lain. Aku--"

"Diam! Bilang aja kamu ingin menang sendiri. Kamu pengen semua orang liat kehebatan kamu!"

"Karina ..."

"Berhenti manggil nama aku. Jijik dengernya!" jerit Karina marah. "Jangan pernah berharap kita baikan lagi. Aku nggak mau liat kamu lagi. Syukur-syukur kamu tinggal lama di Amerika." Kemudian Karina berlalu pergi keluar rumah.

KARSAWhere stories live. Discover now