10-2

7.2K 724 78
                                    

Jimin terbangun seorang diri, Jihye sudah bangun jauh lebih awal dari Jimin.

Jimin bersyukur Jihye sudah bangun lebih dulu, dia juga bersyukur Jihye yang memergokinya menangis, kalau saja itu Haerin, Jimin mungkin sudah dipaksa menjelaskan kenapa dia menangis.

Jimin keluar dari kamarnya dan langsung disambut Jihye.

"Pagi, Jimin. Aku sudah membuatkanmu sarapan." Katanya, "Eonnie sudah berangkat tadi."

Jimin menghampiri gadis itu dan memeluknya, "Noona yang terbaik."

Jihye cuma tertawa, "Kita tidak bisa berpelukan lama lama, Jimin, aku harus berangkat." Kata Jihye.

Jimin merengut.

Jihye tertawa lagi, "Jangan lakukan itu padaku, Jimin."

Jihye melepaskan pelukan mereka dan dia bersiap siap pergi, dalam hitungan menit dia sudah siap di pintu depan rumah.

"Aku pamit, Jimin."

Jihye baru saja berangkat, Haerin juga sudah berangkat sejak Jimin belum bangun dan Jimin juga harus bersiap siap untuk berangkat.

Hal selanjutnya yang dia lakukan adalah menyalakan handphonenya karena dia yakin pasti ada yang mencarinya.

Jimin benar, ada satu pesan dari nomor tidak dikenal.

Aku mengerti kalau kau memang tidak ingin bicara lagi denganku, tapi aku benar benar ingin minta maaf dan aku ingin melihatmu dalam keadaan yang baik.

Aku merasa sangat bersalah karena akulah yang membuatmu sampai masuk rumah sakit. Aku harusnya bisa menjadi orang yang lebih bertanggung jawab lagi, apalagi aku seorang alpha. Aku seharusnya tidak memanfaatkan masa heatmu untuk kesenangan pribadiku, aku harusnya lebih bisa mengendalikan diriku dan aku juga harusnya memperlakukanmu dengan lebih lembut.

Aku tidak ingin banyak alasan, aku hanya ingin minta maaf. Aku tidak ingin mencari pembenaran atas tindakanku dan aku akan berkaca dari kejadian ini untuk menjadi orang yang lebih baik ke depannya.

Sekali lagi tolong maafkan aku.

Jimin tidak bisa berkata apa apa saat membaca pesan itu. Dia memeriksa nomor pengirim pesan itu dan ternyata itu nomor yang sama dengan nomor yang semalam meneleponnya dan mengaku Jeon Jungkook.

Jimin tidak tahu apa ini tindakan yang benar, tapi dia menelepon Jungkook.

"Halo?" Jungkook segera mengangkat telepon Jimin.

"H-halo."

"Halo. Jimin-ssi? Ini Jungkook."

Jimin terdiam.

Jungkook bicara lagi, "Apa kau sudah baca pesan dariku?"

"Iya." Jawab Jimin.

Mereka berdua terdiam.

Jimin kemudian berkata, "Kau tidak perlu minta maaf."

Jungkook diam pada awalnya, "Aku pikir aku butuh minta maaf, aku membuatmu mengalami hal yang berat."

"Itu salahku."

"Apa maksudmu? Itu salahku, kalau aku bisa menjadi orang yang lebih baik aku tidak akan menyakitimu."

"Kau tidak menyakitiku, aku saja yang bodoh sampai tidak sadar aku sedang hamil."

Jungkook terdiam.

Jimin merasa dia harus menjelaskan dirinya pada Jungkook, "Tentang heatku waktu itu, aku tidak menyesal menghabiskannya denganmu, aku bisa mengerti kau itu artis dan tidur dengan sembarang orang adalah hal yang membahayakan. Aku hanya kesal pada diriku sendiri karena tidak menjaga anakku dengan baik, tapi mungkin dia memang harus pergi dari pada menyusahkanmu, kan?"

"Tidak," Jungkook dengan cepat menjawab, "Dia tidak akan menyusahkanku. Dia tetap anakku, dia adalah tanggung jawabku." Katanya.

Mereka terdiam lagi.

"Maaf." Kata Jimin.

"Aku yang harusnya minta maaf." Balas Jungkook, "Jimin-ssi, tolong jangan minta maaf terus."

Jimin terdiam.

Jungkook kemudian bicara, "Jimin-ssi, mungkin kita saling kenal dengan cara yang kurang baik, tapi aku ingin memiliki hubungan yang baik dengamu. Ingin mengulang semuanya dari awal denganku?"

(FIN)

I Need Your FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang