K º Makan Malam

2.4K 317 24
                                    

12. Makan Malam

"Semua manusia akan mati suatu hari nanti, tapi mereka mereka bersikap seperti akan hidup selamanya."

Time

"Gue nggak bisa mampir nanti malam, harus anter Nyokap ke klinik. Lo makan malam sendiri."

Karsa hanya bergumam pelan, kedua matanya terpejam sedangkan keningnya berkerut samar seolah sedang menahan sesuatu.

"Sa, lo denger, kan?" Andra kembali bertanya karena Karsa hanya bergumam saja.

Karsa kembali bergumam, kali ini lebih keras.

"Nanti gue anterin makanannya lewat Go-Jek. Lo mending tidur aja, besok lo harus ngehadepin Bu Amanda. Jangan begadang mulu, uang lo nggak bakalan habis meski lo tidur semalam."

Lagi-lagi Karsa hanya berguman, keningnya semakin berkerut. Dia menjatuhkan ponsel ke ranjang lalu meraba-raba barang-barang di atas meja belajar. Mencari obat yang selalu Karsa minum untuk menghilangkan rasa sakit kepalanya.

"Kenapa tiap hari sakitnya malah tambah parah, sih?" Karsa mendesah panjang, dia menjatuhkan tubuhnya ke atas lantai dengan pandangan kosong. Sekilas dia melihat tanggal di kalender, sesaat dia tersenyum kecil. "Seenggaknya aku punya alasan hidup sekarang."

Karsa berusaha untuk berdiri dengan tegak, mengambil kembali ponselnya. Tadinya dia ingin menghubungi Cahya, namun tidak jadi saat melihat pesan yang dikirim oleh Karina.

Karina: Kita sudah lama nggak jalan. Aku tunggu di depan Kokas, ya?!

Karina: Pokoknya kamu harus dateng.

Karina: Kalau nggak dateng, kita putus!

Karsa mendesah panjang, benar-benar terlihat tidak bersemangat. Dia berjalan dengan gontai menuju lemari karena kepalanya masih terasa sakit. Karsa mengambil setelan kaus dan hodie lalu pergi keluar setelah mengganti baju.

Karena sedang tidak ingin menyetir, dia naik taksi dan membuat Karina kesal. Kembali mengomeli Karsa yang malasnya minta ampun. Namun cewek itu tidak menyadari wajah pucat Karsa.

"Pokoknya malam ini kita harus senang-senang!" teriak Kirana semangat.

Karsa melirik Karina. "Apa kamu ada masalah?" Dia bertanya pelan, sangat tahu kebiasaan Karina, cewek itu akan menghubunginya jika ada masalah.

Mata Karina menyipit lalu tersenyum lebar seraya memegang tangan Karsa. "Kamu peka banget, ya. Ini nih yang buat aku nggak bisa lepasin kamu."

Karsa tidak berkata apa pun, dia hanya berusaha untuk tidak goyah dan berjalan di samping Karina seolah dia baik-baik saja, meski kenyataannya tidak. Sakit di kepalanya semakin menjadi.

"Arsya, kita makan dulu yuk. Hokben!"

Karsa mengangguk sekali lantas mengikuti Karina masuk ke dalam restaurant. Memakan sedikit makanan karena tidak berselera makan apa pun. Dia tidak terlalu memperhatikan ketika Karina bercerita banyak hal tentang sekolah dan impiannya, dia hanya bergumam sesekali menyahut acuh tak acuh.

"Papa nanyain kamu." Tiba-tiba Karina mengubah topik, wajahnya terlihat murung. "Tiap ketemu sama aku Papa selalu nanyain kamu."

Karsa tidak berkata apa pun, dia hanya meminum soda dengan tidak semangat.

Karina memegang tangan Karsa lembut. "Jangan ngehindari kami terus. Sampai kapan kamu mau tinggal sendirian di apartemen?"

Tiba-tiba tatapan Karsa berubah tajam. "Apa Papa yang menyuruhmu datang menemuiku dan menyuruhku untuk pulang?"

KARSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang